Asam Bempedoat Untuk Dislipidemia

Oleh :
dr.I.B. Komang Arjawa, Sp.JP, FIHA

Penggunaan asam bempedoat atau bempedoic acid dilaporkan efektif dalam menangani dislipidemia dan hiperkolesterolemia. Pada umumnya, asam bempedoat digunakan sebagai terapi adjuvan terhadap diet dan statin pada pasien dengan dislipidemia untuk menurunkan risiko atherosclerotic cardiovascular disease  (ASCVD) yang meliputi infark miokard dan stroke iskemik.[1,2]

Penelitian telah menunjukkan bahwa peningkatan LDL (low-density lipoprotein) adalah salah satu faktor risiko utama dari ASCVD. Penurunan LDL 1 mmol/L (setara dengan 40 mg/dl) mampu menurunkan risiko kejadian ASCVD sebanyak 22%. Selama ini, pengobatan pilihan pada dislipidemia adalah menggunakan golongan statin. Namun, banyak pasien tidak mampu mentoleransi statin, dimana mayoritas kejadian intoleransi tersebut disebabkan oleh gangguan otot.[2]

shutterstock_259675190-min

Permasalahan dalam Tata Laksana Dislipidemia

Statin telah lama menjadi tata laksana pilihan untuk menurunkan kadar kolesterol pada pasien dislipidemia. Statin bekerja dengan menghambat 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase (HMG CoA reduktase), sehingga menghambat biosintesis kolesterol, meningkatkan ekspresi reseptor LDL, dan meningkatkan katabolisme LDL. Pada dosis intensitas tinggi, statin sangat efektif dalam menurunkan kadar LDL.

Meski demikian, banyak pasien tidak dapat mentoleransi pemberian statin, utamanya karena gangguan otot. Hal ini menyebabkan banyak pasien tidak patuh (nonadherence) dan menghentikan terapi statin tanpa instruksi dokter.[2-4]

Studi yang mengevaluasi statin dan kombinasi statin dengan ezetimibe atau PCSK9 antibodi monoklonal, menunjukkan bahwa yang paling penting adalah seberapa besar dan seberapa lama reduksi LDL dapat dicapai dibandingkan cara untuk mencapainya. Atas dasar itu, penggunaan terapi penurun lipid yang memiliki efek samping otot minimal diharapkan dapat meningkatkan kesuksesan terapi.[5]

Peran Asam Bempedoat dalam Tata Laksana Dislipidemia

Asam bempedoat adalah molekul kecil penghambat ATP-citrate lyase yang merupakan komponen jalur biosintesis kolesterol yang bekerja di hulu dari HMG CoA. Dengan menghambat ATP-citrate lyase, asam bempedoat mensupresi sintesis kolesterol sehingga memicu up regulation dari reseptor LDL di hepar yang mengakibatkan peningkatan klirens partikel LDL dan menurunkan LDL dalam darah.[3,6,7]

Asam bempedoat adalah prodrug yang membutuhkan aktivasi oleh enzim Acyl-CoA synthetase 1 (ACL 1) yang hanya terdapat di hepar dan tidak ditemukan di otot skeletal. Oleh sebab itu, walaupun asam bempedoat bekerja di jalur yang sama dengan statin, mekanisme kerja asam bempedoat dapat mencegah efek samping muskuloskeletal yang sering terjadi pada penggunaan statin.[3,8]

Asam bempedoat telah mendapatkan persetujuan dari FDA untuk pasien dewasa dengan familial hiperkolesterolemia heterozigot atau atheroscelerotic cardiovascular disease yang telah terkonfirmasi. Kombinasi asam bempedoat dan ezetimibe juga mendapatkan persetujuan FDA untuk indikasi yang sama. Dosis terapi yang digunakan untuk asam bempedoat tunggal adalah 180 mg sekali sehari, sedangkan dosis kombinasi tetap adalah 180 mg asam bempedoat dan 10 mg ezetimibe.[3,6]

Efikasi Asam Bempedoat dalam Tata Laksana Dislipidemia

Gabungan peneliti CLEAR (Cholesterol Lowering via Bempedoic Acid, an ACL-Inhibiting Regimen) yang merupakan uji klinis fase 3 berusaha mengevaluasi efikasi dan keamanan asam bempedoat dalam tata laksana dislipidemia.

Studi CLEAR Harmony

Studi ini melibatkan 2230 pasien, di mana 1488 mendapat asam bempedoat dan 742 mendapat plasebo. Hasil studi menunjukkan penurunan kadar kolesterol LDL dengan rerata 19,2 mg/dL pada minggu ke-12, dan efek ini bertahan sampai minggu ke 52.

Peneliti menyatakan tidak ada perbedaan bermakna efek samping secara umum antara kedua kelompok studi. Namun, efek samping yang menyebabkan pasien menghentikan terapi didapatkan lebih tinggi pada kelompok asam bempedoat. Insidensi gout juga dilaporkan lebih tinggi pada pasien yang mendapat asam bempedoat.[4,6]

Studi CLEAR Wisdom

Studi CLEAR Wisdom mencoba mengevaluasi efek dari asam bempedoat dalam menurunkan kadar LDL pada pasien dengan risiko kardiovaskular tinggi dan sudah mengonsumsi obat penurun lipid dosis maksimal. Studi ini melibatkan 779 pasien, di mana 522 mendapat asam bempedoat dan 257 mendapat plasebo.

Studi ini menemukan rerata penurunan kadar LDL sebesar 122,8 mg/dl pada pasien yang mendapat asam bempedoat dan 97,6 mg/dl pada kelompok plasebo. Studi ini menyimpulkan bahwa asam bempedoat efektif dalam menurunkan kadar LDL pada pasien yang tidak berespon adekuat terhadap terapi penurun lipid jika dibandingkan plasebo. Pada studi ini, efek samping yang didapatkan berupa nasofaringitis (5,2%), infeksi saluran kemih (5%), dan hiperurisemia (4,2%).[9]

Studi CLEAR Serenity

Sementara itu, studi CLEAR Serenity berusaha mengevaluasi efek asam bempedoat pada pasien yang tidak mampu mentoleransi terapi statin dosis rendah. Studi ini melibatkan 345 pasien yang dirandomisasi dengan rasio 2:1 untuk mendapat asam bempedoat 180 mg atau placebo. Studi ini melaporkan rerata penurunan kadar LDL sebesar 21,4% pada kelompok asam bempedoat.  Studi ini juga mendapatkan penurunan pada kadar kolesterol total (14,8%), apolipoprotein B (15%), dan high sensitivity C reactive protein (24,3%).

Efek samping myalgia didapatkan pada 4,7% pasien yang mendapat asam bempedoat dan 7,2% pasien yang mendapat plasebo. Efek samping lain yang dilaporkan pada studi ini adalah arthralgia (6%), hipertensi (4,3%), fatigue (3,4%), infeksi saluran kemih (3,4%), nyeri punggung (3,0%), bronkitis (2,6%), dan spasme otot (4,3%).[3]

Saat ini, sedang dilakukan studi CLEAR Outcomes (Evaluation of Major Cardiovascular Events in Patients With, or at High Risk for, Cardiovascular Disease Who Are Statin Intolerant Treated With Bempedoic Acid or Placebo) yang berusaha mengevaluasi efikasi asam bempedoat dalam menurunkan risiko kejadian kardiovaskular pada pasien yang intoleran terhadap statin.[10]

Kesimpulan

Hingga kini, tata laksana dislipidemia, terutama dalam menurunkan kadar low density lipoprotein, masih menggunakan statin sebagai pilihan utama. Namun, banyak pasien tidak dapat mentoleransi konsumsi statin jangka panjang akibat keluhan gangguan otot dan menimbulkan ketidakpatuhan terapi. Asam bempedoat adalah golongan obat baru yang diduga dapat meningkatkan regulasi LDL reseptor dan meningkatkan klirens LDL. Berbagai studi menunjukkan efikasi asam bempedoat dalam menurunkan kadar LDL. Walaupun begitu, obat ini juga dilaporkan menimbulkan berbagai efek samping seperti gout, arthralgia, dan hipertensi.

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. N Agung Prabowo, Sp.PD, M.Kes

Referensi