Efek Mobilisasi Dini Terhadap Gangguan Kognitif Jangka Panjang Pada Pasien Sakit Kritis – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr. Emillya Sari

Effect of early mobilisation on long-term cognitive impairment in critical illness in the USA: a randomised controlled trial

Patel BK, Wolfe KS, Patel SB, et al. Lancet Respiratory Medicine. 2023;11(6):563-572. doi: 10.1016/S2213-2600(22)00489-1.

studiberkelas

Abstrak

Latar Belakang: Pasien yang mendapatkan terapi ventilasi mekanik sering mengalami gangguan kognitif yang berkepanjangan dan belum ada pengobatan yang diketahui untuk ini. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah mobilisasi dini dapat mengurangi tingkat gangguan kognitif dan gangguan lainnya selama 1 tahun setelah episode perawatan penyakit kritis.

Metode: Dalam uji klinis terkontrol acak tunggal, paralel ini, pasien yang masuk ke unit perawatan intensif medis-bedah dewasa (ICU) di University of Chicago Amerika Serikat direkrut. Kriteria inklusi adalah pasien dewasa (berusia ≥18 tahun) yang mandiri secara fungsional dan mendapatkan ventilasi mekanis pada awalnya dan dalam 96 jam pertama ventilasi mekanis, serta diharapkan akan berlanjut setidaknya selama 24 jam.

Pasien secara acak ditempatkan (1:1) melalui randomisasi blok berimbang berulang yang dihasilkan oleh komputer yang membagi pasien pada 2 kelompok terapi, yaitu fisioterapi fisik dan okupasi dini (mobilisasi dini) atau perawatan biasa. Seorang peneliti menetapkan setiap penugasan dalam amplop yang diurutkan secara berurutan, tertutup, dan tidak tembus cahaya; mereka tidak memiliki keterlibatan lebih lanjut dalam uji coba. Hanya para penilai yang tidak mengetahui kelompok penugasan.

Luaran primer adalah gangguan kognitif 1 tahun setelah keluar dari rumah sakit, diukur dengan Montreal Cognitive Assessment (MoCA). Pasien dinilai untuk gangguan kognitif, kelemahan neuromuskular, hari di luar rumah sakit, kemandirian fungsional, dan kualitas hidup yang diukur saat keluar dari rumah sakit dan setelah 1 tahun.

Hasil: Antara 11 Agustus 2011 dan 24 Oktober 2019, 1222 pasien diskrining, 200 pasien masuk dalam kriteria inklusi (perawatan biasa n=100, intervensi n=100), dan satu pasien menarik diri dari penelitian di setiap kelompok; sehingga 99 pasien di setiap kelompok dimasukkan dalam studi ini.

65 (88%) dari 74 dalam kelompok perawatan biasa dan 62 (89%) dari 70 dalam kelompok intervensi menjalani tes untuk gangguan kognitif pada tahun ke-1. Tingkat gangguan kognitif pada tahun ke-1 pada kelompok mobilisasi dini adalah 24% (24 dari 99 pasien) dibandingkan dengan 43% (43 dari 99) dengan perawatan biasa (perbedaan absolut -19·2%, CI 95% -32·1 hingga -6·3%; p=0·0043). Gangguan kognitif yang terjadi pada saat keluar rumah sakit lebih rendah pada kelompok intervensi.

Pada tahun ke-1, kelompok intervensi memiliki gangguan fisik yang lebih sedikit  dibandingkan dengan kelompok perawatan ICU biasa dan skor komponen fisik yang lebih tinggi pada pengujian kualitas hidup dibandingkan dengan kelompok perawatan biasa. Tidak ada perbedaan dalam tingkat kemandirian fungsional atau skor komponen mental antara kelompok intervensi dan perawatan biasa pada tahun ke-1.

Tujuh peristiwa tidak diinginkan dilaporkan pada enam (6%) dari 99 pasien dalam kelompok intervensi dan tidak pada pasien dalam kelompok perawatan biasa, mencakup perubahan hemodinamik (n=3), tercabutnya kateter arteri (n=1), pergeseran rectal tube (n=1), dan kesulitan pernapasan (n=2).

Kesimpulan: Mobilisasi dini mungkin merupakan intervensi pertama yang diketahui untuk meningkatkan luaran gangguan kognitif jangka panjang pada penyintas ICU setelah ventilasi mekanik. Temuan ini dengan jelas menekankan pentingnya menghindari keterlambatan dalam memulai mobilisasi. Namun, peningkatan peristiwa tidak diinginkan dalam kelompok intervensi memerlukan penyelidikan lebih lanjut.

MobilisasiDini

Ulasan Alomedika

Jurnal ini adalah merupakan kelanjutan dari jurnal sebelumnya tentang protokol mobilisasi dini di ICU yang telah menjadi bagian tidak terpisahkan dalam perawatan ICU. Luaran utama yang dievaluasi dari penelitian ini adalah kejadian gangguan kognitif dalam 1 tahun pada pasien pasca perawatan ICU dengan ventilasi mekanis. Namun, aspek lain seperti kelemahan fisik, kemandirian fungsional, kualitas hidup, dan waktu bebas kontrol ke rumah sakit merupakan bagian yang juga diteliti.

Ulasan Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan sebagai uji klinis terkontrol acak tunggal, paralel di University of Chicago. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi apakah mobilisasi dini dapat mengurangi tingkat gangguan kognitif dan aspek ketidakmampuan lain setahun setelah sakit kritis pada pasien yang menerima ventilasi mekanis.

Subjek Studi:

Pasien yang memenuhi kriteria inklusi adalah mereka yang berusia ≥18 tahun, mandiri fungsional, menjalani ventilasi mekanis pada awalnya dan dalam 96 jam pertama, serta diharapkan berlanjut selama setidaknya 24 jam. Pasien direkrut dari unit perawatan intensif medis-bedah dewasa (ICU).

Pengacakan, Perlakuan, dan Luaran:

Metode penelitian melibatkan randomisasi pasien ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok mobilisasi dini dan perawatan biasa, dengan rasio 1:1 menggunakan randomisasi blok seimbang. Pengacakan ini dilakukan dengan menggunakan komputer, dan peneliti yang menentukan setiap penugasan menggunakan amplop bersegel yang diurutkan secara berurutan. Hanya penilai yang tidak mengetahui kelompok penugasan, sehingga mengurangi potensi bias.

Parameter yang diukur melibatkan evaluasi pasien terkait gangguan kognitif, kelemahan neuromuskular, hari tanpa pergi ke rumah sakit, kemandirian fungsional, dan kualitas hidup pada saat keluar dari rumah sakit dan setahun setelahnya.

Kelebihan dari metode ini termasuk desain uji coba terkontrol acak yang kuat, dengan randomisasi yang teliti dan penilaian parameter yang komprehensif. Penggunaan amplop bersegel dan penilai yang tidak mengetahui kelompok penugasan juga meningkatkan validitas hasil. Namun, kekurangannya mungkin terletak pada keterbatasan generalisasi hasil karena penelitian hanya dilakukan pada satu pusat kesehatan.

Ulasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil studi tersebut, didapatkan 43% pasien dalam kelompok perawatan biasa dan 24% pasien dalam kelompok intervensi mengalami gangguan kognitif pada tahun pertama. Nilai median MoCA pada tahun pertama lebih tinggi dalam kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok perawatan biasa. Selanjutnya, saat keluar dari rumah sakit, lebih sedikit pasien dalam kelompok intervensi mengalami gangguan kognitif.

Menggunakan Uji Modified Poisson Regression Model, didapatkan hasil intervensi menurunkan risiko gangguan kognitif sebesar 19%. Dalam 1 tahun pertama pemantauan, gangguan kognitif membaik pada kedua kelompok sebesar 2% per bulan, tetapi nilai ini lebih tinggi dalam kelompok intervensi.

Dalam hal luaran neuromuskular, lebih sedikit pasien dalam kelompok intervensi mengalami kelemahan yang didapat di ICU dibandingkan dengan kelompok perawatan biasa saat keluar dari rumah sakit dan pada tahun ke-1. Proporsi pasien dengan kemandirian fungsional lebih tinggi dalam kelompok intervensi dibandingkan kelompok perawatan biasa saat keluar dari rumah sakit, tetapi tidak secara signifikan berbeda dari kelompok perawatan biasa pada tahun ke-1.

Skor kualitas hidup dalam domain fisik dan kesehatan mental tidak signifikan berbeda saat keluar dari rumah sakit. Pada tahun ke-1, skor komponen fisik lebih tinggi dalam kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok perawatan biasa; namun, skor komponen mental pada tahun ke-1 tidak berbeda secara signifikan antar kelompok. Jumlah median hari tanpa kontrol ke rumah sakit tidak berbeda secara signifikan antara kedua kelompok.

Kelebihan Penelitian

Kelebihan penelitian ini adalah desain penelitian yang berbentuk uji klinis dan dilakukannya pemantauan dalam 1 tahun yang sesuai dengan perjalanan penyakit gangguan fungsi kognitif, yaitu tersering dalam tahun pertama pasca perawatan ICU dengan ventilator. Kriteria inklusi pada jurnal ini juga tidak terlalu spesifik, sehingga variasi kasus ICU dengan ventilasi mekanis baik kasus bedah ataupun medis, dari kejadian COVID-19 sampai dengan kejadian syok hipovolemik dapat masuk ke dalam sampel.

Selanjutnya, pengacakan yang dilakukan tertata baik dengan menggunakan sistem blok dan peneliti ataupun peserta penelitian tidak saling mengetahui. Blinding yang dilakukan juga cukup baik, yaitu observer bukan merupakan tim peneliti yang meminimalisir adanya bias dalam hasil observasi yang dilakukan.

Kelebihan lain penelitian ini adalah penilaian yang dilakukan bersifat kuantitatif dan terukur dengan menggunakan alat ukur yang terstandarisasi dan tervalidasi secara internal maupun eksternal. Dalam penanganan kejadian dropout, dilakukan analisis yang menunjukkan hasil yang tidak bermakna pada hasil penelitian.

Limitasi Penelitian

Jurnal ini memiliki kelemahan yaitu jumlah sampel yang kecil. Hal ini tentu akan mempengaruhi kekuatan bukti yang didapat. Selanjutnya, ada keterbatasan generalisasi hasil karena penelitian hanya dilakukan pada satu pusat layanan kesehatan.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Mobilisasi dini telah dimasukkan sebagai bagian dari perawatan ICU di Indonesia, namun jarang diterapkan dalam praktik sehari-hari. Meskipun penelitian ini memiliki keterbatasan, seperti jumlah sampel yang kecil dan hanya dilakukan single center, penelitian ini mengindikasikan adanya manfaat signifikan dari mobilisasi dini terhadap berbagai luaran klinis pasien, termasuk luaran kognitif. Ini menguatkan pentingnya melakukan mobilisasi dini pada pasien sakit kritis di Indonesia.

Referensi