Efektivitas dan Keamanan Ondansetron pada Gastroenteritis Anak

Oleh :
dr. Jocelyn Prima Utami

Pemberian ondansetron pada gastroenteritis anak masih menjadi menjadi perdebatan. Beberapa pedoman tidak merekomendasikan antiemetik sebagai manajemen gastroenteritis anak. Food and Drug Administration (FDA) juga hanya merekomendasikan ondansetron untuk mencegah dan mengatasi muntah akibat kemoterapi.[1–3]

Hal tersebut karena kekhawatiran terhadap efek samping obat antiemetik, yaitu sedasi, reaksi ekstrapiramidal, diare, dan pemanjangan interval QT. Akan tetapi, beberapa studi terkini telah menunjukkan bahwa ondansetron sebagai tambahan terapi rehidrasi oral cukup efektif mengatasi gejala muntah, menurunkan kebutuhan cairan intravena, dan menurunkan kebutuhan rawat inap.[1,2]

antiemetik, antiemetik untuk anak, keamanan antiemetik, anak mual dan muntah, antiemetik untuk mual dan muntah pada anak, alomedika

Sekilas tentang Gastroenteritis pada Anak

Gastroenteritis merupakan penyakit yang umum dialami anak dengan manifestasi mual, muntah, dan diare. Gejala muntah pada gastroenteritis umumnya disebabkan oleh dua mekanisme, yaitu kerusakan mukosa usus akibat infeksi patogen sehingga memberikan stimulus aferen dan menginisiasi muntah, serta peningkatan badan keton (pada gastroenteritis yang sedang hingga berat).[3-6]

Pada kebanyakan kasus, terapi rehidrasi oral dapat membantu mengatasi muntah. Pada kasus lain, muntah dapat menghambat proses rehidrasi oral, yang merupakan prinsip tata laksana gastroenteritis pada anak. Hal ini berisiko dehidrasi pada anak. Oleh karena itu, semakin banyak studi yang meneliti efektivitas dan keamanan ondansetron pada gastroenteritis anak.[3–6]

Efektivitas Ondansetron pada Gastroenteritis Anak

Beberapa pedoman praktik klinis tidak merekomendasikan antiemetik karena potensi efek sampingnya yang signifikan. Dalam dekade terakhir ini, beberapa studi telah meneliti efektivitas dan keamanan ondansetron pada anak dengan gastroenteritis.

Tinjauan Uji Acak Terkontrol Ondansetron pada Anak dengan Gastroenteritis

Hanuscin et al turut meninjau 10 uji acak terkontrol di 6 negara yang meneliti tentang pengaruh ondansetron pada anak dengan gastroenteritis. Sebanyak 1.215 anak dalam rentang usia 3 bulan–15 tahun dikelompokkan secara acak ke dalam grup ondansetron, plasebo, atau tanpa intervensi.

Peneliti menyimpulkan bahwa ondansetron, baik secara oral maupun intravena, dapat mengurangi gejala muntah secara signifikan dalam 1 jam setelah obat diberikan. Akan tetapi, pengaruh tersebut tidak terlihat signifikan setelah 4, 24, dan 48 jam. Studi ini juga menyimpulkan bahwa ondansetron dapat menurunkan angka rawat inap dan kebutuhan cairan intravena.[9]

Uji Acak Terkontrol Ondansetron Dosis Tunggal untuk Muntah pada Anak dengan Gastroenteritis

Uji acak terkontrol yang dilakukan oleh Rang et al. yang mengevaluasi efektivitas ondansetron intravena dosis tunggal untuk mengatasi gejala muntah pada anak dengan gastroenteritis. Hasilnya, hilangnya gejala muntah dialami oleh 73% pasien yang mendapatkan ondansetron dan 23% pasien yang mendapatkan plasebo.

Selain itu, rerata asupan rehidrasi oral dalam 24 jam terlihat lebih banyak pada grup ondansetron daripada grup plasebo. Hal ini mengindikasikan bahwa ondansetron dapat membantu terapi rehidrasi oral. Persentase kebutuhan cairan intravena pada grup plasebo juga terlihat lebih tinggi daripada grup ondansetron (39% vs 10%). Limitasi studi ini adalah kecilnya jumlah sampel sehingga bukti klinisnya tidak kuat.[10]

Meta analisis yang dilakukan oleh Fugetto et al meneliti efektivitas ondansetron dosis tunggal untuk mengatasi muntah akibat gastroenteritis pada anak dan remaja. Studi menyimpulkan bahwa bukti yang mendukung efektivitas ondansetron dosis tunggal untuk menghentikan muntah belum kuat.

Di lain sisi, terdapat bukti yang kuat bahwa ondansetron dosis tunggal dapat menurunkan kegagalan terapi rehidrasi oral, kebutuhan rehidrasi intravena, dan angka rawat inap. Akan tetapi, sampel dan luaran primer studi ini cukup heterogen, sehingga terdapat keterbatasan signifikansi statistik.[11]

Meta Analisis Ondansetron dengan Antiemetik Lain dan Plasebo

Sebuah meta analisis yang dilakukan oleh Nino-Serna et al. meneliti 24 uji acak terkontrol dengan total 3.482 partisipan. Beberapa intervensi yang diteliti adalah metoclopramide, ondansetron, domperidone, dexamethasone, dimenhydrinate, dan granisetron, yang dibandingkan dengan plasebo. Studi menyimpulkan bahwa ondansetron memiliki efek terbesar dalam mengatasi muntah, menurunkan angka rawat inap, dan menurunkan kebutuhan rehidrasi intravena.

Selain itu, hasil analisis subgrup juga menunjukkan bahwa efek ondansetron terlihat lebih besar ketika diberikan secara oral. Namun, studi lebih lanjut perlu meneliti efektivitas ondansetron pada frekuensi muntah yang lebih sering.[7,8]

Perbandingan Ondansetron dengan Domperidone dan Plasebo

Beberapa studi kerap membandingkan ondansetron dengan antiemetik lainnya. Pada studi kontrol prospektif di Italia, ondansetron dilaporkan dapat menurunkan lebih dari 50% jumlah pasien yang membutuhkan rehidrasi intravena dibandingkan domperidone dan plasebo.

Efek ondansetron dalam menurunkan frekuensi muntah dan meningkatkan kesuksesan terapi rehidrasi oral juga lebih unggul daripada domperidone dan plasebo. Dengan begitu, peneliti menyimpulkan bahwa ondansetron dapat diberikan pada anak yang mengalami muntah dan sulit mengonsumsi larutan rehidrasi oral, sedangkan domperidone tidak efektif dalam penatalaksanaan gastroenteritis.[12]

Antiemetik Lainnya

Metoclopramide umumnya dipakai sebagai profilaksis mual muntah akibat kemoterapi. Tidak terdapat bukti klinis yang menyatakan bahwa agen ini memiliki peran untuk mengatasi mual pada gastroenteritis anak.

Hal ini mungkin disebabkan karena adanya kekhawatiran akan efek samping metoclopramide, seperti gejala ekstrapiramidal, peningkatan level prolaktin, dan tardive dyskinesia. Metoclopramide tidak dianjurkan pada anak di bawah 5 tahun dan penggunaan lebih dari 5 hari.[6]

Obat antiemetik lain yaitu promethazine dan prochlorperazine memiliki risiko efek samping yang tinggi, seperti sedasi, depresi napas, dan gejala ekstrapiramidal, sehingga tidak dianjurkan untuk anak-anak.[6]

Sebuah uji acak terkontrol di Jerman menunjukkan bahwa dimenhydrinate memiliki potensi 1,5 kali lebih tinggi daripada plasebo dalam mengatasi gejala muntah pada anak dengan gastroenteritis. Akan tetapi, efek antiemetik dimenhydrinate dianggap ringan, sehingga tidak berpengaruh terhadap terapi rehidrasi oral atau kebutuhan rawat inap.[2,13]

Keamanan dan Efek Samping Ondansetron

Beberapa studi terkini telah meneliti keamanan dan efek samping ondansetron. Uji acak terkontrol yang dilakukan oleh Danewa et al tidak menemukan adanya efek samping ondansetron dalam 4 jam pertama.[11,14]

Beberapa meta analisis dan uji acak terkontrol lain melaporkan adanya efek samping ondansetron, seperti batuk, distensi abdomen, bercak kemerahan pada kulit, dan diare. Akan tetapi, efek samping tersebut ringan dan transien. Tomasik et al juga turut menyampaikan bahwa efek samping terlihat sama pada grup ondansetron dan plasebo.[7,8,15]

Secara umum, berbagai studi menyatakan bahwa ondansetron tergolong aman karena tidak ada efek samping serius yang dilaporkan.[7,8,11, 14,15]

Ondansetron Tidak Signifikan Menimbulkan Perubahan Gambaran EKG

Aritmia ventrikel setelah 24 jam pemberian ondansetron telah dilaporkan dalam sebuah studi kohort retrospektif. Akan tetapi, kejadian ini hanya terjadi pada 7 dari 37.794 pasien dan seluruh pasien yang mengalaminya diketahui memiliki gangguan konduksi jantung kongenital atau penyakit kardiovaskular berat lainnya. Risiko efek samping yang terjadi pun kecil, yaitu 0,003%.[12,16]

Studi yang dilakukan oleh Hoffman et al pada 134 pasien anak yang mengalami muntah akibat gastroenteritis menyatakan bahwa pemberian ondansetron 0,15 mg/kg secara intravena tidak menyebabkan pemanjangan interval QT. Pada penelitian ini, elektrokardiografi (EKG) dilakukan dalam 15 menit setelah administrasi.[17,18]

Oleh karena itu, masih timbul pertanyaan apakah pemanjangan interval QT merupakan dampak langsung dari ondansetron atau berkaitan dengan kondisi khusus yang dialami pasien. Tidak adanya pemanjangan interval QT atau aritmia sebagai efek buruk ondansetron juga mungkin berkaitan dengan insidensinya yang kecil.[9]

Meskipun demikian, pemberian ondansetron perlu diperhatikan pada anak yang mengalami gangguan elektrolit, memiliki riwayat aritmia, atau mengonsumsi obat lain yang memengaruhi interval QT.[12,16]

Rekomendasi Pedoman terkait Pemberian Antiemetik pada Gastroenteritis Anak

Beberapa pedoman, seperti World Health Organization (WHO) dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) belum merekomendasikan antiemetik karena kekhawatiran akan efek sampingnya. Akan tetapi, rekomendasi dari pedoman tersebut dibuat berdasarkan uji klinis yang sudah tua dan tidak meneliti tentang ondansetron.[8,19,20]

Setelah meninjau bukti klinis yang ada, pedoman dari Inggris, yaitu National Institute for Health and Care Excellence (NICE), dan beberapa pedoman dari Australia juga telah menyetujui pemberian ondansetron pada gastroenteritis anak untuk meningkatkan tingkat keberhasilan terapi rehidrasi oral dan mengurangi kebutuhan cairan intravena.[21–23]

Berdasarkan meta-analisis yang dilakukan oleh Nino-Serna et al, AAP juga telah merekomendasikan ondansetron sebagai manajemen muntah pada gastroenteritis anak. [8,20]

European Society for Pediatric Gastroenterology, Hepatology, and Nutrition menambahkan bahwa ondansetron tidak direkomendasikan pada anak dengan gastroenteritis sedang hingga berat yang disertai diare. Hal ini karena efek sampingnya yang dapat meningkatkan frekuensi diare.

Pemantauan EKG dianjurkan pada pasien dengan gangguan elektrolit dan riwayat aritmia karena berkaitan dengan meningkatnya risiko pemanjangan interval QT dan Torsade de Pointes.[24]

Kebanyakan pedoman terbaru sudah merekomendasikan pemberian ondansetron untuk gastroenteritis anak berdasarkan bukti klinis yang kuat.[8,20]

Kesimpulan

Gastroenteritis merupakan salah satu penyakit yang umum dialami oleh anak-anak. Penatalaksanaan gastroenteritis berfokus pada terapi rehidrasi oral yang umumnya dapat memperbaiki keluhan anak. Akan tetapi, sering kali, gejala muntah pada gastroenteritis mempersulit proses rehidrasi.

Beberapa studi telah menunjukkan efektivitas ondansetron dalam mengatasi muntah, meningkatkan kesuksesan terapi rehidrasi oral, dan mengurangi kebutuhan cairan intravena. Efektivitas ondansetron juga lebih unggul daripada antiemetik lain dan efek sampingnya lebih jarang.

Berdasarkan bukti klinis yang ada, beberapa pedoman juga sudah merekomendasikan pemberian ondansetron untuk mengatasi muntah pada gastroenteritis anak.

Di lain sisi, masih terdapat kekhawatiran akan efek samping yang dapat disebabkan oleh ondansetron, terutama diare dan pemanjangan interval QT. Belum ada bukti pasti apakah pemanjangan interval QT merupakan dampak langsung dari ondansetron atau berkaitan dengan gangguan kesehatan khusus. Perhatian khusus perlu diberikan pada anak dengan riwayat aritmia, gangguan elektrolit, serta gastroenteritis sedang hingga berat yang disertai diare.

Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk membandingkan pemberian ondansetron dalam dosis tunggal dan rumatan serta menentukan dosis yang efektif dan aman untuk anak. Hubungan langsung antara pemanjangan interval QT dan ondansetron juga perlu dievaluasi lebih lanjut.[12,13,16,24]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi