Kriteria NIHSS untuk Menilai Keparahan Stroke

Oleh :
dr.Danar Dwi Anandika SpN

Kriteria National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS) merupakan skala yang telah digunakan secara luas untuk menilai derajat keparahan stroke, serta respon terhadap terapi trombolisis. NIHSS biasanya dinilai 24 jam atau 5 sampai 7 hari setelah perawatan. Skor ini mengukur defisit neurologis, degan kisaran nilai dari 0 hingga 42. Skor yang lebih tinggi menunjukkan defisit neurologis yang lebih berat.

NIHSS telah menjadi baku emas untuk penilaian keparahan stroke setelah uji klinis NINDS r-tPA (National Institute of Neurological Disorders and Stroke recombinant tissue-type plasminogen activator) mendukung penggunaannya. NIHSS mencerminkan disfungsi serebral dengan menilai beberapa item klinis. Skor ini memiliki nilai prognostik yang kuat untuk luaran fungsional jangka panjang setelah stroke.[1,2]

NIHSS

Domain Pemeriksaan National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS)

Skoring National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS) menilai kesadaran, gerakan mata, lapang pandang, gerakan wajah, kekuatan otot lengan dan tungkai, koordinasi, sensorik, bahasa, bicara, serta hilang atau kurangnya perhatian. Item tersebut dinilai dengan skala ordinal dan dijumlahkan dengan total skor antara 0–42.[2]

1.Kesadaran

Skor NIHSS membagi penilaian kesadaran menjadi 3, yaitu tingkat kesadaran, menjawab pertanyaan, dan mengikuti perintah.

1a. (Tingkat Kesadaran):

  • Nilai 0: pasien sadar dan responsif
  • Nilai 1: tidak sadar penuh, dapat dibangunkan dengan stimulus ringan (suara) untuk merespon (menjawab pertanyaan atau mengikuti perintah)
  • Nilai 2: tidak sadar penuh, membutuhkan stimulasi berulang atau dengan stimulasi nyeri agar pasien dapat membuat suatu gerakan yang sifatnya tidak refleksif atau stereotipik
  • Nilai 3: pasien dalam kondisi koma, tidak berespon dengan stimulasi apapun (namun masih dapat memunculkan reflek motorik yang bersifat stereotipik)[2,3]

1b. (Menjawab Pertanyaan):

Pasien diberikan dua pertanyaan seperti ‘bulan apa saat ini dan berapa usia pasien’. Dalam penilaian ini, jawaban harus benar. Jawaban yang hanya mendekati benar tidak dinilai. Hanya jawaban pertama yang dinilai dan tidak boleh diberikan clue oleh pemeriksa.

  • Nilai 0: Dapat menjawab dua pertanyaan dengan benar
  • Nilai 1: Dapat menjawab satu pertanyaan dengan benar
  • Nilai 2: Tidak dapat menjawab kedua pertanyaan dengan benar

Pasien dengan afasia dan stupor yang tidak dapat memahami pertanyaan diberikan nilai 2. Pasien yang tidak dapat berbicara karena terintubasi, trauma orotrakea, disartria berat karena penyebab apapun, atau kondisi–kondisi yang tidak berkaitan dengan afasia diberikan nilai 1.[2,3]

1c. (Mengikuti Perintah):

Pasien diminta untuk membuka dan menutup mata, serta menggenggam dan melepas tangan yang tidak mengalami paresis. Bila pasien dapat mengikuti perintah namun tidak dapat melakukannya dengan lengkap karena adanya suatu kelemahan, maka tetap dianggap dapat mengikuti perintah. Pasien yang tidak dapat merespon dengan perintah verbal dapat dicoba dengan demonstrasi oleh pemeriksa (pantomim).

  • Nilai 0: Dapat melakukan kedua perintah dengan benar
  • Nilai 1: Dapat melakukan satu perintah dengan benar
  • Nilai 2: Tidak dapat melakukan kedua perintah dengan benar[2,3]

2.Gerakan Mata (Gaze)

Hanya pergerakan mata horizontal yang dilakukan penilaian. Pergerakan mata yang dinilai dapat bersifat voluntary maupun reflexive (oculocephalic). Apabila terdapat conjugate eye deviation (CED) yang dapat diatasi dengan aktivitas volunter maupun refleksif, maka skornya 1. Apabila pasien mengalami paresis pada salah satu nervus kranialis N.III, IV, atau VI, maka skornya 1.

Gaze dapat dinilai pada semua pasien afasia. Pada pasien dengan trauma okular, gangguan penglihatan maupun lapang pandang, atau bahkan penurunan kesadaran pemeriksaan dilakukan dengan gerakan refleksif (refleks oculocephalic).

  • Nilai 0: Normal
  • Nilai 1: Partial Gaze Palsy; gaze tidak normal pada satu atau kedua mata, namun tidak dijumpai adanya forced deviation atau total gaze paresis.
  • Nilai 2: Forced Deviation, atau total gaze paresis yang tidak dapat diatasi dengan gerakan reflek oculocephalic[2,3]

3.Visual 

Pemeriksaan lapang pandang dilakukan dengan uji konfrontasi. Apabila terdapat kebutaan unilateral atau enukleasi, maka pemeriksaan lapang pandang dilakukan pada mata yang sehat. Skor 1 hanya dinilai bila dijumpai asimteri yang jelas, termasuk quadrantanopia. Pasien yang mengalami kebutaan karena penyebab apapun dinilai dengan skor 3.

  • Nilai 0: Tidak ada gangguan pada lapang pandang
  • Nilai 1: Hemianopia parsial
  • Nilai 2: Hemianopia komplit
  • Nilai 3: Bilateral hemianopia[2,3]

4.Paresis Wajah

Pemeriksaan dilakukan dengan meminta pasien untuk menunjukkan giginya atau mengangkat alis serta menutup matanya. Pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran, penilaian dilakukan dengan memberikan stimulus nyeri dan mengevaluasi simetrisitas dari mimik wajah pasien.

  • Nilai 0: Normal
  • Nilai 1: Paralisis minor (sulcus nasolabial rata, asimetri saat tersenyum)
  • Nilai 2: Paralisis parsial (paralisis total atau near-total dari wajah bagian bawah)
  • Nilai 3: Paralisis komplit dari satu atau kedua sisi wajah (tidak ada gerakan pada sisi wajah atas maupun bawah)[2,3]

5.Motorik Lengan

Pasien diminta untuk mengangkat lengan 90 derajat bila posisi duduk, atau 45 derajat bila posisi terlentang. Adanya suatu drift dinilai apabila lengan jatuh sebelum 10 detik. Masing–masing lengan dilakukan penilaian dimulai dari lengan yang tidak mengalami paresis. Pada kondisi tertentu, seperti amputasi atau joint fusion pada bahu, pemeriksa memberikan skor UN (untestable).

  • Nilai 0: Tidak ada drift

  • Nilai 1: Drift

  • Nilai 2: Lengan tidak dapat diangkat 90 derajat (atau 45 derajat) namun terdapat usaha untuk melawan gravitasi
  • Nilai 3: Tidak ada usaha untuk melawan gravitasi, hanya dapat bergeser
  • Nilai 4: Tidak ada gerakan
  • UN: Amputasi atau fusi sendi

Lakukan penilaian pada kedua sisi lengan. Beri nilai pada poin 5a untuk lengan kiri, dan 5b untuk lengan kanan.[2,3]

6.Motorik Tungkai

Pasien diminta untuk mengangkat tungkai 30 derajat (selalu lakukan dalam posisi terlentang). Adanya suatu drift dinilai apabila tungkai jatuh sebelum 5 detik. Masing–masing tungkai dilakukan penilaian dimulai dari tungkai yang tidak mengalami paresis. Pada kondisi tertentu, seperti amputasi atau joint fusion pada panggul, pemeriksa memberikan skor UN (untestable).

  • Nilai 0: Tidak ada drift

  • Nilai 1: Drift

  • Nilai 2: Tungkai tidak dapat diangkat 30 derajat, namun terdapat usaha untuk melawan gravitasi
  • Nilai 3: Tidak ada usaha untuk melawan gravitasi, hanya dapat bergeser
  • Nilai 4: Tidak ada gerakan
  • UN: Amputasi atau fusi sendi

Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi. Beri penilaian pada poin 6a untuk tungkai kiri, dan 6b untuk tungkai kanan.[2,3]

  1. Ataksia Anggota Gerak

Item pemeriksaan ini dilakukan untuk membuktikan adanya lesi serebelum unilateral. Pemeriksaan seperti finger-nose-finger dan heel-shin test dilakukan pada kedua sisi anggota gerak. Pada pasien dengan gangguan lapang pandang, pastikan pemeriksaan dilakukan dalam jangkauan lapang pandang yang masih intak.

Pasien yang mengalami paralisis atau tidak memahami instruksi (seperti afasia atau penurunan kesadaran) diberikan skor 0. Pada pasien yang mengalami kebutaan, tes dilakukan dengan cara meminta pasien menyentuh hidungnya sendiri dari posisi lengan yang sebelumnya dijauhkan dari tubuh. Pada kondisi tertentu, seperti amputasi atau joint fusion, pemeriksa memberikan skor UN (untestable).

  • Nilai 0: Absen
  • Nilai 1: Ataksia pada satu anggota gerak
  • Nilai 2: Ataksia pada dua anggota gerak
  • UN: Amputasi atau fusi sendi[2,3]

  1. Sensorik

Pemeriksaan dilakukan menggunakan tes pinprick. Pasien yang mengalami penurunan kesadaran atau afasia dievaluasi dari mimik wajah atau adanya withdrawal terhadap stimulus nyeri. Pasien yang stupor atau afasia mungkin akan mendapatkan nilai 0 atau 1. Sementara itu, pasien dengan stroke batang otak dengan bilateral loss of sensation mendapatkan nilai 2. Apabila pasien koma, skor 2.

  • Nilai 0: Normal, tidak ada gangguan sensorik
  • Nilai 1: Gangguan sensorik ringan–sedang, sensasi disentuh atau nyeri berkurang namun masih terasa disentuh
  • Nilai 2: Gangguan sensorik berat, tidak merasakan sentuhan di wajah, lengan, atau tungkai[2,3]

  1. Bahasa

Pasien diminta untuk menjelaskan apa yang terjadi dalam gambar (a), menyebutkan benda–benda dalam gambar (b), dan membaca kalimat yang disediakan (c).

kriteriaNIHSS

Sumber: dr. Danar Dwi Andika Sp.N, Alomedika, 2023.

Apabila pasien mengalami gangguan penglihatan, maka pasien diminta untuk mengidentifikasi objek yang diletakkan di tangan, mengulang kata–kata, dan mengucapkan kalimat. Pasien yang koma secara otomatis mendapatkan skor 3.

  • Nilai 0: Normal, tidak ada afasia
  • Nilai 1: Afasia ringan–sedang, dapat berkomunikasi namun terbatas. Masih dapat mengenali benda namun kesulitan bicara percakapan dan mengerti percakapan
  • Nilai 2: Afasia berat, seluruh komunikasi dilakukan melalui ekspresi terfragmentasi, pemeriksa membutuhkan usaha yang lebih untuk menyimpulkan apa yang ingin diungkapkan oleh pasien
  • Nilai 3: Mutisme (afasia global), tidak ada kata–kata yang keluar maupun komprehensi auditorik[2,3]

  1. Disartria

Pasien yang terintubasi atau memiliki hambatan lain untuk mengeluarkan suara diberikan skor UN (untestable).

  • Nilai 0: Normal
  • Nilai 1: Disartria ringan – sedang, pasien pelo setidaknya pada beberapa kata, dan yang paling buruk masih bisa dimengerti dengan beberapa kesulitan
  • Nilai 2: Disartria berat, bicara pasien sangat pelo dan tidak dapat dipahami
  • UN: Terintubasi atau gangguan fisik lain[2,3]

  1. Pengabaian dan Inatensi (Neglect)

Informasi untuk mengidentifikasi adanya neglect bisa didapatkan dari pemeriksaan sebelumnya. Karena abnormalitas hanya dinilai bila ditemukan, oleh karena itu item skoring ini tidak pernah bisa diuji secara mandiri.

  • Nilai 0: Tidak ada neglect

  • Nilai 1: Tidak ada atensi pada salah satu modalitas berikut: visual, tactile, auditory, spatial, atau personal inattention

  • Nilai 2: Tidak ada atensi pada lebih dari satu modalitas[2,3]

Penilaian National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS)

Derajat NIHSS diklasifikasikan ke dalam 4 tingkatan yaitu:

  • NIHSS < 5: ringan
  • NIHSS 5–15: sedang
  • NIHSS 16–20: berat
  • NIHSS > 20: sangat berat[4]

Keunggulan dan Keterbatasan National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS)

National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS) merupakan alat yang andal, valid, dan responsif untuk menilai derajat keparahan stroke. Selain itu, NIHSS juga dapat dikerjakan dengan cepat dan hanya membutuhkan alat yang minimal. Skoring ini juga dapat memprediksi luaran klinis dari pasien stroke.

Meski demikian, bila dilihat dari komponen kriteria pada NIHSS terdapat 7 poin dari kemungkinan maksimal 42 poin yang menggambarkan kemampuan verbal pasien, yakni 2 poin dari kriteria 1b, 2 poin dari kriteria 1c, dan 3 poin dari kriteria 9. Sekitar 98% manusia memproses kemampuan verbal mereka pada hemisfer sebelah kiri. Di sisi lain, hanya ada 2 poin dari pengabaian dan inatensi yang menggambarkan fungsi hemisfer sebelah kanan.

Kekhawatiran terkait hal ini adalah lesi pada hemisfer kiri akan memberi skor NIHSS yang lebih buruk dibandingkan lesi pada hemisfer kanan dengan ukuran lesi yang serupa. Oleh karena itu, NIHSS diduga menjadi prediktor yang lebih baik untuk stroke pada hemisfer kiri dibandingkan sebelah kanan.[5]

Kesimpulan

National Institutes of Health Stroke Scale (NIHSS) adalah sistem skala yang digunakan untuk menilai tingkat keparahan dan kemungkinan luaran stroke, serta bagian dari kriteria untuk menentukan terapi trombolisis pada stroke. NIHSS menilai 11 item klinis, dengan skor total dalam rentang 0-42. Skor yang lebih tinggi menunjukkan defisit neurologis yang lebih berat.

NIHSS merupakan suatu sistem skoring yang murah dan mudah digunakan. Meski demikian, skor ini diduga menjadi prediktor yang lebih baik untuk stroke pada hemisfer kiri dibandingkan kanan.

Referensi