Apendektomi Laparoskopik VS Apendektomi Terbuka pada Appendicitis Akut

Oleh :
dr. Sonny Seputra, Sp.B, M.Ked.Klin, FINACS

Apendektomi adalah prosedur pembedahan yang dilakukan dalam tata laksana appendicitis akut. Apendektomi dapat dilakukan secara laparoskopik ataupun pembedahan terbuka.

Appendicitis akut adalah peradangan pada usus buntu yang merupakan penyebab paling umum dari kasus akut abdomen dengan angka kejadian 6-16%. [1-3] Pada awalnya, operasi apendektomi dilakukan dengan metode pembedahan terbuka dan secara efektif telah dilakukan selama bertahun-tahun dengan angka morbiditas dan mortalitas yang kecil. Seiring dengan adanya evolusi pembedahan dengan endoskopi, muncul suatu gagasan untuk melakukan operasi apendektomi melalui laparoskopi, yang pertama kali dijelaskan oleh Semm pada tahun 1983.

Apendektomi Laparoskopik VS Apendektomi Terbuka pada Appendicitis Akut-min

Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa apendektomi laparoskopik lebih unggul daripada apendektomi terbuka dalam hal pemulihan dan keparahan nyeri pasca operasi, memiliki lebih sedikit komplikasi pasca operasi, dan menghasilkan kosmetik yang lebih baik. Namun, ada pula studi yang menyatakan bahwa apendektomi laparoskopik tidak memiliki keunggulan tersebut atau bahkan menganggap apendektomi terbuka lebih baik.[4]

Metode Operasi Apendektomi Terbuka

Apendektomi dengan metode pembedahan terbuka merupakan metode pembedahan yang pertama kali dilakukan oleh Claudius Amyand pada tahun 1735 dan dideskripsikan oleh McBurney pada tahun 1894. Metode operasi ini dilakukan dengan membuat sayatan berukuran sekitar 5 cm pada dinding perut sebelah kanan bawah (sering disebut sebagai insisi McBurney). Pertama, dilakukan pemotongan mesoapendiks dan diikat dengan benang sutra 3/0, lalu pangkal apendiks diikat dengan benang sutra 2/0, kemudian dilakukan pemotongan apendiks. Terkadang sebuah drainase dipasang bila selama operasi ditemukan appendicitis gangrenosa dan untuk mengendalikan hemostasis.[4,5]

Metode Operasi Apendektomi Laparoskopik

Apendektomi dengan metode laparoskopik dapat dilakukan dengan tiga sayatan yang sangat kecil, masing-masing sekitar 1 cm. Kemudian, dimasukkan kamera dan instrumen bedah ke dalam perut melalui sayatan tersebut untuk mengangkat apendiks.

Pada apendektomi dengan metode laparoskopik teknik tiga port, sebelum memasukkan trokar, kateter Foley dimasukkan ke dalam kandung kemih. Trokar ukuran 10 mm kemudian dimasukkan di bawah umbilikus. Pneumoperitoneum dibuat dengan gas karbon dioksida (CO2) ke dalam cavum abdomen, dan tekanan intraabdominal dijaga tetap pada 10-12 mmHg. Selanjutnya, trokar ukuran 5 mm dimasukkan ke dalam area suprapubik, lalu trokar ukuran 10 mm dimasukkan ke area fossa iliaka kiri di bawah penglihatan langsung. Setelah apendiks terlihat, dilakukan diseksi mesoapendiks untuk memisahkan apendiks dari mesoapendiks. Begitu pangkal apendiks tampak, diikat dengan benang sutra 2/0 menggunakan teknik pengikatan intrakorporeal. Spesimen apendiks kemudian dikeluarkan melalui trokar 10 mm menggunakan endobag sarung tangan steril.

Bila pasien mengalami appendicitis supuratif, area apendektomi dicuci dengan cairan fisiologis, yaitu cairan salin normal, dan kemudian disedot. Drainase dapat dilakukan pada pasien dengan appendicitis gangrenosa dan untuk mengendalikan hemostasis.[4-6]

Bukti Ilmiah Perbandingan Metode Operasi Apendektomi Terbuka dan Apendektomi Laparoskopik

Sebuah meta analisis pada tahun 2015 mencoba membandingkan apendektomi terbuka dengan apendektomi laparoskopik. Hasil analisis menunjukkan bahwa durasi operasi 7,6-18,3 menit lebih pendek pada metode operasi apendektomi terbuka dibandingkan apendektomi laparoskopik. Skor nyeri pada hari pertama pasca operasi dilaporkan lebih rendah setelah operasi apendektomi laparoskopik, dengan besar pengurangan mulai dari -0,8 hingga -0,7 poin pada visual analog scale (VAS) 10 poin.

3 studi yang ditelaah mendapatkan bahwa kejadian abses intraabdomen pasca operasi lebih tinggi untuk operasi apendektomi laparoskopik, tetapi 3 studi lainnya tidak menemukan adanya perbedaan yang signifikan. Angka kejadian infeksi luka dilaporkan lebih rendah setelah operasi apendektomi laparoskopik dibandingkan apendektomi terbuka. Metode apendektomi laparoskopik juga ditemukan mempersingkat lama rawat inap sebanyak 0,16-1,13 hari.[7]

Studi meta analisis lain pada tahun 2017 melibatkan total jumlah subjek studi 3642 pasien, yang terbagi menjadi kelompok apendektomi laparoskopik sebanyak 1810 pasien dan apendektomi terbuka sebanyak 1832 pasien. Studi ini menemukan bahwa dibandingkan dengan operasi apendektomi terbuka, apendektomi laparoskopik pada orang dewasa dikaitkan dengan insiden infeksi luka operasi yang lebih rendah, komplikasi pasca operasi yang lebih sedikit, lama rawat inap pasca operasi yang lebih pendek, dan waktu kembali ke aktivitas normal yang lebih cepat. Tetapi, studi ini juga menemukan bahwa durasi tindakan apendektomi laparoskopik lebih panjang.

Tidak ditemukan adanya perbedaan dalam kejadian abses intraabdomen dan risiko operasi ulang di antara kedua kelompok. Analisis subkelompok pada anak-anak tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara kedua metode operasi dalam hal infeksi luka operasi, komplikasi pasca operasi, lama rawat inap pasca operasi, dan waktu untuk kembali ke aktivitas normal.[8]

Tinjauan Cochrane terkini yang menelaah 85 studi membagi hasil telaahnya dalam kategori kasus pada orang dewasa atau remaja dan pada anak.  Pada orang dewasa atau remaja, hasil pengukuran rasa sakit dengan visual analog scale  (VAS) pada hari pertama setelah operasi menunjukkan adanya pengurangan rasa sakit untuk metode apendektomi laparoskopik sebesar 0,75 poin pada skala VAS 10 poin. Kejadian infeksi luka operasi juga ditemukan lebih rendah setelah operasi apendektomi laparoskopik (Peto OR 0,42). Sebaliknya, kejadian abses intraabdomen pasca operasi meningkat secara signifikan setelah apendektomi laparoskopik.

Untuk lama hari rawat inap, terdapat pengurangan 1 hari setelah apendektomi laparoskopik. Lamanya waktu untuk kembali ke aktivitas normal adalah 5 hari lebih awal setelah apendektomi laparoskopik dibandingkan setelah apendektomi terbuka. Skor kualitas hidup juga secara signifikan lebih baik pada kelompok apendektomi laparoskopik untuk dua dari delapan aspek, yaitu fungsi fisik  dan kesehatan umum. Namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada 6 aspek lainnya (sakit tubuh, peran fisik, fungsi sosial, vitalitas, peran emosional, dan kesehatan mental).

Pada anak, infeksi luka operasi berkurang secara signifikan setelah apendektomi laparoskopik (Peto OR 0,25). Selain itu, ditemukan pula kecenderungan penurunan kejadian abses intraabdomen (Peto OR 0,54), serta lama hari rawat inap yang lebih pendek 0,8 hari pasca apendektomi laparoskopik. Tidak ada perbedaan dalam lama waktu kembali ke aktivitas normal.[4]

Kesimpulan

Dari studi berbasis bukti terkini, diketahui bahwa operasi apendektomi laparoskopik memiliki keunggulan dibandingkan operasi apendektomi terbuka dalam hal penurunan intensitas nyeri pada hari pertama pasca operasi, risiko infeksi luka operasi, lama rawat inap, dan waktu sampai kembali ke aktivitas normal. Namun, angka kejadian abses intraabdomen pasca operasi apendektomi laparoskopik dilaporkan lebih besar dibandingkan operasi apendektomi terbuka.

Referensi