Asam Hialuronat sebagai Terapi untuk Luka Kronik

Oleh :
dr. Sonny Seputra, Sp.B, M.Ked.Klin, FINACS

Berbagai modalitas telah ditemukan sebagai terapi luka kronik. Salah satu modalitas tersebut adalah penggunaan asam hialuronat sebagai terapi untuk luka kronik. Efektivitas asam hialuronat akan dibahas lebih lanjut pada artikel ini. Berbagai upaya mempercepat penyembuhan luka umumnya digunakan dalam praktik klinis untuk terapi luka kronik. Asam hialuronat merupakan salah satu agen yang dapat diaplikasikan pada luka sebagai agen topikal untuk mempercepat penyembuhan luka.

Luka kronik merupakan diskontinuitas jaringan yang proses penyembuhannya melebihi jangka waktu penyembuhan luka normal seperti fase inflamasi, proliferasi, dan remodelling.  Contoh dari luka kronik adalah ulkus campuran arteri dan vena, ulkus vena di tungkai, ulkus kaki diabetikum serta luka keganasan. Luka  kronis merupakan masalah kesehatan dan sosial dengan angka kejadian tahunan antara 1-2%. Dampak dari patologi ini melibatkan kebutuhan untuk memahami secara menyeluruh patogenesis yang mendasari setiap lesi, sehingga membuat terapi yang lebih tepat sasaran, mempercepat penyembuhan dan mengurangi beban biaya pengobatan.[1,2]

shutterstock_546848137

Mengenai Asam Hialuronat

Asam hialuronat adalah polisakarida yang masuk dalam famili glikosaminoglikan dan terdiri dari unit dasar dari dua gula, asam glukuronat dan N-asetil-glukosamin. Asam hialuronat merupakan  massa bermolekul tinggi yang biasanya ada dalam cairan sinovial yang mengelilingi sendi, tulang rawan, jaringan mata dan kulit. Sejak ditemukan pada tahun 1934, asam hialuronat atau juga dikenal sebagai hyaluronan, telah digunakan secara komersial sebagai media untuk berbagai obat kulit, yang mana fungsinya adalah untuk meningkatkan transportasi obat ke epidermis dan melokalisasi obat ke dalam luka. Asam hialuronat menghasilkan lingkungan mikro yang merangsang faktor pertumbuhan/growth factor, proliferasi dan migrasi fibroblas, sel endotel, keratinosit dan angiogenesis. Karena kemampuannya dalam mempertahankan lingkungan lembab yang optimal, pada luka tertutup asam hialuronat dapat mempercepat proses bioseluler dari penyembuhan luka dan mengurangi ketidaknyamanan, eritema, dan pembengkakan pada luka.[2,3,4]

Karena efek menguntungkan yang dilaporkan pada penggunaan asam hialuronat dan turunannya dalam mengelola luka, banyak berkembang formula seperti krim dan pembalut yang mengandung asam hialuronat. Namun, temuan penelitian klinis mengenai asam hialuronat ini masih kontradiktif. Sementara beberapa penelitian telah melaporkan efek menguntungkan dari asam hialuronat atau turunannya, pada penelitian lainnya ditemukan tidak ada manfaat yang signifikan. Pada ulasan kali ini akan dibahas beberapa studi berbasis bukti penggunaan asam hialuronat untuk luka kronik, sehingga dapat diketahui efektifitas penggunaan asam hialuronat pada luka kronik.[3,4]

Efektivitas Asam Hialuronat pada Ulkus Campuran Arteri dan Vena (Mixed Arterial and Venous Ulcers)

Humbert et al pada tahun 2012 melakukan studi acak ganda terkontrol selama 60 hari dengan membandingkan 72 pasien dengan ulkus campuran arteri dan vena yang diberikan perlakuan berupa pemberian topikal asam hialuronat dibanding dengan yang tidak diberi topikal asam hialuronat. Humbert  melaporkan bahwa secara statistik pemberian topikal asam hialuronat efektif dalam mengecilkan ukuran luka (Mean Difference/MD= -4.14 (95% CI: -5.09 hingga –3.19)).[3,5]

Sebaliknya, studi prospektif acak oleh Meaume et al yang melibatkan 103 pasien selama 42 hari perawatan, dilaporkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam pengurangan ukuran luka antara kedua kelompok studi. (MD= 0.10 (95% CI: –2.29 hingga 2.49)).[3,6]

Shaharudin et al pada tahun 2016 melakukan systematic review terhadap 5 penelitian mengenai penggunaan asam hialuronat pada ulkus campuran arteri dan vena. Data yang dikumpulkan dari lima penelitian yang ada menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam jumlah luka yang disembuhkan antara kelompok yang diberikan asam hialuronat (atau turunannya) dan kelompok kontrol (RR=1,08 (95% CI: 0,88 hingga 1,33)). Sedangkan untuk hasil berupa perbaikan nyeri, hanya tiga penelitian yang menyediakan data lengkap dan

Dari pengumpulan data yang ada, menunjukkan secara statistik terdapat  manfaat pemberian asam hialuronat (atau turunannya) pada perbaikan intensitas nyeri (MD= –6.78 (95% CI: −11.10 hingga −2.46)).[3]

Studi Berbasis Bukti Efektivitas Asam Hialuronat pada Ulkus Vena di Tungkai

Pada systematic review oleh Shaharudin et al, diketahui bahwa ada 2 penelitian yang mengevaluasi efektivitas asam hialuronat pada ulkus vena di tungkai.  Penelitian pertama, sebuah penelitian uji acak oleh Ortonne et al terhadap 50 pasien dengan ulkus vena di tungkai yang mendapat perlakuan pemberian krim asam hialuronat dibanding kontrol yang tidak diberi asam hialuronat, didapatkan bahwa terdapat pengurangan ukuran luka pada kelompok yang diberi asam hialuronat, namun tidak ada perbedaan signifikan secara statistik (MD= -5.80 (95% CI: –12.72 hingga 1.12)).[3,7]

Penelitian kedua, studi oleh Taddeuci et al yang melaporkan jumlah ulkus vena di tungkai yang sembuh, menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok pembalut luka yang mengandung asam hialuronat dan kelompok yang menggunakan kasa parafin (RR = 2.00 (CI 95%: 0,21 hingga 19.23)).[3,8]

Shaharudin et al menyatakan bahwa tidak satu pun dari kedua penelitian di atas yang memberikan data lengkap untuk hasil berupa pengurangan intensitas nyeri. Selain itu dilaporkan efek samping yang terjadi baik pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah nyeri lokal, sensasi terbakar, panniculitis, dan eksim.[3]

Efektivitas Asam Hialuronat pada Ulkus Kaki Diabetikum

Berdasarkan systematic review oleh Shaharudin et al, terdapat 2 penelitian yang mengevaluasi efektivitas asam hialuronat pada ulkus kaki diabetikum. Penelitian pertama oleh Uccioli et al, yang meneliti 180 pasien dengan ulkus kaki diabetikum. Pasien dibagi menjadi dua kelompok, pada kelompok perlakuan diberikan dressing asam hialuronat pada luka, sedangkan pada kelompok kontrol diberikan kassa parafin pada luka.  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam pengurangan ukuran luka antara pembalut luka yang mengandung turunan asam hialuronat dibanding dengan pembalut luka dari kasa parafin (MD= -1,61 (95% CI:–7,53 hingga 4,31)). Sedangkan penelitian lain oleh Caravaggi et al, tidak didapatkan data mengenai pengurangan ukuran luka.[3,9,10]

Untuk hasil berupa jumlah luka yang sembuh, berdasarkan systematic review oleh Shaharudin et al, hasil dari dua penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal jumlah luka yang disembuhkan pada penggunaan pembalut asam hialuronat dibandingkan dengan kasa parafin. ((RR = 1,22 (95% CI: 0,95 hingga 1,58)).[3,9,10]

Sebagai tambahan, Uccioli et al melaporkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam waktu penyembuhan luka di antara kedua kelompok uji cobanya. Kedua penelitian (Uccioli et al dan Caravaggi et al) tidak melaporkan rasa nyeri dalam hasil penelitiannya.[9,10]

Kesimpulan:

Dari studi sistematis berbasis bukti, telah dievaluasi mengenai efektivitas asam hialuronat (atau turunannya) dalam tiga jenis luka kronik, yaitu ulkus campuran arteri dan vena, ulkus vena di tungkai, dan ulkus kaki diabetikum. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, penggunaan asam hialuronat sebagai pembalut luka diketahui lebih memiliki peranan dalam perbaikan kualitas luka untuk uji coba yang melibatkan ulkus campuran arteri dan vena daripada ulkus vena di tungkai dan ulkus kaki diabetikum. Bila ditilik dari hasil telaah beberapa penelitian berupa jumlah luka yang sembuh, dikatakan bahwa penggunaan asam hialuronat tidak memiliki efektifitas yang baik untuk ketiga jenis luka kronik. Sedangkan untuk telaah berupa pengurangan ukuran luka, dikatakan bahwa penggunaan asam hialuronat masih kontradiktif.

Saat ini, studi sistematis berbasis bukti terkini tidak mendukung  efek menguntungkan dari asam hialuronat atau turunannya terhadap peningkatan penyembuhan luka kronik sekalipun ada beberapa bukti tentang efektifitasnya terutama untuk mengurangi intensitas nyeri pada ulkus campuran arteri dan vena. Hal tersebut disebabkan oleh karena ketersediaan data berupa bukti dengan kualitas tinggi yang masih terbatas. Masih diperlukan lebih banyak studi acak ganda terkontrol lain untuk mendukung efektifitas penggunaan asam hialuronat dan turunannya.

Referensi