Membran tympani pasca tympanoplasty dapat mengalami reperforasi, khususnya pada kasus faktor risiko terjadinya OMSK tidak tertangani dengan optimal atau pada kasus alergi. Namun cairan yang keluar wajib diidentifikasi terlebih dulu asalnya, apakah memang betul dari cavum tympani atau canalis acusticus externus dengan pemeriksaan otoskopi. Tatalaksananya sendiri berbeda, dan pemberian tetes telinga tanpa pemeriksaan otoskopi tidak dianjurkan, mengingat sebagian besar obat tetes telinga mengandung antibiotik yang ototoksik dan merupakan kontraindikasi untuk diberikan pada kasus dengan perforasi telinga.
Semoga dapat menjawab pertanyaan TS.

Terima kasih penjelasannya dokter, apakah ini termasuk kasus yang emergency sehingga harus segera memeriksakan diri lagi ke dr, Sp.THT, karena dalam kondisi pandemi ini pasien agak takut mau ke RS. Dan apakah reperforasi-nya biasanya juga ditandai dengan tanda-tanda infeksi atau radang selain keluarnya cairan?

Pagi, dokter..

mencoba ikut diskusi mengenai kasus ini. Untuk timpanoplasti yang dilakukan pada salah satu telinga atau keduanya kah? kemudian, kapan terakhir kali pasien kontrol ke THT dok? apakah pemberian otopain tersebut telah didahului dengan pemeriksaan otoskop pada pasien? 

Kalau untuk kebocoran/rekurensi perforasi dari timpanoplasti yang saya dapatkan persentasenya cukup kecil, dok. Dari salah satu studi kasus kontrol yang saya dapat, kebanyakan terjadi 1-6 bulan pasca op, faktor yang mempengaruhi hal tersebut lebih dikarenakan kondisi preop yaitu ukuran perforasi serta adanya infeksi postop. Oleh karena itu, mungkin saja adanya hal lain yang menyebabkan terjadinya gejala pada pasien, mungkinkah ada infeksi?

Berikut studi yang saya temukan https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6291817/

CMIIW, mungkin dari dokter spesialis / sejawat ada yang ingin menambahkan atau mengoreksi..

 

Thx infonya dok