Menyikat Gigi – Sebelum atau Sesudah Makan?

Oleh :
drg.Rosalina Intan Saputri, MSc

Menyikat gigi atau gosok gigi apakah lebih efektif dilakukan sebelum atau sesudah makan? Menyikat gigi adalah tindakan membersihkan gigi dan rongga mulut dari debris makanan dan plak.

Tujuan paling penting dari menyikat gigi adalah untuk mencegah berbagai penyakit dalam mulut, terutama karies dentis dan penyakit periodontal. Selain itu, terdapat juga tujuan lain dari menyikat gigi, mulai dari memberikan rasa segar, menghilangkan bau mulut, mencegah gigi sensitif, hingga menghilangkan stain atau memutihkan gigi.

shutterstock_1188587323-min

Tujuan ini didapatkan dari dua mekanisme yang bekerja saat menyikat gigi, yaitu pengangkatan plak secara mekanis dan pemberian agen terapi-kimia lewat pasta gigi, terutama fluoride.[1,2]

Efektivitas Menyikat Gigi

Menyikat gigi secara efektif dapat mencegah karies dentis, penyakit periodontal, serta halitosis atau bau mulut. Metode membersihkan gigi dan rongga mulut dapat menggunakan sikat gigi manual maupun sikat gigi elektrik, serta dapat ditambah dengan menggunakan dental flossing. Efektivitas menyikat gigi tergantung pada frekuensi, durasi, teknik, dan jenis sikat gigi yang digunakan.[1,2]

Jika hanya mempertimbangkan mekanisme pembersihan plak gigi secara mekanis, maka semakin sering frekuensi menyikat gigi akan semakin mengurangi akumulasi plak. Walaupun hasilnya sangat bergantung pada efektivitas teknik menyikat gigi yang dilakukan dan kerentanan tiap individu terhadap akumulasi plak yang berbeda-beda.[1,2]

Namun, secara praktis tidak tepat untuk menyarankan pasien untuk menyikat gigi sesering mungkin. Tindakan menyikat gigi yang terlalu agresif dapat menyebabkan resesi gingiva dan abrasi gigi. Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan untuk menyikat gigi 2x/hari, yaitu setelah sarapan dan sebelum tidur.

Anak-anak yang menyikat gigi dua kali sehari terbukti memiliki 15−20% lebih sedikit karies dibandingkan anak-anak yang menggosok gigi hanya satu kali atau kurang dari satu kali.[1,3-5]

Menyikat gigi setelah sarapan dan sebelum tidur bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa makanan yang melekat pada permukaan gigi. Menyikat gigi sebelum tidur menjadi penting karena aktivitas bakteri dalam mulut meningkat dua kali lipat saat tidur, di mana mulut yang diam mengakibatkan kemampuan saliva yang berfungsi menetralisir bakteri dalam mulut berkurang.[2,6,7]

Brandini et al. pada tahun 2011 melakukan penelitian mengenai hubungan antara jumlah lesi servikal nonkaries yang kemungkinan disebabkan oleh abrasi karena menyikat gigi. Faktor yang diteliti adalah frekuensi, teknik, tekanan, jenis pasta gigi (abrasivitas, pH, dan kuantitas), dan sifat alat sikat gigi (ukuran, fleksibilitas, dan kelembutan bulu sikat).

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa hanya faktor bulu sikat gigi yang kasar dan tekanan yang terlalu besar saat menyikat gigi yang secara signifikan mempengaruhi keparahan lesi servikal nonkaries. Lebih lanjut, penelitian ini tidak menemukan hubungan yang signifikan antara frekuensi sikat gigi (3 atau 4 atau 5 x/hari) dengan penambahan lesi servikal nonkaries.[8,9]

Faktor Penyebab Abrasi dan Erosi Gigi

Terdapat perbedaan penyebab abrasi dan erosi gigi. Kehilangan permukaan gigi akibat gaya gesekan/friksi dari material eksogen disebut dengan abrasi. Sedangkan kehilangan permukaan gigi akibat bahan kimia yang bukan aktivitas bakteri disebut dengan erosi.[2,6,7]

Erosi gigi dapat disebabkan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah regurgitasi asam lambung, misalnya karena bulimia atau refluks gastroesofageal (GERD). Sedangkan faktor ekstrinsik termasuk mengonsumsi makanan asam. Pada enamel, paparan asam dapat melarutkan komponen hydroxyapatite yang menyebabkan demineralisasi dan kekerasan permukaan menjadi menurun.[9-11]

Enamel yang lebih lunak ini menjadi lebih rentan terhadap pengikisan secara abrasif yang dapat menyebabkan kehilangan jaringan. Paparan terhadap cairan dengan pH kurang dari 5,5 dapat menyebabkan erosi pada jaringan keras gigi jika terjadi dalam jangka waktu yang lama atau secara terus menerus.[9-11]

Studi in vitro menunjukan bahwa selain pH dan waktu paparan, kecepatan erosi gigi juga tergantung pada konsentrasi asam dan suhu enamel/dentin. Akan tetapi pada kondisi klinis, terdapat berbagai faktor lain yang dapat mempengaruhi potensi erosi, seperti pelikel saliva, laju alir saliva, dan kapasitas buffer saliva.[9-11]

Tahap awal kerusakan akibat erosi tidak dapat dideteksi secara klinis, hingga terbentuk lesi patologis yang dapat diidentifikasi.[9-11]

Menyikat Gigi Sebelum atau Sesudah Makan

Terdapat perbedaan pendapat mengenai menyikat gigi pada pagi hari, yaitu pendapat bahwa lebih baik dilakukan sebelum atau dilakukan setelah makan. Perbedaan ini berkaitan dengan risiko kehilangan jaringan pada gigi akibat abrasi dan erosi.[2,6,7]

Menyikat Gigi Sebelum Makan

Menyikat gigi sebelum makan pagi bertujuan untuk menghilangkan plak dental yang telah tertimbun sejak malam, sehingga meminimalisir respon asidogenik dari bakteri terhadap makanan.

Jika menyikat gigi sebelum makan dilakukan menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride, maka akan terbentuk intra-oral fluoride yang dapat mencegah demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi enamel dan dentin. Hal ini memunculkan hipotesis bahwa menyikat gigi sebelum makan dapat memberikan perlindungan dengan meningkatkan ion-ion yang berfungsi untuk  remineralisasi.[7,12]

Namun, hasil studi in vitro menunjukan efek proteksi dari menyikat gigi sebelum makan sangat dipengaruhi tipe fluoride di dalam pasta gigi, dan tingkat keparahan/intensitas dari erosi gigi. Oleh karena itu, hipotesis dari perlindungan menyikat gigi terhadap erosi masih membutuhkan penelitian lebih lanjut pada tingkat klinis.[7,12-14]

Tipe Fluoride:

Penelitian tentang penggunaan obat kumur stannous fluoride (SnF2) dan sodium fluoride (NaF) sebagai pelindung enamel terhadap gaya erosif menunjukan bahwa SnF2 dapat lebih mengurangi kerusakan pada gaya erosif yang berulang-ulang. Sedangkan NaF hanya melindungi enamel pada awal erosi, dan tidak pada gaya erosif yang berulang-ulang.

Selain itu, SnF2 juga menunjukan perlindungan erosi lebih tinggi dibandingkan NaF jika diaplikasikan sebelum gigi direndam dalam asam sitrat. Sebaliknya, NaF akan memberikan perlindungan jika diaplikasikan pada enamel gigi setelah direndam dalam asam sitrat, dan hanya jika terdapat saliva.[13]

Menyikat Gigi Sesudah Makan

Bila menyikat gigi dilakukan setelah makan, akan terjadi respon asidogenik akibat penurunan pH intraoral dari batas kritis 5,5. Penurunan pH ini disebabkan karena aktivitas pencernaan makanan di rongga mulut. Kondisi ini dianggap dapat membuat permukaan gigi menjadi semakin lunak. Oleh karena itu, melakukan sikat gigi setelah makan dapat menyebabkan gigi kehilangan lebih banyak mineral pada permukaan gigi akibat abrasi dari aktivitas menyikat gigi, dan erosi yang disebabkan oleh makanan, terutama makanan asam.

Pada kondisi ini, fluoride dalam pasta gigi diprediksi menjadi tidak lagi efektif dalam mencegah demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi. Namun, beberapa penelitian tidak membuktikan hipotesis tersebut.[2,7,12,15]

Studi epidemiologi pada 7 negara di Eropa melibatkan sampel sekitar 3000 partisipan. Hasil studi menunjukan tidak ada hubungan yang signifikan secara statistik antara waktu menyikat gigi,  baik sebelum atau setelah makan, dengan pengikisan gigi akibat erosi.[15]

Penelitian oleh Praptiningsih dan Ningtyas pada tahun 2010 menunjukan bahwa terjadi penurunan pH saliva hingga 15 menit setelah makan, tetapi menyikat gigi sebelum makan tidak memberikan pengaruh pada penurunan pH tersebut. Selain itu, tidak ada perbedaan kuantitas bakteri di permukaan gigi terkait dengan tindakan menyikat gigi sebelum atau setelah makan.[2,15]

Penelitian oleh O’Toole et al. pada tahun 2016 menunjukan bahwa menyikat gigi setelah makan tidak berhubungan dengan erosi gigi, sehingga penundaan menyikat gigi setelah makan dianggap tidak perlu.

Faktor risiko yang menyebabkan erosi pada gigi adalah mengonsumsi makanan atau minuman asam di tengah waktu makan, dan kebiasaan menghisap atau menahan minuman asam di dalam mulut saat makan secara terus menerus dalam waktu yang lama. Erosi dapat terjadi jika menyikat gigi dilakukan kurang dari 10 menit setelah mengonsumsi makanan atau minuman asam tersebut.[12,15]

Kesimpulan

Menyikat gigi adalah metode yang sudah terbukti dapat menghilangkan plak dan memberikan agen perlindungan secara topikal untuk menjaga kesehatan gigi dan rongga mulut. Oleh karena itu, kebiasaan menyikat gigi perlu diajarkan secara luas sejak dini, dan diterapkan secara rutin.

Pemilihan waktu menyikat gigi, baik sebelum atau setelah makan, tidak memberikan perbedaan pada kehilangan jaringan gigi. Abrasi dan erosi gigi lebih dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi, yaitu makanan yang asam. Selain itu, dipengaruhi juga oleh menyikat gigi yang dilakukan dengan tekanan yang tepat, dan menggunakan sikat gigi dengan bulu yang tidak kasar.

Saran yang lebih penting diberikan pada pasien adalah menyikat gigi minimal 2 kali setiap hari selama 2−3 menit, menggunakan pasta gigi mengandung fluoride, dan dengan teknik yang tepat.

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi