Hendaya Kognitif pada Gangguan Cemas

Oleh :
dr. Soeklola SpKJ MSi

Hendaya kognitif berkaitan dengan gangguan mental seperti gangguan cemas dan depresi. Fungsi kognitif seseorang terdiri dari orientasi, atensi/konsentrasi, penilaian atau kemampuan menyelesaikan masalah, memori dan pembelajaran verbal, memori dan pembelajaran visual/spatial, serta fungsi eksekutif.[1-4]

Studi kohort selama 9 tahun menunjukkan terjadinya penurunan fungsi kognitif global pada pasien dengan gangguan cemas menyeluruh atau generalized anxiety disorder (GAD). Sebuah data meta analisis juga menyebutkan peningkatan risiko demensia pada pasien dengan mild cognitive impairment (MCI) yang disertai gangguan cemas.[1-4]

 shutterstock_1611499372-min

Mekanisme Terjadinya Hendaya Kognitif pada Gangguan Cemas

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan hendaya kognitif dapat terjadi pada penderita gangguan cemas menyeluruh, di antaranya adalah teori u-shape dan teori pengontrolan kognitif atensi.

Teori U-Shape

Terdapat hipotesis U-shape yang menyatakan bahwa katekolamin dan glukokortikoid konsentrasi sedang dapat meningkatkan pembentukan memori. Sementara, kadar yang meningkat serta memanjang akan merusak pusat memori. Perpanjangan katekolamin dan glukokortikoid ini juga ditemui pada kondisi cemas.[4]

Teori Pengontrolan Kognitif Atensi

Teori lain berkaitan dengan teori pengontrolan kognitif atensi. Kontrol kognitif diatur oleh keterikatan fungsi utama dari memori kerja, set-shifting, dan inhibisi. Memori kerja atau work memory (WM) memiliki kemampuan untuk mempertahankan dan menerima informasi baru di girus prefrontal korteks. Set-shifting adalah kemampuan menggeser fokus di antara set tugas yang sedang dihadapi. Sedangkan inhibisi diartikan sebagai kemampuan untuk memberi respons secara tepat dan sesuai dengan sesuatu yang dihadapi.[1,5]

Teori ini menekankan bahwa gejala cemas disebabkan penurunan kontrol kognitif, yang ditandai dengan penurunan kemampuan inhibisi, set-shifting, dan WM. Hal ini ditunjukkan dari hasil pemeriksaan tes inhibisi (go no go, Flanker tasks, Strop) yang lebih buruk pada kelompok yang memiliki trait cemas dan gangguan cemas menyeluruh, daripada kelompok kontrol.[1,5]

Perburukan hasil juga didapatkan pada tes ranah set-shifting dan WM. Selain itu, defisit ranah inhibisi, set-shifting, dan perlambatan WM juga menjadi prediktor peningkatan frekuensi gejala cemas.[1,5]

Kinerja Otak pada Kondisi Cemas

Cemas sebenarnya sebuah mekanisme adaptasi untuk meningkatkan kewaspadaan yang berguna untuk terhindar dari potensi bahaya. Ekspresi cemas yang berlebihan dan bersifat maladaptif yang akhirnya mencetuskan gangguan cemas.[6,7]

Kinerja Otak Hewan saat Kondisi Cemas

Penelitian pada binatang pengerat menunjukkan perilaku mirip cemas melibatkan kerja dari ventral hippocampus (vHPC), medial prefrontal cortex (mPFC) dan basolateral amygdala (BLA). Terutama proyeksi monosinaptik langsung dari vHPC menuju mPFC. Lesi vHPC dan mPFC di binatang pengerat dianggap homolog dengan lesi pada anterior hipokampus manusia dalam menghasilkan perilaku mirip cemas.[6,8]

Pada hewan pengerat, sinkronisasi frekuensi theta (4-12 Hz) antara vHPC dan mPFC muncul selama berada di lingkungan yang mencetuskan kecemasan seperti elevated plus maze (EPM). Sinkronisasi frekuensi theta antara vHPC ke BLA dan BLA ke mPFC juga meningkat saat inisiasi gejala cemas, dan inhibisi proyeksi BLA ke vHPC bersifat ansiolitik. Pada kondisi cemas peningkatan gelombang theta diikuti dengan penurunan gelombang gamma di area BLA dan mPFC.[6]

Kinerja Otak Manusia saat Kondisi Cemas

Sebuah penelitian pada 23 individu sehat (rerata berusia 22.9 ± 3.91 tahun) menilai osilasi neural pada permainan komputer yang menstimulasi konflik penyelesaian dan penghindaran (approach-avoidance). Permainan berupa mengumpulkan token di bawah tekanan predator virtual. Osilasi dinilai menggunakan magnetoencephalography (MEG) pada area yang terlibat, yaitu bilateral hipokampus.[8]

Penelitian ini menunjukkan bahwa saat mengalami konflik secara konsisten terjadi perubahan di hipokampus tengah sebelah kanan, paling menonjol perubahan pada gelombang gamma. Pola ini secara spesifik terjadi di hipokampus, serta tidak dipengaruhi oleh gerakan spasial maupun perilaku mirip cemas. [8]

Gelombang gamma dimodulasi oleh perlambatan ritme theta, dan modulasi theta ini meningkat dengan adanya ancaman. Besarnya ancaman tidak mempengaruhi besaran modulasi. Hal ini menunjukkan ekspresi hipokampus dan mPFC pada kondisi cemas saling berkaitan dan berhubungan dengan fungsi memori.[8]

Perbedaan Gangguan Cemas dan Trait Cemas

Kondisi cemas merupakan respons emosional yang bersifat sementara sebagai reaksi terhadap kejadian tidak diinginkan, sementara trait cemas berkaitan dengan karakteristik kepribadian seseorang dan bersifat lebih menetap. Penelitian Saviola et al mengamati apakah ada perbedaan peran area otak pada kondisi cemas dan trait cemas, pada 42 orang sehat menggunakan state-trait anxiety inventory (STAI) dan melakukan magnetic resonance imaging (MRI).[7]

Gangguan cemas menunjukkan gangguan sistem limbik berupa perubahan konektivitas dan peningkatan fungsi jaras cingulo-opercular ketika melakukan kegiatan yang membutuhkan regulasi emosi. Sementara trait cemas menunjukkan perbedaan struktur otak yaitu berupa penebalan abnormal kortikal di amigdala dan cingulate; serta perbedaan volume girus parahipokampus, girus inferior temporal, dan korteks inferior frontal.[7,9,10]

Perbedaan struktur ini berhubungan dengan fungsi mengambil keputusan dan kerentanan yang lebih tinggi untuk terjadinya gangguan mood dan cemas pada trait cemas. Hal ini diakibatkan oleh terjadinya hiper-respons terhadap situasi yang penuh stres, yang ditunjukkan dengan meningkatnya passive coping terhadap perubahan lingkungan, penurunan fungsi kognitif, dan kemampuan berkompetisi sosial yang rendah.[7,11]

Rekomendasi Tata Laksana Hendaya Kognitif pada Gangguan Cemas

Hingga saat ini, penanganan gangguan cemas menyeluruh baru difokuskan pada gejala cemas yang timbul. Belum ada konsensus yang memberikan standar tes maupun terapi neuropsikiatri untuk ranah kognitif yang terganggu pada gangguan cemas.[12]

Remediasi Kognitif

Attention bias modification (ABM) merupakan program remediasi kognitif yang bertujuan untuk melatih kontrol atensi pada kemampuan memproses informasi. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa ABM memberikan efek bermakna, kecil hingga besar, dalam mengatasi bias atensi, gejala cemas, dan gejala anxietas sosial.[13]

Pelatihan ABM bersifat repetitif dan dilakukan untuk menggeser atensi pasien dari stimulus negatif ke netral ataupun positif, misalnya menggeser wajah kecewa ke wajah senang di layar komputer. Pelatihan dapat dilakukan di klinik, ataupun lewat daring di rumah. Pelatihan bertujuan untuk mengubah kebiasaan dalam menilai stimulus menjadi lebih positif, sehingga akan menurunkan gejala cemas.[13,14]

Dasar dari pelatihan ini adalah dugaan gejala cemas dicetuskan akibat disregulasi atensi terhadap ancaman. Individu pencemas terbiasa berfokus pada stimulus negatif dibandingkan stimulus positif. Hal ini dibuktikan dengan lebih aktifnya amigdala dibandingkan lateral PFC saat berespons terhadap stimulus ancaman. Kondisi ini selanjutnya memunculkan ketidak-seimbangan antara proses top-down (kontrol atensi) dan bottom-up (proses emosional).[13,14]

Kesimpulan

Gangguan cemas mempengaruhi fungsi kognitif seseorang. Kondisi ini berhubungan dengan perpanjangan dan peningkatan kadar glukokortikoid dan katekolamin pada gangguan cemas.Selain itu terdapat bukti terjadinya gangguan kontrol atensi pada gangguan cemas. Berdasarkan penelitian, area hipokampus dan mPFC merupakan area utama yang terlibat dalam kondisi cemas.[1-5]

Penelitian lain juga mengungkapkan perbedaan fungsi dan struktur otak pada kondisi cemas dan trait cemas. Kondisi trait cemas menunjukkan perubahan volume daerah limbik, seperti amigdala, girus parahipokampus, girus inferior temporal, dan korteks inferior frontal, disertai supresi fungsi amigdala. Sementara pada kondisi cemas tidak terdapat supresi amigdala dan perubahan struktur otak.[7,10]

Hingga saat ini, belum ada konsensus pemeriksaan psikiatri khusus untuk tes hendaya kognitif pada gangguan cemas, maupun rekomendasi tata laksana terkait hendaya kognitif pada gangguan cemas. Namun, nampaknya attention bias modification (ABM) memiliki potensi sebagai salah satu remediasi kognitif.[12-14]

Referensi