Efektif Tidaknya Pregabalin untuk Terapi Skiatika

Oleh :
Alexandra Francesca Chandra

Pregabalin sering diberikan untuk manajemen nyeri skiatika tetapi diperkirakan tidak terlalu efektif untuk mengurangi nyeri dan disabilitas pada pasien skiatika. Studi terbaru juga menunjukkan bahwa pregabalin mungkin menimbulkan efek samping seperti rasa pusing dan ideasi bunuh diri pada pasien tertentu. Oleh karena itu, pemberiannya perlu dipertimbangkan ulang dengan hati-hati.

Pregabalin diketahui efektif untuk meredakan beberapa tipe nyeri neuropatik, seperti neuralgia postherpetik atau neuropati diabetik. Hal ini menyebabkan pregabalin juga sering diresepkan untuk manajemen nyeri skiatika meskipun belum ada bukti ilmiah yang mendukung manfaat obat ini untuk kasus skiatika. Penelitian terkini menunjukkan bahwa pemberian pregabalin tidak efektif meredakan skiatika dan justru memaparkan pasien dengan efek samping yang tidak diinginkan.[1]

Sumber: BruceBlaus, Wikimedia commons, 2017. Sumber: BruceBlaus, Wikimedia commons, 2017.

Sekilas tentang Skiatika

Skiatika adalah nyeri yang diakibatkan oleh penekanan nervus skiatika (n. ischiadicus), yang merupakan saraf terpanjang pada tubuh manusia yang menjalar dari punggung bawah hingga kaki. Penyebab tersering skiatika adalah herniasi diskus (40% kasus) pada regio lumbosakral (L4–S2), yang menyebabkan kompresi atau penekanan yang mengiritasi nervus skiatika.[1,2]

Penekanan tersebut menyebabkan rasa nyeri yang menjalar dari punggung bawah ke tungkai sisi belakang atau samping. Nyeri dapat juga disertai dengan rasa seperti ditusuk-tusuk (tingling sensation), kesemutan, lemas, ataupun baal.[1-3]

Dari segi epidemiologi, skiatika mencakup <5% kasus nyeri punggung bawah di layanan primer, dengan prevalensi 5,3% pada pria dan 3,7% pada wanita. Publikasi lainnya mencatat bahwa insiden skiatika bervariasi antara 1,6–43% dan terutama ditemukan pada pria.[4,5]

Suatu studi kohort melaporkan bahwa 55% pasien skiatika masih mengalami gejala setelah 2 tahun, 53% masih mengalami gejala setelah 4 tahun, dan 25% di antaranya merupakan kasus relapse. Semakin kronis (>12 minggu) kasus skiatika, semakin kurang responsif nyerinya terhadap terapi. Oleh karena itu, penanganan skiatika yang tepat di fase akut dan subakut sangatlah penting.[6]

Penggunaan Pregabalin untuk Skiatika

Seperti nyeri neuropatik lainnya, skiatika sering resisten terhadap regimen analgesik pada umumnya (paracetamol, obat antiinflamasi nonsteroid, atau opioid). Terapi lini pertama untuk skiatika saat ini adalah antidepresan trisiklik seperti amitriptyline.[5,7,8]

Akan tetapi, dalam praktiknya, pregabalin dan gabapentin lebih sering diberikan untuk terapi nyeri neuropatik dan skiatika. Pregabalin biasanya diberi dalam dosis 100–300 mg/hari yang terbagi menjadi 2 dosis. Dosis awal adalah 2 x 25 mg/hari atau 2 x 50 mg/hari, yang dititrasi naik hingga dosis maksimal 600 mg/hari. Namun, uji klinis sebenarnya tidak menemukan manfaat klinis untuk dosis >300 mg/hari.[5,7-9]

Gabapentin biasanya diberi dalam dosis analgesik 1.800–3.600 mg/hari yang terbagi menjadi 3 dosis. Dosis awal adalah 100–300 mg/hari, yang dapat dititrasi naik hingga efek analgesik tercapai.[5,7-9]

Pregabalin adalah analog dari asam γ-aminobutirat, suatu senyawa yang memodulasi subunit kanal kalsium. Obat ini mampu menghambat pelepasan neurotransmitter pada proses sensitisasi saraf pusat, sehingga diyakini dapat meredakan nyeri pada kasus nyeri neuropatik maupun skiatika.[8]

Agen antikonvulsan antineuropatik ini sudah terbukti efektif untuk menangani neuropati diabetik ataupun neuralgia postherpetik. Meskipun demikian, hingga saat ini belum ada bukti dari studi berkualitas tinggi yang menunjukkan manfaat pregabalin untuk terapi nyeri skiatika.[8]

Efektivitas dan Keamanan Pregabalin untuk Skiatika

Studi double-blind randomized controlled trial tahun 2017 di Sydney, Australia yang mencakup 209 pasien telah menunjukkan bahwa efek pregabalin tidak berbeda dengan plasebo dalam hal penurunan intensitas nyeri skiatika. Pemberian pregabalin hanya meningkatkan pajanan pasien terhadap efek samping.[1]

Dalam studi tersebut, 108 pasien mendapat pregabalin dengan dosis yang dititrasi antara 150–600 mg/hari dan 101 pasien mendapat plasebo selama 8 minggu. Intensitas nyeri dinilai dengan skala dari 0 (tidak nyeri) sampai 10 (paling nyeri) pada minggu ke-8 dan minggu ke-52. Pregabalin dinilai tidak efektif menangani nyeri tungkai skiatika karena alasan-alasan yang tercantum di bawah.[1]

Efek Antinyeri Tidak Berbeda dengan Plasebo

Pada minggu ke-8, skala intensitas nyeri antara kelompok pregabalin dan plasebo tampak mirip, yaitu 3,7 dan 3,1 secara berturut-turut. Pada minggu ke-52, skala juga tampak mirip antara kelompok pregabalin dan plasebo, yaitu 3,4 dan 3,0 secara berturut-turut. Tidak ditemukan perbedaan bermakna antara kedua kelompok.[1]

Disabilitas, Nyeri Punggung, dan Kualitas Hidup Tidak Berbeda dengan Plasebo

Baik pada minggu ke-8 maupun ke-52, tidak ditemukan perbedaan bermakna antara kelompok plasebo dan pregabalin dalam hal outcome sekunder (disabilitas, intensitas nyeri punggung, maupun skor kualitas hidup).[1]

Kejadian Efek Samping Lebih Tinggi Daripada Plasebo

Pada kelompok pregabalin, terdapat 227 kejadian efek samping pada 68 pasien. Angka ini berbeda bermakna bila dibandingkan kelompok plasebo (124 kejadian pada 43 pasien). Efek samping yang paling sering dilaporkan di kedua kelompok adalah pusing. Namun, efek pusing lebih sering dilaporkan di kelompok pregabalin.[1]

Risiko Bunuh Diri

Suatu penelitian kohort yang dilakukan di Inggris menemukan bahwa penggunaan obat antiepilepsi (termasuk pregabalin) berhubungan dengan peningkatan risiko bunuh diri pada pasien depresi atau pada pasien yang mendapat obat antiepilepsi bukan untuk penanganan epilepsi atau bipolar.

Hal ini menyebabkan munculnya kekhawatiran bahwa penggunaan pregabalin untuk skiatika akan menyebabkan peningkatan risiko bunuh diri pada pasien. Namun, belum ada studi terkait risiko bunuh diri pada pasien skiatika yang mendapat pregabalin.[10]

Kesimpulan

Penggunaan pregabalin dinilai tidak bermanfaat untuk terapi nyeri tungkai skiatika, melainkan merugikan karena memaparkan pasien dengan risiko efek samping yang tidak perlu. Uji klinis acak terkontrol yang terbaru melaporkan bahwa efek pregabalin tidak berbeda dengan plasebo dalam hal penurunan intensitas nyeri skiatika.

Selain itu, efek pregabalin juga dilaporkan tidak berbeda dengan plasebo dalam hal penurunan disabilitas, penurunan nyeri punggung, dan perbaikan kualitas hidup pasien skiatika. Sebaliknya, pemberian pregabalin justru meningkatkan angka kejadian efek samping secara bermakna.

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi