Penggunaan Soft Brace pada Adolescent Idiopathic Scoliosis

Oleh :
dr. Elisabet Augustina Sp.KFR

Penggunaan soft brace sebagai alternatif terapi non-operatif pada Adolescent Idiopathic Scoliosis (AIS) masih terus dalam pengkajian. Mengingat AIS merupakan jenis skoliosis yang paling sering pada anak usia 10-18 tahun, penggunaan brace bertujuan seoptimal mungkin menahan progresi kurva selama masa pertumbuhan. Tidak lain target akhirnya adalah mengurangi disabilitas dan risiko pembedahan.[1,2]

Prinsip Kerja Soft Brace pada Adolescent Idiopathic Scoliosis

Soft brace atau dynamic corrective brace untuk Adolescent Idiopathic Scoliosis (AIS) memiliki dua komponen. Pelvic base, crotch dan thigh bands merupakan komponen pertama yang berfungsi sebagai titik tumpu dan menyokong aksi dari band elastik pada area trunkus. Saat pelvic base stabil, traksi band elastik terjadi di sepanjang garis stabilisasi. Fleksibilitas bagian pelvis dari brace memberikan gerakan yang bebas pada trunkus dan mengikat pelvis dalam gerakan korektif (corrective movement). Komponen kedua yaitu bolero dan band elastik sebagai prinsip aktif dinamis dan korektif.

Orthopedic,Lumbar,Corset,On,The,Human,Body.,Back,Brace,,Waist

Prinsip corrective movement diterapkan berdasarkan kinematik segmen vertebra. Amplitudo gerakan torakal lebih besar pada torsi, maka corrective movement diperoleh dengan gerakan detorsi torakal terhadap gelang bahu (shoulder girdle). Pada regio torakolumbar (T11, T12 dan L1), amplitudo gerakan lebih besar pada lateral fleksi. Corrective movement meliputi perubahan fleksi trunkus pada bidang frontal.

Pada regio lumbar di bawah L1, amplitudo gerakan bidang sagital yaitu fleksi dan ekstensi lebih besar. Corrective movement dirancang meliputi pergeseran trunkus terhadap pelvis. Hal ini akan memproduksi ekstensi vertebra lumbar dengan membawanya ke arah posisi alami.[1-4]

Panduan Penggunaan Soft Brace pada Adolescent Idiopathic Scoliosis

Layaknya rigid brace, indikasi penggunaan soft brace pada Adolescent Idiopathic Scoliosis (AIS) yaitu jika sudut Cobb antara 15 hingga 50 derajat. Bila lebih dari 50 derajat, maka indikasi kuat untuk terapi pembedahan.

Selain sudut Cobb, soft brace dapat digunakan oleh pasien AIS dengan maturitas skeletal Risser sign 0 hingga 2 atau disebut juga pre-menarche. Penggunaan soft brace tidak diindikasikan pada kondisi defek kongenital dan skoliosis neuromuskular seperti distrofi muskular, paraplegia dan kuadriplegia traumatik, serta cerebral palsy.

Berdasarkan protokol aslinya oleh penemunya, yakni Coilard dan Rivard, soft brace dianjurkan untuk digunakan selama 20 jam sehari, hanya 4 jam sehari dilepaskan, dan juga harus dipakai saat tidur. Lamanya penggunaan dipengaruhi berat ringannya kurva, usia saat mulai tata laksana, dan progresivitas. Untuk AIS, minimum penggunaan 24 bulan. Selain itu, untuk mengoptimalisasi efek dinamis dari soft brace, pasien tetap menggunakannya selama latihan fisik kecuali berenang. Setelah proses fitting, evaluasi rontgen saat menggunakan soft brace dapat dilakukan setiap 6 bulan sekali.[1-5]

Penyapihan Penggunaan Soft Brace

Proses penyapihan (weaning) atau pelepasan brace dapat dilakukan bila terpenuhi semua kriteria, yaitu Risser sign sudah 4 atau lebih, 2 tahun pasca menarche atau perubahan suara, dan minimum penggunaan brace selama 18 bulan. Saat proses weaning, pasien diminta untuk tidak menggunakan brace selama 72 jam sebelum evaluasi, kemudian dilakukan rontgen dengan dan tanpa brace.

Jika tidak ada perbedaan sudut signifikan, yaitu < 5 derajat, maka pasien diminta tetap menggunakan brace selama 10 jam sehari saat siang hari dan saat melakukan aktivitas fisik untuk periode 6 bulan. Akan tetapi, jika terdapat perbedaan sudut lebih dari lima derajat, harus dievaluasi kembali kepatuhan pasien selama 18 bulan terakhir. Pasien tetap diminta menggunakan brace selama 20 jam sehari untuk periode enam bulan lagi.

Setelah periode 6 bulan, evaluasi seperti awal proses weaning dilakukan kembali. Jika pasien sudah menggunakan brace 10 jam sehari dan dari evaluasi terbaru tidak didapatkan perburukan, maka penggunaan brace dapat dihentikan selama periode 6 bulan. Namun, jika terjadi perburukan, penggunaan brace tetap dilanjutkan hingga enam bulan sampai evaluasi berikutnya.[1-5]

Basis Bukti Penggunaan Soft Brace pada Adolescent Idiopathic Scoliosis

Sebuah studi prospektif acak terkontrol membandingkan soft brace dengan rigid brace pada 43 pasien Adolescent Idiopathic Scoliosis (AIS) yang belum mendapat penanganan skoliosis sebelumnya. Dalam studi ini, didapatkan 7 subjek kelompok soft brace (35%) mengalami progresivitas kurva > 5 derajat, sedangkan subjek kelompok rigid brace hanya 1 orang (5,6%). Ketujuh subjek soft brace tersebut kemudian beralih menggunakan rigid brace, dan 5 dari 7 subjek (71,4%) tidak mengalami progresivitas kurva. Meski demikian, tingkat kepatuhan pasien lebih tinggi pada kelompok soft brace (38,5% vs 29,4%).[6]

Hasil serupa juga didapatkan dalam studi Gutman et al yang membandingkan soft brace dengan rigid brace spesifik jenis Boston. Studi ini melibatkan 243 pasien AIS, di mana 97 subjek soft brace dan 146 subjek Boston brace sama-sama menggunakan selama 20 jam sehari. Kedua kelompok dievaluasi tiap 6 bulan. Didapatkan proporsi subjek yang mengalami progresivitas kurva 6 derajat atau lebih pada soft brace sebesar 76%, sedangkan Boston brace 55%. Rerata progresivitas sudut Cobb juga meningkat lebih tinggi pada soft brace dibandingkan Boston brace (14,7+11,9 derajat vs 9,6+13,7 derajat).[7]

Sebuah tinjauan sistematik juga menyatakan bahwa soft brace menghasilkan angka keberhasilan terapi yang sedikit lebih rendah dibandingkan rigid brace. Dalam tinjauan sistematik ini, angka keberhasilan rigid brace didapatkan 73,2%, sedangkan soft brace 62,4%. Meski demikian, risiko bias dari studi yang dianalisis tinggi karena angka keberhasilan penggunaan brace dipengaruhi oleh tingkat keparahan skoliosis masing-masing pasien dan kebutuhan penggunaan, yang tidak dianalisis lebih lanjut dalam tinjauan tersebut.[8]

Kesimpulan

Brace telah lama menjadi bagian dari tata laksana non-operatif pada Adolescent Idiopathic Scoliosis (AIS) dengan sudut 15 hingga 50 derajat. Namun, efikasi penggunaan soft brace dalam mencegah progresivitas kurva masih menunjukkan hasil yang kurang optimal dibandingkan dengan rigid brace. Kendati demikian, penggunaan soft brace pada AIS dapat dipertimbangkan terkait dengan aspek kualitas hidup dan kepatuhan pasien yang lebih baik.

Studi yang tersedia saat ini memiliki beberapa keterbatasan, termasuk ukuran sampel yang kecil, data objektif tentang perbedaan kepatuhan antara soft brace dan brace konvensional, serta kurangnya blinding. Oleh sebab itu, penelitian lebih lanjut masih diperlukan.

Referensi