Mitos vs Fakta Mengenai Nutrisi dalam Kehamilan

Oleh :
dr. Monik Alamanda

Fakta terkait mitos mengenai nutrisi dalam kehamilan penting untuk diketahui, karena nutrisi saat hamil sangat penting bagi ibu dan bayinya. Namun, saat ini masih banyak wanita yang memiliki konsep yang salah mengenai nutrisi saat hamil. Informasi yang salah dan simpang siur dapat berasal dari kepercayaan turun-temurun dalam keluarga atau bahkan dari sosial media. Guggino et al menemukan lebih dari 90% wanita hamil memberikan paling tidak satu jawaban salah dari lima pertanyaan tentang mitos mengenai nutrisi dalam kehamilan.[1]

Beberapa mitos atau kepercayaan mengenai nutrisi dalam kehamilan yang beredar di masyarakat, terutama di Indonesia, adalah ngidam harus dipenuhi, porsi makan untuk dua orang, tidak perlu memikirkan peningkatan berat badan saat hamil, larangan makan makanan laut dan pedas, serta larangan minum kafein, alkohol, dan es. Selain itu, ada pula anggapan bahwa diet vegetarian akan membahayakan janin dan suplemen akan membahayakan ibu hamil. Artikel ini akan membahas fakta terkait mitos-mitos tersebut.[1-9]

shutterstock_1038118966-min (1)

Ngidam adalah Keinginan Janin dan Harus Selalu Dipenuhi

Ngidam sebetulnya ditemukan tidak hanya pada ibu hamil. Namun, pada ibu hamil maupun wanita menstruasi seringkali memiliki hasrat tinggi terhadap satu jenis makanan tertentu. Sebesar 70% dari ibu hamil mengalami ngidam, terutama terhadap makanan gurih pada trimester 1, makanan manis atau mengandung karbohidrat pada trimester 2, dan makanan asin di akhir kehamilan. Frekuensi ngidam mencapai puncaknya pada trimester 2 dan kemudian akan berkurang.[2,3]

Tidak ada bukti yang menunjukkan ngidam disebabkan oleh fluktuasi hormonal, defisit nutrisi, atau kebutuhan/keinginan dari janin. Ngidam diketahui sebagai bagian dari kondisi kognitif. Faktor psikososial dan budaya merupakan determinan yang lebih berperan menimbulkan ngidam saat hamil.[2,3]

Ngidam makanan merupakan penghambat utama diet sehat pada ibu hamil, sehingga sering menyebabkan obesitas. Frekuensi ngidam yang tinggi merupakan salah satu faktor utama penyebab peningkatan berat badan berlebihan saat hamil. Oleh karena itu, ibu hamil sebaiknya disarankan untuk menekan ngidam dengan mengintervensi perilaku kognitif dan emosinya agar peningkatan berat badan menjadi sehat .[3]

Ibu Hamil Harus Makan dengan Porsi untuk Dua Orang

Mengonsumsi makanan dua kali lipat tidak disarankan karena menyebabkan konsumsi kalori yang terlalu tinggi, sehingga akan berujung pada peningkatan berat badan berlebihan. Peningkatan asupan kalori disarankan untuk dilakukan secara bertahap selama kehamilan.[3]

Pada trimester pertama, tidak disarankan untuk meningkatkan asupan kalori dibandingkan sebelum hamil. Sedangkan pada trimester kedua dan ketiga, disarankan untuk meningkatkan asupan kalori sebesar 340 dan 450 kalori per hari dibanding sebelum kehamilan. Diet cara ini diharapkan mencapai peningkatan berat badan yang sehat pada kehamilan. [3]

Tidak Perlu Memikirkan Berat Badan Naik Selama Kehamilan

Peningkatan berat badan selama kehamilan memang disarankan. Namun, rekomendasi peningkatan berat badan ibu hamil harus menyesuaikan dengan indeks massa tubuh (IMT) sebelum kehamilan sebagai berikut:

  • IMT underweight (<18,5) peningkatan sebesar 12−18 kg
  • IMT normal (18,6−22,9), peningkatan sebesar 11−16 kg
  • IMT overweight (23-24,9), peningkatan sebesar 7−11 kg
  • IMT obesitas (≥25), hanya dianjurkan peningkatan sebesar 5−9kg[3]

Berat badan yang berlebihan atau obesitas saat kehamilan dapat menyebabkan berbagai kondisi yang berbahaya bagi ibu dan janin. Beberapa kondisi yang mungkin terjadi pada ibu adalah diabetes gestasional dan hipertensi dalam kehamilan. Sedangkan pada janin dapat menyebabkan makrosomia dengan risiko distosia, kelainan kongenital, peningkatan mortalitas bayi, dan obesitas anak.[4]

Pantangan Makan Selama Hamil

Saat kehamilan terdapat beberapa pantangan, seperti pantangan makan makanan laut dan pedas,  dan minum kafein, alkohol, dan dingin/es.

Pantangan Makanan Laut

Seafood atau makanan laut berisiko mengandung mikroorganisme patogen, terutama jika dimakan mentah seperti sushi dan sashimi.  Ibu hamil lebih rentan terhadap dampak infeksi mikroorganisme tersebut, seperti terkena penyakit listeriosis dan toksoplasmosis. Oleh karena itu, semua makanan yang dikonsumsi oleh ibu hamil sebaiknya dipastikan bersih, telah terpasteurisasi, dan/atau dimasak dengan sempurna untuk mengurangi risiko infeksi.[5,6]

Ibu hamil disarankan untuk menghindari konsumsi ikan besar, seperti ikan hiu, mackerel, dan tuna. Hal ini terkait dengan polusi raksa atau merkuri (hydrargyrum/Hg) yang tinggi di laut, di mana ikan besar mengandung raksa dengan jumlah yang lebih tinggi daripada ikan kecil. Raksa diketahui dapat menyebabkan kerusakan pada otak dan keterhambatan pertumbuhan pada janin.[6]

Dilain pihak, ikan memberikan nutrisi berupa protein, omega-3, vitamin B12, vitamin D, zat besi, dan mineral lain yang lebih tinggi daripada jenis makanan lain. Ikan tetap menjadi bagian dari diet ibu hamil, meskipun konsumsinya tidak sebebas jenis makanan lain. Konsumsi ikan rendah raksa selama kehamilan akan menurunkan risiko komplikasi pada neonatus dan bermanfaat baik bagi ibu.[4,6–8]

FDA (food and drug association) dan NHS (National Health Service) merekomendasikan jenis makanan laut yang aman dan dimasak matang untuk dikonsumsi oleh ibu hamil maksimal 2−3 kali per minggu. Makanan laut yang aman antara lain ikan teri, herring, salmon, sarden, cumi-cumi, lobster, kepiting, dan kerang. [6–8]

Pantangan Kafein dan Alkohol

Banyak ibu hamil mendapat saran untuk menghindari kafein sama sekali, seperti kopi, teh, coklat, dan minuman ringan. Dalam beberapa penelitian, konsumsi dosis tinggi kafein dapat menyebabkan abortus, pertumbuhan fetus yang terhambat, dan kematian janin. Namun, penelitian-penelitian terbaru menunjukkan konsumsi kafein dengan kadar <200 mg per hari tidak meningkatkan risiko gangguan perinatal.[5]

Berbeda dengan kafein, tidak ada kadar alkohol yang aman untuk dikonsumsi selama kehamilan. Bahkan dalam jumlah yang kecil, alkohol dapat menyebabkan kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan sindrom alkohol fetus.[6]

Pantangan Makanan Pedas dan Minuman Dingin

Saat ini tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa makanan pedas serta makanan atau minuman dingin berbahaya untuk dikonsumsi selama kehamilan. Diana et al menemukan bahwa pantangan terhadap air dingin selama kehamilan masih menjadi kepercayaan pada masyarakat Madura karena dapat mengganggu kehamilan. Namun, tidak ada bukti yang mendukung kepercayaan tersebut.[9]

Diet Vegetarian Berbahaya bagi Janin

Dari 22 penelitian yang dianalisis, tidak ditemukan adanya kejadian buruk pada ibu hamil dengan diet vegetarian atau vegan. Namun, wanita vegan atau vegetarian memiliki risiko lebih tinggi mengalami defisiensi zat besi dan vitamin B12 yang banyak ditemukan pada produk hewani.[10]

Beberapa produk yang bisa dikonsumsi ibu hamil vegetarian, dengan kadar zat besi yang tinggi, adalah telur, sayur hijau, sereal, kacang, aprikot, dan almond. Namun, zat besi tersebut tergolong zat besi non-heme yang lebih sulit diabsorpsi tubuh dibandingkan zat besi heme pada daging sehingga ibu hamil vegetarian disarankan untuk mengonsumsi suplemen zat besi dan vitamin B12. [5,10]

Suplemen Berbahaya bagi Ibu Hamil

Terdapat mitos bahwa suplemen yang rutin diberikan saat kehamilan dapat membahayakan ibu hamil, dan suplemen hanya perlu dikonsumsi oleh ibu dengan status ekonomi dan gizi rendah. Kenyataannya, suplemen bukan pengganti diet yang sehat. Vitamin prenatal tidak berfungsi untuk memperbaiki status gizi ibu, tetapi sebagai tambahan nutrien yang sangat meningkat saat kehamilan.[9]

Pada sebuah penelitian ditemukan 80% orang Amerika tidak mengonsumsi nutrisi keseharian yang cukup untuk menunjang tingkat kesehatan yang optimal. Sedangkan saat kehamilan kebutuhan asupan makanan ibu bertambah, sehingga kebutuhan beberapa nutrien jauh meningkat dibanding rekomendasi asupan energi dan nutrien lainnya. Rekomendasi asupan nutrisi untuk ibu hamil dari yang tingkat kebutuhan yang paling tinggi adalah zat besi, vitamin B6, asam folat, zinc, dan vitamin A.[10]

Efikasi suplemen menjadi lebih optimal apabila ibu memiliki status gizi yang baik. Untuk itu, suplemen dan status gizi harus berjalan bersama. WHO merekomendasikan suplemen asam folat dan zat besi untuk semua ibu hamil, sedangkan suplemen vitamin A dan kalsium di negara berkembang atau daerah dengan asupan yang rendah. Suplemen nutrien tersebut merupakan nutrien dengan tingkat proporsi kebutuhan yang tinggi dibanding rata-rata komposisinya dalam diet sehari-hari. Suplemen sebaiknya diminum oleh wanita yang merencanakan kehamilan (promil), atau segera setelah kehamilan diketahui.[10]

Suplemen pada Kehamilan Menyebabkan Autisme

Dalam beberapa dekade terakhir, terdapat peningkatan prevalensi autistic spectrum disorders (ASD) secara global, dibarengi dengan peningkatan konsumsi asam folat selama kehamilan untuk mencegah neural tube defect. Sehingga menimbulkan pertanyaan apakah keduanya berhubungan. Dalam sebuah penelitian oleh Koren et al  menunjukkan tidak ada hubungan antara keduanya. Penelitian lain oleh Egorova et al menunjukkan hasil sebaliknya, yaitu terdapat hubungan antara konsentrasi folat serum yang tinggi pada awal kehamilan dengan ASD pada anak.[12,13]

Tinjauan pustaka oleh Gogou dan Kolios pada tahun 2019 menunjukkan belum ada bukti yang cukup untuk menyatakan hubungan antara suplemen dengan ASD. Data yang ada masih kontroversial dan belum cukup untuk mengubah praktik rutin pemberian suplemen pada kehamilan. Penelitian prospektif berskala besar mengenai topik ini masih dibutuhkan.[14]

Kesimpulan

Banyak mitos mengenai nutrisi dalam kehamilan yang sering dilakukan secara turun-temurun. Beberapa mitos atau kepercayaan tersebut memiliki fakta yang sesuai dengan studi medis, tetapi dengan berbagai ketentuan yang patut diketahui tenaga medis sebagai pedoman saat edukasi kepada ibu hamil. Kebutuhan kalori pada kehamilan memang meningkat, namun harus disesuaikan dengan trimester kehamilan. Peningkatan berat badan yang disarankan disesuaikan dengan IMT sebelum hamil. Selain itu, ibu hamil sebaiknya menghindari makanan mentah dan alkohol, serta mengurangi konsumsi kafein. Tidak semua jenis ikan dapat dikonsumsi.

Kebutuhan beberapa makro dan mikro nutrien meningkat dengan proporsi lebih tinggi dibanding peningkatan kebutuhan kalori. Diet vegetarian, makanan pedas, dan minuman dingin tidak memiliki efek negatif selama kehamilan. Perhatian khusus terhadap nutrien-nutrien tersebut ditambah dengan konsumsi suplemen yang dibutuhkan sangat penting pada ibu hamil. Suplemen, terutama asam folat dengan dosis yang benar aman, harus dikonsumsi oleh wanita sejak merencanakan kehamilan, atau segera setelah kehamilan diketahui.

Referensi