Pemeriksaan Bising Usus Untuk Mendeteksi Obstruksi Usus

Oleh :
dr. Harris Bartimeus, Sp.B

Pemeriksaan bising usus untuk mendeteksi obstruksi usus biasanya dilakukan untuk menegakkan diagnosis. Referensi buku kedokteran sejak dahulu menyatakan bahwa suara usus yang hiperaktif, bergemerincing atau high-pitched yang terdengar seperti metallic sound, merupakan tanda yang khas yang didapatkan pada pasien obstruksi usus. Meski pemeriksaan bising usus sudah digunakan sejak lama, peran pemeriksaan tersebut dalam mendiagnosis gangguan/penyakit seperti obstruksi usus, tidak banyak dibahas.[1-4]

Makna Klinis Pemeriksaan Bising Usus

Pemeriksaan bising usus merupakan salah satu pemeriksaan fisik abdomen yang lazim dilakukan pada praktek klinis.  Bising usus sendiri dihasilkan dari gerakan dari udara dan cairan yang bercampur dalam usus akibat gerakan peristaltik usus. Kualitas dan kuantitas dari bising usus akan banyak terpengaruh dari aktivitas usus saat itu.[4-6]

The,Men,Holding,A,Stethoscope,Place,The,Abdomen,Of,A

Frekuensi Bising Usus

Bising usus yang normal memiliki frekuensi 5–34 kali per menit. Terkadang, jarak antar siklus bising usus mencapai 5–35 menit. Oleh karena itu, pemeriksaan bising usus yang ideal seharusnya dilakukan selama >35 menit; atas dasar bahwa bising usus mungkin tidak terdengar selama 35 menit dan hal tersebut belum tentu menandakan kelainan pada abdomen.[7,8]

Meskipun demikian, pemeriksaan yang ideal tersebut sangat memakan waktu dan tidak mungkin dilakukan pada praktek klinis sebenarnya.  Biasanya, pemeriksaan bising usus dilakukan 30 detik–7 menit. Selain itu, tidak semua gerakan peristaltik usus menghasilkan bising usus yang dapat didengar melalui stetoskop. Oleh karena itu, tidak terdengarnya bising usus bukan berarti tidak ada gerakan peristaltik.[7,8]

Interpretasi Suara Bising Usus

Suara gemercik sering terdengar saat auskultasi bising usus pada orang normal.  Suara bising usus yang bergemuruh dan kadang disertai dengan hentakan gemuruh yang kuat biasa didengar pada kasus diare.[4-6]

Sedangkan suara yang jarang, halus dan kadang diselingi gemerincing bernada tinggi, atau dikenal sebagai high pitched atau metallic sound, biasanya terjadi pada kasus obstruksi. Suara bising usus menghilang biasanya terjadi pada kasus obstruksi yang lanjut, paralitik ataupun peritonitis. Namun interpretasi dari suara bising usus ini dapat berbeda-beda karena adanya faktor subjektivitas pemeriksa.[4-6]

Validitas Pemeriksaan Auskultasi Bising Usus Dalam Diagnosis Obstruksi Usus

Tidak banyak publikasi yang meneliti tentang suara bising usus, terlebih lagi publikasi penelitian tentang suara bising usus yang dikaitkan dengan kasus obstruksi usus.[4-6,9]

Studi oleh Ching et al tahun 2012

Ching et al melakukan studi observasi pada tahun 2012 dan melibatkan 71 subjek dalam kurun waktu 2009-2011. Studi tersebut bertujuan untuk mengetahui karakteristik bising usus pada subjek normal dan obstruksi usus. Hasilnya, tidak ditemukan perbedaan karakteristik bising usus antara pasien dengan obstruksi usus dan pasien normal. Namun, bising usus pada obstruksi usus besar memiliki durasi yang lebih lama dan frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus halus.[5]

Studi oleh Felder et al tahun 2014

Studi observasi lain dari Felder et al yang dilakukan tahun 2014 membandingkan akurasi pemeriksa dalam menginterpretasi bising usus untuk mendeteksi obstruksi usus halus dan ileus pasca operasi, menggunakan stetoskop elektronik. Sensitivitas pemeriksaan bising usus untuk kasus normal adalah 32%; kasus obstruksi usus halus adalah 22%.[9]

Sementara positive predictive value untuk kasus normal adalah 23%; kasus obstruksi usus halus 28%; dan kasus ileus pasca operasi adalah 44%. Interpretasi tersebut dilakukan oleh 41 dokter dengan latar belakang pendidikan yang berbeda, seperti dokter muda, residen senior, dokter spesialis ilmu penyakit dalam, dan dokter bedah. Hasil kuesioner pada penelitian ini juga menunjukkan bahwa hanya 17% dokter yang melakukan pemeriksaan auskultasi abdomen secara reguler dalam praktik sehari-hari.[9]

Studi oleh Breum et al tahun 2015

Studi yang dilakukan Breum et al tahun 2015 juga mendapatkan hasil yang serupa, di mana nilai median sensitivitas pemeriksaan bising usus untuk mendiagnosis obstruksi usus didapatkan sebesar 42%, sedangkan nilai median spesifisitasnya 78%. Penelitian yang melibatkan 53 dokter tersebut menemukan bahwa tidak ada perbedaan akurasi yang bermakna antara dokter junior dan senior.[4]

Studi oleh Drake et al tahun 2021

Sebuah studi observasi pada 16 peserta dilakukan oleh Drake et al tahun 2021 untuk melihat ada tidaknya korelasi antara pemeriksaan auskultasi bising usus dengan gerakan peristaltik usus yang dideteksi dengan bantuan ultrasonografi (USG) abdomen.[6]

Berdasarkan studi ini, tidak ditemukan korelasi bermakna antara suara bising usus yang terdengar saat auskultasi dan gerakan peristaltik usus yang tervisualisasi pada USG. Hal ini menunjukkan terdapat momen di mana suara bising usus terdengar pada auskultasi tetapi tidak terdeteksi pada ultrasonografi, begitu pula sebaliknya.[6]

Kesimpulan

Pemeriksaan bising usus merupakan pemeriksaan sederhana dan cepat yang biasanya dilakukan untuk diagnosis obstruksi usus. Namun, akurasinya sangat rendah dan interpretasinya bersifat subjektif. Oleh karena itu, auskultasi bising usus tidak dapat dipakai sebagai indikator tunggal dalam mendiagnosis obstruksi usus.

Dalam pendidikan, dokter senior tidak boleh dogmatis ketika mengajar dokter junior dan mahasiswa kedokteran mengenai penggunaan pemeriksaan bising usus– pemeriksaan harus dikorelasikan dengan kondisi klinis pasien. Pemeriksaan penunjang lainnya dapat digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis obstruksi usus.

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Paulina Livia Tandijono

Referensi