Bahaya Penggunaan Douche Vagina

Oleh :
Rainey Ahmad Fajri Putranta

Penggunaan douche vagina dilaporkan berbahaya karena dapat meningkatkan risiko bacterial vaginosis, kandidiasis vulvovaginal yang berulang, penyakit menular seksual, penyakit radang panggul, dan infertilitas. The American College of Obstetricians and Gynecologist atau ACOG tidak menyarankan penggunaan douche vagina.[1]

Di masa lalu, tujuan penggunaan douche vagina adalah untuk mengurangi bakteri yang tidak diinginkan pada vagina. Sayangnya, douche tidak hanya membunuh bakteri yang tidak diinginkan, tetapi juga membunuh mikroflora yang menguntungkan pada vagina seperti Lactobacillus sp. Hal ini justru meningkatkan risiko infeksi.[2,3]

scratching leukorrhea

Sampai saat ini, beberapa wanita masih menggunakan douche vagina karena alasan kebersihan, pencegahan infeksi genital, budaya membersihkan alat kelamin sebelum atau sesudah hubungan seksual, pencegahan leukorrhea, dan pengurangan bau tidak sedap. Padahal, menurut berbagai studi, douche vagina berhubungan dengan risiko infeksi, gangguan fertilitas, gangguan kehamilan, dan kanker serviks.[4-6]

Perubahan Mikroflora Vagina Akibat Douche Vagina

Pada dasarnya, vagina dapat menghasilkan mukus yang merupakan pembersih alami untuk vagina. Mukus tersebut dapat mengeluarkan sisa-sisa darah, semen, maupun keputihan. Pembersihan vagina dengan sabun dan air saja sebenarnya sudah cukup untuk menjaga kebersihan vagina.[7]

Penggunaan douche vagina dapat mengubah pH yang sebenarnya sudah ideal untuk sistem pertahanan vagina. Perubahan pH ataupun efek bakterisidal dari douche justru akan mengganggu komposisi mikroflora di vagina.[2]

Mikroflora vagina berfungsi untuk menciptakan lingkungan mukosa yang baik dan memberikan proteksi terhadap infeksi jamur maupun patogen penyebab infeksi menular seksual. Lactobacilli pada vagina juga membantu pertahanan janin dan kehamilan yang sehat. Lactobacilli, terutama L. crispatus, adalah bakteri yang paling umum terdapat pada vagina dan merupakan karakteristik lingkungan vagina yang sehat.[2]

Rusaknya mikrobioma pada vagina dapat menyebabkan penyakit radang panggul, bacterial vaginosis, klamidiasis, kandidiasis, serta infeksi menular seksual. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa rusaknya ekosistem mikroflora dapat menyebabkan abortus, kelahiran prematur, kehamilan ektopik, dan kanker serviks.[4-6,8]

Suatu penelitian in vitro pada tahun 2018 menunjukkan bahwa penggunaan douche vagina dapat mengurangi koloni Lactobacilli. Penelitian tersebut menggunakan tiga jenis douche vagina yang dapat dibeli secara umum.[8]

Dampak Douche Vagina terhadap Risiko Infeksi Sistem Reproduksi

Penggunaan douche vagina dikaitkan dengan peningkatan risiko bacterial vaginosis. Suatu penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2015 menganalisis prevalensi bacterial vaginosis di Nepal. Penilaian tersebut dilakukan menggunakan Nugent’s scoring. Pada penelitian tersebut, douching terbukti meningkatkan risiko bacterial vaginosis.[10]

Penyakit radang panggul biasanya disebabkan oleh penyebaran patogen dari saluran kemih bawah ke uterus dan tuba falopi. Penggunaan douche vagina dilaporkan dapat meningkatkan penyebaran ini dan mengganggu mikroflora vagina, sehingga pasien lebih rentan mengalami penyakit radang panggul. Beberapa mikroorganisme yang menyebabkan penyakit radang panggul adalah Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, dan bakteri anaerobik.[1,3]

Seberapa besarnya risiko penyakit radang panggul akibat penggunaan douche vagina hingga saat ini belum diketahui secara pasti karena terbatasnya studi prospektif. Ada studi yang menunjukkan peningkatan risiko signifikan, tetapi ada penelitian multisenter terhadap 1.827 wanita berusia 18–34 tahun yang menunjukkan bahwa peningkatan risiko penyakit radang panggul pada pengguna douche tidak terlalu signifikan.[1,9]

Di Turki, suatu penelitian menunjukkan bahwa wanita yang melakukan douche memiliki lebih banyak gejala vaginitis, seperti keputihan, bengkak, rasa panas, gatal, nyeri saat berkemih, nyeri pinggul, dan kandidiasis vulvovaginal. Keputihan yang berbau dan gatal menjadi keluhan paling sering.[11]

Dampak Douche Vagina terhadap Fertilitas dan Kehamilan

Penggunaan douche vagina diketahui berhubungan dengan peningkatan risiko penyakit radang panggul. Penyakit radang panggul sendiri dapat meningkatkan risiko infertilitas. Studi menunjukkan bahwa hampir 20% wanita yang pernah mengalami satu episode penyakit radang panggul akan mengalami infertilitas. Studi juga menunjukkan bahwa wanita yang menggunakan douche vagina memiliki kemungkinan hamil 30% lebih kecil daripada wanita yang tidak menggunakan douche.[1,9]

Penyakit radang panggul juga dapat meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik hingga dua kali lipat. Wanita yang menggunakan douche dilaporkan mempunyai risiko kehamilan ektopik yang lebih tinggi daripada wanita yang tidak memakai douche.[1]

Penggunaan douche vagina juga meningkatkan risiko bacterial vaginosis. Bila bacterial vaginosis terjadi saat usia gestasi 24–28 minggu, studi melaporkan bahwa ibu berisiko mengalami persalinan preterm dan janin berisiko lahir dengan berat badan rendah.[1,6]

Dampak Douche Vagina terhadap Risiko Kanker Serviks

Douche diduga dapat menyebabkan abrasi epitel dan mengganggu lingkungan normal vagina. Akibatnya, human papillomavirus (HPV) dapat masuk dan menginfeksi vagina. Suatu studi cross-sectional telah dilakukan di Amerika Serikat untuk menganalisis 1.271 wanita berumur 20–49 tahun yang berpartisipasi dalam National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) tahun 2003–2004.[4]

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa douching berhubungan dengan infeksi beberapa tipe HPV, termasuk tipe onkogenik. Oleh sebab itu, douche meningkatkan risiko kanker yang disebabkan HPV. Sayangnya, penelitian ini tidak memuat jenis douche yang digunakan, waktu pemakaian douche, cara penggunaan douche, dan perilaku penggunaan douche (seperti kapan pertama kali memakai douche vagina).[4]

Studi lebih lanjut masih diperlukan untuk konfirmasi karena masih ada studi yang lain yang menunjukkan hasil berbeda. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh adanya perbedaan praktik douching pada berbagai populasi dan negara.[12,13]

Kesimpulan

Berbagai penelitian melaporkan bahwa penggunaan douche vagina memberikan efek negatif terhadap kesehatan reproduksi wanita. Douche vagina dilaporkan berhubungan dengan peningkatan risiko bacterial vaginosis, klamidiasis, kandidiasis vulvovaginal, dan penyakit radang panggul.

Penyakit radang panggul kemudian meningkatkan risiko infertilitas dan risiko kehamilan ektopik. Bacterial vaginosis yang terjadi pada usia gestasi 24–28 minggu juga dapat meningkatkan risiko persalinan preterm dan risiko berat badan lahir rendah.

Penggunaan douche vagina juga dilaporkan mungkin meningkatkan risiko infeksi HPV dan akhirnya meningkatkan risiko kanker serviks. Akan tetapi, hal ini masih perlu diteliti lebih lanjut untuk konfirmasi. Untuk saat ini, dokter perlu mengedukasi pasien mengenai efek-efek negatif douche vagina sesuai bukti yang ada, agar pasien tidak menggunakan douche vagina.

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi