Manfaat Asam Traneksamat dalam Manajemen Epistaksis

Oleh :
dr.Dhaniel Abdi Wicaksana, Sp.T.H.T.K.L., FICS

Beberapa studi telah meneliti manfaat asam traneksamat dalam manajemen epistaksis. Epistaksis merupakan perdarahan dari rongga hidung yang umumnya diakibatkan oleh trauma atau pembedahan hidung. Sekitar 60% penduduk di dunia diperkirakan pernah mengalami epistaksis setidaknya satu kali sepanjang hidupnya.

Epistaksis biasanya dapat berhenti hanya dengan kompresi hidung secara mandiri, tetapi pada beberapa kasus, perdarahan tidak dapat dihentikan meskipun kompresi hidung sudah dilakukan. Biasanya, kondisi ini terjadi pada pasien pengguna obat antikoagulan, seperti warfarin; pengguna obat antiplatelet, seperti aspirin dan clopidogrel; atau pasien dengan kelainan pembekuan darah herediter, seperti telangiektasia hemoragik herediter.[1-4]

Manfaat Asam Traneksamat dalam Manajemen Epistaksis-min

Manajemen Epistaksis

Hingga saat ini, belum ada pedoman manajemen epistaksis yang disepakati menjadi konsensus bersama, tetapi beberapa algoritma telah dipakai secara lokal. Meskipun umumnya epistaksis dapat berhenti sendiri dengan kompresi eksternal tulang rawan hidung secara mandiri, sejumlah kasus memerlukan intervensi medis.

Langkah pertama yang harus dilakukan pada epistaksis adalah pastikan bahwa ABC atau airwaybreathing, dan circulation dalam keadaan stabil. Pemasangan tampon hidung dianggap sebagai terapi standar apabila perdarahan pada epistaksis anterior tidak dapat diatasi dengan kompresi hidung sederhana. Akan tetapi, teknik ini cukup sulit dan membuat pasien tidak nyaman, sehingga terkadang tampon tidak terpasang dengan baik dan perdarahan tidak dapat dihentikan.

Kauterisasi dapat menjadi opsi lain. Namun, modalitas ini biasanya dilakukan oleh dokter spesialis dan tidak semua fasilitas kesehatan memiliki alat elektrokauter. Penggunaan medikamentosa diharapkan membantu menghentikan perdarahan. Agen yang umum dipakai adalah dekongestan topikal, seperti oxymetazoline, dan asam traneksamat.[1,2,4,5]

Manfaat Asam Traneksamat Intravena pada Epistaksis

Asam traneksamat dikenal akan efek terapinya dalam proses pembekuan darah dan telah banyak digunakan pada beberapa kasus perdarahan. Beberapa penelitian menunjukan bukti yang mendukung pemanfaatan asam traneksamat dalam mengatasi atau setidaknya mengurangi perdarahan pada epistaksis yang berkaitan dengan pembedahan hidung atau pengguna obat antiplatelet.

Beberapa metode pemberian asam traneksamat yang diteliti adalah secara intravena, pemasangan tampon hidung, intranasal dengan disemprotkan, dan melalui oral.

Efikasi Asam Traneksamat Intravena untuk Mencegah Perdarahan Pascaoperasi Hidung

Pemberian asam traneksamat intravena sebagai pencegahan epistaksis diteliti oleh Zaman et al pada pasien yang menjalani septoplasty. Uji acak terkontrol ini melibatkan 176 pasien yang terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok penerima asam traneksamat intravena dosis tunggal dan kelompok penerima plasebo.

Jumlah perdarahan selama pembedahan berlangsung ditemukan lebih sedikit secara signifikan pada kelompok penerima asam traneksamat. Selain itu, kebutuhan akan tampon hidung pascaoperasi pada kelompok asam traneksamat juga lebih rendah daripada kelompok plasebo (14,3% vs 36,8%).

Tidak ada efek samping berat, seperti tromboemboli, yang dilaporkan selama penelitian. Beberapa pasien yang menerima injeksi asam traneksamat mengeluh nyeri kepala dan gejala pencernaan, tetapi cepat membaik dengan penggunaan obat simtomatik. Hal ini menunjukkan keamanan asam traneksamat intravena sebagai pencegahan perdarahan pada pembedahan hidung.[6]

Efikasi Tampon Asam Traneksamat pada Epistaksis

Sebuah uji acak terkontrol yang dilakukan oleh Zahed et al membandingkan antara manfaat tampon asam traneksamat dan tampon hidung biasa untuk kasus epistaksis pada pasien pengguna obat antiplatelet. Tampon asam traneksamat direndam dalam cairan injeksi asam traneksamat 500 mg yang dilarutkan dalam 5 mL pelarut, sedangkan tampon biasa direndam dalam epinefrin 1:100.000 dan lidocaine 2%.

Uji acak terkontrol ini melibatkan 124 pasien yang dibagi ke dalam dua kelompok tersebut. Hasil studi menunjukkan bahwa perdarahan berhenti pada 73% pasien yang mendapatkan tampon asam traneksamat dan berhenti pada 29% pasien yang mendapatkan tampon biasa.

Rerata durasi perdarahan pada kelompok tampon asam traneksamat adalah 10 menit, yang berbeda signifikan dengan kelompok tampon biasa, yaitu 15 menit. Kasus perdarahan ulang yang terjadi dalam 24 jam hanya ditemukan pada 5% pasien yang mendapatkan tampon asam traneksamat, sedangkan pada kelompok tampon biasa adalah 10%.

Sementara itu, perdarahan ulang yang terjadi dalam 1 minggu didapatkan pada 5% kelompok tampon asam traneksamat dan 21% kelompok tampon  biasa.[7]

Efikasi Asam Traneksamat Topikal pada Epistaksis

Meskipun asam traneksamat dalam bentuk tampon memiliki potensi untuk mengatasi epistaksis, pemasangan tampon merupakan intervensi yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien. Oleh karena itu, beberapa studi mencoba meneliti efikasi asam traneksamat topikal dengan cara disemprotkan.

Pada kasus epistaksis anterior, uji acak terkontrol oleh Akkan et al membandingkan efektivitas tiga intervensi, yaitu kompresi hidung yang didahului asam traneksamat semprot, kompresi hidung sederhana, dan tampon hidung pada 135 pasien. Pada kelompok kompresi hidung dengan asam traneksamat, digunakan asam traneksamat 500 mg yang berupa sediaan injeksi yang dilarutkan dalam 5 mL cairan salin normal, kemudian disemprotkan ke hidung dengan atomizer (alat penyemprot), lalu kompresi hidung dilakukan.

Tingkat keberhasilan terhentinya perdarahan dalam 15 menit pada kelompok kompresi hidung dengan asam traneksamat adalah 91,1%; pada kelompok tampon hidung adalah 93,3%; dan pada kelompok kompresi hidung sederhana adalah 71,1%. Perbedaan signifikan terlihat pada kelompok kompresi hidung sederhana, tetapi tidak dalam perbandingan antara kelompok tampon hidung dan kompresi hidung dengan asam traneksamat.[8]

Perdarahan ulang dalam 24 jam tidak terjadi pada 86,7% kelompok asam traneksamat, 74% kelompok tampon hidung, dan 60% kelompok kompresi hidung sederhana. Perbedaan antarkelompok tersebut dianggap signifikan secara statistik. Tujuh pasien melaporkan nyeri hidung akibat pemasangan tampon hidung hingga tindakan harus dihentikan. Keluhan tersebut tidak terjadi pada kelompok lain.[6]

Sayangnya, pengacakan dalam studi ini hanya dapat dilakukan pada kelompok kompresi hidung dengan asam traneksamat dan kelompok kompresi hidung sederhana (yang diberikan plasebo). Pengacakan tidak bisa dilakukan pada kelompok tampon hidung.[8]

Efikasi Asam Traneksamat Oral pada Epistaksis

Berdasarkan tinjauan Cochrane, perbandingan asam traneksamat oral dan topikal tidak menghasilkan perbedaan yang signifikan untuk menghentikan perdarahan dalam 10 hari. Akan tetapi, studi dasar yang ditinjau sudah sangat tua dan kualitas buktinya rendah sehingga tidak dapat diandalkan lagi.[3]

Di lain sisi, asam traneksamat oral juga diujikan pada pasien telangiektasia hemoragik herediter untuk mencegah epistaksis, yang merupakan gejala umum pada penyakit ini. Sebuah uji acak terkontrol dengan total 118 pasien menyimpulkan bahwa asam traneksamat oral dengan dosis 3 gram per hari dapat mengurangi rerata durasi epistaksis per bulan hingga 20%, jika dibandingkan dengan plasebo.

Dalam aspek keamanan, tidak ada perbedaan signifikan dalam jumlah kejadian efek samping pada kelompok asam traneksamat oral dan plasebo. Namun, penelitian berskala lebih besar perlu dilakukan untuk memastikannya.[9]

Efikasi Asam Traneksamat Vs Agen Lain

Beberapa penelitian juga membandingkan asam traneksamat dengan agen lain, seperti dekongestan (oxymetazoline) dan agen hemostatik.

Efikasi Asam Traneksamat Vs Oxymetazoline

Withworth et al membanding manfaat asam traneksamat topikal dengan oxymetazoline semprot hidung pada kasus epistaksis. Studi prospektif ini melibatkan 18 pasien yang mendapatkan asam traneksamat dan 20 pasien yang mendapatkan oxymetazoline. Asam traneksamat yang digunakan adalah adalah sediaan injeksi 1.000 mg yang dilarutkan dalam 10 mL cairan pelarut, lalu disemprotkan dengan atomizer pada lubang hidung yang terlibat.[10]

Perdarahan berhenti setelah penanganan pertama pada 78% kelompok asam traneksamat dibandingkan 35% kelompok oxymetazoline. Waktu berlangsungnya perdarahan tidak berbeda jauh antarkelompok, yaitu 17,9 menit pada kelompok asam traneksamat berbanding 16,4 menit pada kelompok oxymetazoline. Durasi perawatan di instalasi gawat darurat (IGD) lebih singkat pada kelompok asam traneksamat dibandingkan kelompok oxymetazoline (105 vs 137 menit).

Di samping itu, perdarahan ulang sebelum keluar rumah sakit terjadi pada 2 pasien penerima asam traneksamat dan tidak terjadi pada penerima oxymetazoline. Akan tetapi, setelah follow-up dalam 2 hari, perdarahan hanya terjadi pada 1 pasien penerima asam traneksamat, berbanding 2 pasien yang menerima oxymetazoline. Tidak ada efek samping serius yang terjadi pada kedua kelompok. Efek samping ringan juga tidak dilaporkan pada studi ini.[10]

Namun, perlu diperhatikan bahwa jumlah sampel studi ini kecil, di mana hanya melibatkan 28 pasien. Studi lanjutan dengan skala lebih besar perlu dilakukan.

Efikasi Asam Traneksamat Vs Agen Hemostasis

Tinjauan Cochrane mengkaji 3 uji acak terkontrol yang membandingkan penggunaan asam traneksamat dengan agen hemostasis lainnya dan plasebo. Terhentinya perdarahan dalam 10 menit terlihat lebih banyak ditemukan pada kelompok asam traneksamat dibandingkan agen hemostasis lainnya, yaitu epinefrin dengan lidocaine serta phenylephrine (70% vs 30%).[3]

Akan tetapi, studi yang dikaji sudah tua dengan bukti yang tidak kuat, sehingga dibutuhkan penelitian terbaru untuk memastikan efektivitas asam traneksamat topikal.

Seluruh penelitian di atas menunjukkan bahwa asam traneksamat dapat menjadi opsi menjanjikan pada penanganan epistaksis dengan efek samping yang umumnya ringan. Hal tersebut terutama tampak pada asam traneksamat yang disemprotkan, di mana efektivitasnya serupa dengan tampon hidung, tanpa menimbulkan ketidaknyaman yang sering terjadi akibat tampon hidung.[3,11]

Kesimpulan

Epistaksis merupakan kondisi yang umum terjadi dan sering diakibatkan oleh pembedahan hidung dan trauma. Umumnya, epistaksis dapat berhenti sendiri dengan kompresi hidung sederhana. Namun, pada kelompok khusus, seperti pengguna obat antiplatelet, perlu dilakukan intervensi medis, yaitu pemasangan tampon hidung sebagai standar terapi.

Penelitian mengenai modalitas terapi alternatif terus dilakukan karena pemasangan tampon dapat menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien.

Sebuah studi mengemukakan bahwa asam traneksamat yang diaplikasikan sebagai tampon lebih efektif untuk mengurangi durasi perdarahan dan risiko perdarahan ulang dibandingkan tampon hidung biasa.

Studi lain menunjukkan bahwa asam traneksamat semprot yang diikuti dengan kompresi hidung juga lebih unggul dalam menghentikan perdarahan dibandingkan dengan hanya kompresi hidung saja. Perbedaan efikasi asam traneksamat semprot dengan tampon hidung juga dinilai tidak signifikan.

Selain itu, asam traneksamat oral juga berpotensi sebagai pencegahan epistaksis pada telangiektasia hemoragik herediter.

Sayangnya, hingga saat ini belum ada sediaan asam traneksamat yang secara khusus ditujukan untuk diaplikasikan pada hidung. Namun, sediaan cairan injeksi dapat dengan mudah diencerkan dan digunakan secara intranasal.

Selain itu, studi lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar diperlukan untuk memastikan efektivitas asam traneksamat pada manajemen epistaksis. Penelitian terhadap asam traneksamat topikal juga perlu dilakukan untuk mengevaluasi dosis yang paling efektif.

Referensi