Beberapa penelitian menyatakan bahwa ditemukan hubungan asosiatif antara penggunaan internet yang berlebihan (internet addiction) dengan Attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD). Tidak dapat dipungkiri bahwa di era digital ini gadget dan internet sudah menjadi bagian dari keseharian keluarga, termasuk anak-anak.
Dalam satu dekade terakhir, terjadi peningkatan yang signifikan dalam penggunaan internet, video games, dan materi film serta musik yang dapat. Sebuah penelitian di Kanada menyatakan bahwa 25% anak-anak dan remaja menghabiskan waktu 3 jam sehari untuk menonton TV dan menggunakan internet. Bahkan 15% dari anak-anak dan remaja di Kanada menghabiskan waktu lebih dari 3 jam sehari untuk bermain video games. [1]
Beberapa konsekuensi negatif dari penggunaan gadget, internet, dan video games yang menjadi perhatian antara lain adalah kemampuan anak dan remaja dalam mengontrol penggunaan gadget dan internet, serta stres yang timbul ketika pemakaian tersebut dibatasi. Selain itu penggunaan gadget dan internet yang berlebihan akan mengurangi aktivitas lain yang lebih penting seperti kegiatan belajar, bersosialisasi, serta makan dan tidur yang cukup dan teratur.
Kekhawatiran akan penggunaan gadget, internet, dan video games yang berlebihan mendorong WHO untuk memasukan gaming disorder dalam draft 11th Revision of the International Classification of Disease (ICD-11R). Karakteristik dari gaming disorder adalah hilangnya kontrol akan kegiatan bermain game online/offline, menjadikan kegiatan bermain game online/offline sebagai prioritas sehingga mengganggu kegiatan sehari-hari, dan keberlanjutan atau bahkan peningkatan dari durasi serta frekuensi bermain game online/offline meskipun sudah jelas mengalami konsekuensi negatif dari kegiatan tersebut. [2]
ADHD dan Internet Addiction
Attention-deficit hiperactivity disorder (ADHD) adalah kelainan pada otak yang memiliki childhood-onset. Penderita ADHD memiliki karakteristik seperti kesulitan untuk memusatkan perhatian, impulsif, dan hiperaktif. ADHD diasosiasikan dengan gangguan interaksi sosial dan kemampuan adaptif, serta peningkatan sifat agresif pada anak. Selain itu, ADHD juga diasosiasikan dengan penurunan performa di sekolah dan occupational functioning. [3,4] Sebagian anak-anak dengan diagnosis ADHD memiliki karakteristik yang persisten hingga dewasa dengan prevalensi sebesar 4,4 %. [5]
Sebuah penelitian diadakan oleh Weinstein terhadap 100 siswa laki-laki di salah satu sekolah dasar dengan rata-rata usia 13 tahun. Lima puluh siswa penderita ADHD dibandingkan dengan lima puluh siswa yang tidak memiliki ADHD. Kedua kelompok dievaluasi dengan menggunakan Internet Addiction Test yang dikembangkan oleh Young [6]. Tes tersebut berisi 20 poin yang mengukur penggunaan internet secara impulsif dalam skala 1 (tidak pernah) sampai 6 (selalu). Hasil tes dengan nilai diatas 80 dinyatakan sebagai internet addiction. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kelompok anak-anak penderita ADHD memiliki kecenderungan yang lebih besar terhadap internet addiction, menghabiskan lebih banyak waktu untuk online, dan tidur lebih larut malam dibandingkan dengan anak-anak yang tidak memiliki ADHD. [7]
Penelitian lain dilakukan terhadap 271 mahasiswa untuk melihat hubungan antara adult ADHD dengan internet addiction. Seluruh subjek penelitian mengisi Internet Addiction Scale yang dikembangkan oleh Nichols dan Nichi dan Adult ADHD Self-Report Scales (ASRS) versi Turki yang sudah terbukti validitas dan reabilitasnya. [8] [9]
Berdasarkan hasil tes yang diberikan, subjek penelitian dibagi ke dalam tiga grup yakni grup pertama dengan internet addiction yang tinggi/sedang (19,9%) grup kedua dengan internet addiction rendah (38,7%), dan grup ketiga yang tidak memiliki internet addiction (41,3%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai ASRS lebih tinggi pada kelompok dengan internet addiction sedang/tinggi dan kelompok dengan internet addiction rendah dibandingkan dengan kelompok tanpa internet addiction. Dapat disimpulkan bahwa tingkat keparahan internet addiction diasosiasikan dengan tingkat keparahan gejala adult ADHD. [10]
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang diadakan oleh Ko et al terhadap 216 mahasiswa untuk mencari faktor prediktif pada internet addiction. Hasil penelitian menyatakan bahwa ADHD, depresi, fobia sosial, dan sikap bermusuhan merupakan faktor prediktif internet addiction pada pasien dewasa. [11]
Teori yang Mendukung Asosiasi antara ADHD dan Internet Addiction
Mengapa penderita ADHD menjadi lebih rentan terhadap internet addiction? Penderita ADHD memiliki kecenderungan untuk mencari hasil yang instan (immediate feedback) sehingga mereka menikmati permainan online maupun offline video games yang memiliki insentif yang instan jika naik ke level berikutnya. Online dan offline video games juga menampilkan animasi yang berganti secara cepat (rapidly changing screen) sehingga tidak menuntut perhatian yang penuh dan berdurasi lama dari pemainnya. Berbeda dengan kegiatan seperti menulis, online maupun offline video games tidak menuntut konsentrasi penuh dalam waktu yang lama sehingga tidak mengasah daya ingat. [12]
Walaupun hubungan kausalitas antara internet addiction dan ADHD belum dapat dibuktikan, namun penggunaan internet yang berlebihan dapat mengurangi waktu luang yang seharusnya diisi dengan kegiatan lain yang dapat mengasah konsentrasi, kendali diri kemampuan bekerja sama dalam tim, dan disiplin seperti pada permainan edukatif, olahraga, serta bermain musik dan kesenian lainnya.
Kesimpulan
Beberapa penelitian membuktikan adanya asosiasi antara internet addiction dengan ADHD. Penderita ADHD menjadi lebih rentan terhadap internet addiction dan gaming disorder karena penderita ADHD memiliki kecenderungan untuk mencari hasil yang instan (immediate feedback) sehingga mereka menikmati permainan online maupun offline video games yang memiliki insentif yang instan jika naik ke level berikutnya. Online maupun offline video games juga tidak menuntut konsentrasi penuh dalam jangka waktu yang lama karena didominasi oleh animasi yang berganti secara cepat (rapidly changing screen). Walaupun hubungan kausalitas antara internet addiction dan ADHD belum dapat dibuktikan, namun waktu luang yang dimiliki oleh penderita ADHD sebaiknya diisi dengan dengan kegiatan lain yang dapat mengasah konsentrasi, kendali diri, kemampuan bekerja sama dalam tim, dan disiplin seperti pada permainan edukatif, olahraga, serta bermain musik dan kesenian lainnya.