Nyeri Tenggorokan pada Anak - Penyebab dan Tata Laksananya

Oleh :
dr. Reren Ramanda

Nyeri tenggorokan atau “sore throat” merupakan suatu gejala penyakit yang sering dikeluhkan oleh anak. Secara umum, nyeri tenggorokan merupakan gejala utama faringitis. Namun, nyeri tenggorokan sendiri sebenarnya memiliki banyak kemungkinan penyebab. Tata laksana nyeri tenggorokan ditentukan oleh penyebab tersebut. Hal ini menyebabkan penting bagi dokter untuk mampu membedakan penyebab dari nyeri tenggorokan pada anak agar dapat memberikan terapi yang sesudai.[1]

Ada berbagai etiologi yang dapat menjadi penyebab pasien datang dengan keluhan nyeri tenggorokan. Mulai dari infeksi, baik akibat infeksi bakteri, virus atau jamur. Selain itu, iritasi saluran napas oleh asap dan penyakit lain seperti tumor contohnya limfoma burkitt dan penyakit sarcoidosis juga dapat menyebabkan keluhan nyeri tenggorokan atau sore throat.[1,2]

Sumber: ruttapum2, Depositphotos. Sumber: ruttapum2, Depositphotos.

Etiologi Nyeri Tenggorokan

Etiologi nyeri tenggorokan pada anak secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pertama akibat infeksi saluran napas, kedua akibat iritasi saluran napas dan etiologi penyakit lainnya yang dapat menyebabkan keluhan penyerta berupa nyeri tenggorokan.[1]

 Tabel 1. Etiologi Nyeri Tenggorokan Pada Anak

●                           Viral: Rhinovirus,Coronavirus, Adenovirus, Parainfluenza, influenza, Respiratory syncytial virus Herpes simplex, Epstein-Barr, HIV)

 

●                    Bakterial: Streptococcus pyogenes ( Group A streptococci ), Corynebacterium diphtheria, Arcanobacterium haemolyticum, Neisseria gonorrhoeae

●                    Peradangan: Tonsillitis, Epiglottitis, Uvulitis : Neutropenic mucositis

●                    Abses: Peritonsillar (quinsy), Retrofaringeal, Lateral pharyngeal space cellulitis-abscess

●                    Angina Ludwig

●                    Buccal space cellulitis

●                    Tiroiditis Suppuratif

●                    Lemierre syndrome

●                    Angina Vincent

●                    Fungal: Candida species, Histoplasmosis, Cryptococcosis

●                    Makan makanan atau minuman panas

●                    Udara kering dan panas

●                    Perokok aktif dan pasif

●                    Reflux esophagitis

●                    Menginhalasi atau tertelan zat iritan :bahan kimia beracun, Keracunan Paraquat, Kabut asap

 

●                    Faringitis Alergi

●                    Benda Asing

●                    Posterior pharyngeal trauma—pseudodiverticulum

●                    Pneumomediastinum dengan diseksi udara

●                    Hematoma

●                    Granulomatosis with polyangiitis

●                    Sarcoidosis

●                    Glossopharyngeal neuralgia

●                    Pemfigoid bulosa

●                    Syndrome of periodic fever, aphthous stomatitis, pharyngitis, cervical adenitis (PFAPA)

●                    Stylohyoid syndrome

●                    Behçet disease

●                    Kawasaki syndrome

●                    Sistemik Lupus Eritematosus

●                    Tumor: Sarkoma Kaposi, leukemia, limfoma burkitt

 

Umumnya penyebab utama nyeri tenggorokan pada anak adalah akibat infeksi virus (sekitar 50-80% dari kasus sore throat/Faringitis). Infeksi ini biasanya bersifat self limiting disease dan keluhan nyeri tenggorokan akibat infeksi virus akan hilang dengan sendirinya. Namun berbagai kondisi tanda bahaya/Red flag dapat menjadi panduan bahwa suatu nyeri tenggorokan tersebut memerlukan penatalaksanaan lebih intensif dan bersifat segera.[1,3]

Berikut Red Flag nyeri tenggorokan pada anak yang harus diwaspadai:

  • Tanda Kegawatan Saluran Napas (Pasien mengalami sianosis, distress napas, apnea)
  • Tanda Kegawatan Infeksi (Keadaan umum pasien tampak toksik, mengalami syok, demam >2 minggu, durasi nyeri tenggorokan >2 minggu, pembengkakan tonsil yang asimetris atau adenopati servikal asimetris, dicurigai terjadi infeksi ruang parafaring, dicurigai menderita difteri, “Hot potato” voice, drooling, sulit menelan, trismus, nyeri dada atau leher)
  • Tanda Keganasan (Penurunan berat badan, drooling, perdarahan, sulit menerima terapi oral, nyeri berat tanpa periode remisi)[1,7]

Gejala Nyeri Tenggorok Akibat Infeksi Virus dan Bakteri

Pada infeksi akibat virus umumnya selain nyeri tenggorokan, pasien juga datang dengan keluhan konjungtivitis, rhinitis, ruam, batuk, ulserasi diskret, croup, atau laringitis. Pasien dengan infeksi virus seperti influenza, coronavirus, rhinovirus dan respiratory syncytial virus (RSV), gejala utama yang lebih menonjol adalah coryza dan batuk dibanding keluhan nyeri tenggorokan. Keluhan utama lainnya antara lain demam tinggi, nyeri kepala, malaise, myalgia, dan cervical adenopathy.[1,3]

Pasien nyeri tenggorokan, terutama akibat faringitis akut bakterial paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri streptokokus grup A (pada 5-36% kasus faringitis akut) yang biasa dikenal dengan istilah “strep throat”. Infeksi bakteri streptokokus bila tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi kasus komplikatif yang mengancam nyawa, angka insidensinya adalah 0.015% pada pasien anak.[3,4]

Pada pasien, dapat dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik untuk membantu menentukan etiologi penyebab nyeri tenggorokan. Dari auto atau alloanamnesis, perlu digali hal-hal sebagai berikut :

  • Onset dan durasi nyeri tenggorokan
  • Ada tidaknya demam, serta derajat demam tersebut. Pada pasien dengan penyakit reflux, umumnya tidak ditemukan keluhan demam
  • Keluhan tambahan seperti batuk, coryza, konjungtivitis, chepalgia, myalgia
  • Riwayat kesulitan bernapas, adakah new onset snoring atau stridor (tanda abses atau epiglotitis)
  • Riwayat timbulnya ruam, diare, alergi
  • Riwayat regurgitasi, nyeri epigastrium atau retrosternal
  • Riwayat nyeri tenggorokan di keluarga dalam 2 minggu terakhir.
  • Riwayat keluhan serupa
  • Riwayat vaksinasi, ( contohnya vaksin influenza dan vaksin difteri)[3,4,7]

Dari pemeriksaan fisik, khususnya rongga mulut dan bagian tubuh lainnya, perlu dilakukan pemeriksaan berikut:

  • Eksudat: plak putih/abu-abu yang membentuk membran pada permukaan tonsil atau faring yang mudah dihapus tanpa menyebabkan perdarahan lebih mengarahkan pada infeksi bakteri. Bila terjadi perdarahan, umumnya lebih mengarah pada oral thrush yang merupakan tanda infeksi jamur
  • Ada tidaknya ulkus
  • Penonjolan orofaring atau pergeseran uvula adalah tanda abses parafaring atau Adanya post nasal drip mengarahkan pada kondisi faringitis alergi
  • Lesi vesicular yang sangat nyeri, merupakan pertanda herpangina pada penyakit Herpes simplex
  • Limfadenopati: infeksi bakteri umumnya terdapat pembesaran kelenjar getah bening cervical anterior, sementara pembesaran kelenjar getah bening cervical posterior lebih mengarahkan pada infeksi Epstein Barr (EB) virus[3-7]

Juga perlu dilakukan pemeriksaan untuk menentukan ada tidaknya pembengkakan leher (seperti pada tiroiditis supuratif maupun abses kulit dan limfadenopati), kekakuan leher, nyeri leher saat ekstensi, konjungtivitis, kelainan pada auskultasi jantung dan auskultasi paru serta ada tidaknya hepatosplenomegali.[3-7]

Penatalaksanaan Nyeri Tenggorokan pada Anak

Penatalaksanaan nyeri tenggorokan yang dicurigai akibat virus atau etiologi noninfeksi akibat iritan seperti paparan asap rokok dan kondisi udara kering, umumnya terapi yang diberikan adalah terapi yang bersifat simptomatik.[1,3,4,8,9]

Terapi simptomatik yang dapat diberikan untuk mengurangi nyeri tenggorokan antara lain dengan pemberian obat kumur (gargle) benzocaine atau lidocaine dan paracetamol atau obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) juga dapat menjadi pilihan.[1,3,4,8,9]

Penatalaksanaan Antibiotik Nyeri Tenggorokan

Penatalaksanaan dengan pemberian antibiotik umumnya diperuntukkan pada infeksi bakterial, terutama infeksi streptokokus grup A yang dapat menyebabkan komplikasi berupa demam reumatik akut dan glomerulonefritis akut pascastreptokokus.[1]

Pada anak dengan usia 5-15 tahun, Kriteria Centor dapat menjadi pilihan untuk membantu pengambilan keputusan pada nyeri tenggorokan yang dicurigai akibat infeksi streptokokus grup A.[3,4]

Antibiotik pilihan utama pada infeksi streptokokus grup A adalah golongan penisilin dan amoksisilin. Pemberian antibiotik terbukti bermanfaat mengurangi risiko komplikasi supuratif, mempercepat perbaikan keluhan nyeri tenggorokan dan demam pada infeksi bakteri streptokokus.[1,10]

Tabel. 2 Pilihan Terapi Antibiotik pada Infeksi Streptokokus

Pilihan Terapi Utama Pilihan Terapi alternatif (alergi penisilin)
Obat Dosis Obat Dosis

Amoksisilin

 

 

 

Penisilin V

 

 

 

 

Benzathine penicillin G

50 mg/kg (dosis maksimal 1000 mg/hari) diberikan melalui rute per oral sekali sehari selama 10 hari

 

250 mg (500 mg untuk remaja dan dewasa) pemberian dengan rute per oral sebanyak dua kali sehari selama 10 hari.

 

600,000 U (untuk bb<27 kg)/IM dosis tunggal dan dosis 1.2 juta U (untuk BB≥27 kg)/IM dosis tunggal.

Clarithromycin

 

 

 

 

Azitromisin

 

 

 

 

Klindamisin

 

 

 

 

Cephalexin

 

 

 

Cefadroxil

15 mg/kg/hari (dosis maksimal 500 mg/hari) diberikan sebanyak dua kali sehari melalui rute per oral selama 10 hari

 

12 mg/kg pada hari ke-1 selanjutnya 6 mg/kg/hari untuk hari ke 2-5, (maksimal dosis 500 mg/hari untuk anak), diberikan sekali sehari melalui rute per oral selama 5 hari.

20 mg/kg/hari dengan maksimal dosis harian 900 mg/hari. diberikan tiga kali sehari melalui rute per oral selama 10 hari.

40 mg/kg/hari, maksimal dosis harian 1000 mg/hari diberikan dua kali sehari melalui rute per oral selama 10 hari.

30 mg/kg/hari maksimal dosis harian 1000 mg/hari diberikan sekali sehari melalui rute per oral selama 10 hari.

Sumber: dr. Reren,2021.[1]

Penatalaksanaan Difteri

Sementara itu, pada anak dengan difteri, penatalaksanaan awal yang dilakukan adalah dengan menilai stabilitas patensi jalan napas, pernapasan  dan sirkulasi pasien. Selanjutnya, terapi yang diberikan adalah dengan pemberian antitoksin difteri dengan dosis: 50,000–120,000 U IV dan antibiotik. Antibiotik yang menjadi pilihan adalah Aqueous crystalline penicillin G 40,000 U/kg/dosis tiap 6 jam IV atau eritromisin 15 mg/kg tiap 8 jam(dosis maksimal 2 g/hari) oral/IV selama 14 hari.[7]

KESIMPULAN

Nyeri tenggorokan merupakan keluhan yang sering ditemukan pada anak. Umumnya keluhan nyeri tenggorokan paling sering disebabkan oleh infeksi virus. Namun keluhan nyeri tenggorokan yang disertai dengan red flag harus diwaspadai karena merupakan tanda risiko kegawatan dan perlu dilakukan pemeriksaan dan penatalaksanaan lebih lanjut.

Infeksi bakteri yang paling sering menyebabkan keluhan nyeri tenggorokan adalah infeksi bakteri golongan streptokokus grup A. infeksi streptokokus bila tidak diberikan terapi adekuat dapat menyebabkan komplikasi yang lebih berat. Pilihan terapi utama pada kondisi ini adalah antibiotik golongan penisilin dan amoksisilin.

Pada nyeri tenggorokan dengan etiologi virus dan noninfeksi seperti akibat zat iritan, pemberian kortikosteroid, obat kumur, paracetamol dan obat antiinflamasi nonsteroid bermanfaat untuk mengurangi gejala nyeri tenggorokan.

 

Penulisan pertama oleh: dr. Nathania Sutisna

Referensi