Panduan Aktivitas Fisik untuk Osteoarthritis

Oleh :
Audric Albertus

Pedoman aktivitas fisik untuk pasien osteoarthritis perlu dipahami oleh dokter. Saat ini, aktivitas fisik merupakan bagian dari terapi non-farmakologi osteoarthritis.

Sebelumnya, aktivitas fisik pada osteoarthritis masih diperdebatkan karena adanya hipotesis fenomena “wear and tear” yang mengatakan bahwa semakin berat aktivitas fisik yang dilakukan, maka proses degenerasi juga akan semakin berat. Namun, berdasarkan studi terbaru, hipotesis ini sudah ditinggalkan dan aktivitas fisik dilaporkan efektif untuk penatalaksanaan osteoarthritis.[1–3]

aktivitas fisik

Manfaat Aktivitas Fisik pada Osteoarthritis

Imobilitas sendi ditemukan dapat menurunkan fleksibilitas pada sendi, yang dapat menyebabkan gangguan gait, nyeri, dan disfungsi. Aktivitas fisik pada pasien osteoarthritis dapat meningkatkan range of motion sendi, serta dapat memperbaiki struktur otot dan jaringan lunak sekitar sendi yang menyebabkan perbaikan pada sirkulasi jaringan, gait, dan menurunkan nyeri.

Efektivitas aktivitas fisik pada pasien osteoarthritis telah dilaporkan pada beberapa studi. Sebuah tinjauan sistematis dari Cochrane pada tahun 2018 menilai perbandingan aktivitas fisik jenis land-based dan water-based dengan kelompok kontrol yang tidak menerima intervensi aktivitas fisik, atau hanya menerima obat-obatan dan edukasi. Hasil tinjauan menemukan adanya perbaikan fungsi fisik, depresi, dan nyeri sendi. Fungsi sosial dan rasa percaya diri pasien juga dilaporkan membaik.[4]

Tinjauan sistematis lain oleh Kraus, et al. pada tahun 2020 mendapatkan bukti kuat bahwa melakukan aktivitas fisik pada pasien osteoarthritis dapat menurunkan nyeri dan memperbaiki fungsi fisik, dibanding pasien yang lebih tidak aktif. Didapatkan juga perbaikan skor health-related quality of life (HRQoL). Selain itu, tidak ditemukan adanya perburukan gejala osteoarthritis ketika melakukan aktivitas fisik di bawah 10.000 langkah per hari.[5]

Jenis Aktivitas Fisik pada Pasien Osteoarthritis

Terdapat beberapa contoh program terapi fisik yang dapat diberikan pada pasien osteoarthritis. Panduan terbaru dari European League Against Rheumatism (EULAR) tahun 2018 menganjurkan agar aktivitas fisik dijadikan bagian dari penatalaksanaan standar untuk pasien osteoarthritis lutut, panggul, dan tangan.[6]

Latihan Aerobik

Latihan aerobik pada pasien osteoarthritis bermanfaat untuk menurunkan stres oksidatif, meningkatkan metabolisme jaringan adiposa, mencegah terjadinya atrofi otot, mempercepat perbaikan kartilago, dan meningkatkan sistem imun. Secara khusus, latihan aerobik diketahui memberikan efek terapeutik untuk mengurangi nyeri dan disfungsi sendi akibat osteoarthritis lutut.[7,8]

American College of Sports Medicine (ACSM) dan American Heart Association (AHA) atau ACSM-AHA merekomendasikan pasien melakukan secara rutin 30–60 menit/hari selama ≥5 hari/minggu untuk latihan intensitas sedang, seperti jalan pelan, renang, dan bersepeda santai. Latihan intensitas berat, seperti jogging, renang cepat, dan bersepeda cepat, disarankan dilakukan 20–60 menit/hari selama ≥3–5 hari/minggu.[6]

Latihan Resistensi

Latihan resistensi merupakan latihan yang bertujuan untuk meningkatkan massa, tonus, kekuatan, dan daya tahan otot. Manfaat dari latihan resistensi adalah meredakan nyeri, mengurangi kaku sendi, memperkuat otot, meningkatkan fungsi fisik, serta meningkatkan kemampuan shock absorption pada ekstremitas bawah saat berjalan kaki.[7]

Cara kerja latihan ini adalah dengan mengkontraksikan otot terhadap resistensi eksternal yang diberikan. Salah satu contoh yang paling sering digunakan adalah angkat beban. Pada pasien dengan osteoarthritis lutut dan panggul, otot quadriceps, hip abductor, hip extensors, dan hamstring berperan penting dalam pergerakan, sehingga harus menjadi target latihan.[9]

Panduan ASCM-AHA menganjurkan frekuensi latihan ini 2–3 hari/minggu dengan jeda antar latihan ≥48 jam. Latihan dilakukan pada tiap kelompok otot besar, dengan intensitas sedang-berat, yaitu rekomendasi repetisi sebanyak 8–12 kali. Interval istirahat yang efektif antar repetisi adalah 2–3 menit.[6]

Latihan Fleksibilitas

Latihan fleksibilitas/stretching adalah latihan yang bertujuan untuk meningkatkan range of motion, kekuatan, keseimbangan, dan daya tahan pasien. Latihan seperti stretches, forward bend, yoga, dan pilates merupakan beberapa contoh dari latihan fleksibilitas.[10,11]

Latihan fleksibilitas dapat dilakukan selama ≥2–3 hari/minggu, dengan waktu menahan stretch 10–30 detik. Pada usia lanjut, menahan stretch selama 30–60 detik lebih disarankan. Stretching dapat dilakukan sampai pasien sudah merasa tidak nyaman.[6]

Terdapat studi yang menunjukkan pasien osteoarthritis yang melakukan yoga memiliki keluhan nyeri, fungsi fisik, dan mobilitas yang lebih baik dibandingkan dengan pasien tanpa aktivitas fisik. Studi lain menunjukkan efektivitas pilates dalam menurunkan rasa nyeri dan memperbaiki disabilitas, dibandingkan latihan terapeutik konvensional lainnya.[10,11]

Hasil studi-studi di atas didukung oleh sebuah tinjauan sistematis dan metaanalisis pada tahun 2021 yang menilai efek stretching pada pasien osteoarthritis lutut. Hasil studi mendapatkan stretching dapat menurunkan rasa nyeri, yang dinilai menggunakan visual analog scale (VAS).[12]

Berkurangnya rasa nyeri dengan stretching diduga karena menurunnya tegangan otot dan perbaikan metabolisme dalam kapsul sendi. Selain itu, ketika melakukan stretching terjadi articular cartilage loading yang menstimulasi pertukaran nutrisi dalam kartilago dan meningkatkan aliran darah di jaringan sekitar, sehingga menurunkan inflamasi dan meredakan nyeri.[12]

Latihan Neuromotor

Latihan neuromotor merupakan latihan keseimbangan, koordinasi, cara jalan, dan proprioseptif. Tai chi dan qigong merupakan salah satu contoh dari latihan ini. Latihan ini direkomendasikan untuk dilakukan setiap ≥20–30 menit/hari selama  ≥2–3 hari/minggu. Belum terdapat rekomendasi intensitas untuk latihan neuromotor.[6,13,14]

Sebuah metaanalisis tahun 2021 mengkaji 11 randomized controlled trial (RCT). Hasil yang didapatkan adalah tai chi terbukti bermanfaat memperbaiki fungsi berjalan dan postur tubuh pada pasien osteoarthritis lutut yang lanjut usia. Tai chi dapat dipilih sebagai salah satu terapi untuk memperbaiki kemampuan berjalan dan keseimbangan pasien.[13]

Sebuah pilot RCT dilakukan di tahun 2021 untuk membandingkan efektivitas qi gong pada pasien osteoarthritis lutut, dengan kelompok kontrol yang melakukan stretching. Hasil RCT menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan skala nyeri dan disfungsi lutut antara kedua kelompok. Namun, pada kelompok qi gong didapatkan perbaikan psikologis, serta penurunan stres, ansietas, depresi, dan gangguan perasaan.[14]

Kelemahan dari pilot RCT tersebut adalah jumlah sampel yang sedikit, yaitu hanya 50 peserta. Kedepannya, diperlukan uji klinis dengan sampel yang lebih besar lagi untuk memastikan efektivitas qi gong pada pasien osteoarthritis.[14]

Pemilihan Aktivitas Fisik pada Pasien Osteoarthritis

European League Against Rheumatism (EULAR) menyatakan bahwa kombinasi dari berbagai jenis aktivitas fisik yang telah dijabarkan di atas, lebih direkomendasikan untuk diterapkan, dibandingkan penggunaan hanya satu jenis aktivitas fisik saja. Namun, pemilihan jenis aktivitas fisik pada pasien osteoarthritis harus mempertimbangkan usia, mobilitas, dan komorbiditas pada masing-masing pasien.[6,15]

Pada pasien osteoarthritis derajat berat atau pasien dengan obesitas, aquatic exercise ditemukan lebih bermanfaat dibandingkan land-based exercise, karena dapat mengurangi gaya yang dibebankan pada sendi terutama pada masa-masa awal tata laksana.[16]

Pada pasien-pasien ini, latihan resistensi dalam posisi duduk, bahkan dengan intensitas berat, dapat lebih ditoleransi dibandingkan weight-bearing aerobic exercise. Pada pasien obesitas yang sedang menjalani program diet, latihan resistensi sangat penting dilakukan untuk meminimalisir hilangnya massa otot tanpa lemak yang akan menyebabkan kelemahan otot.[15]

Secara umum, aktivitas fisik high impact sebaiknya dihindari, karena studi pada hewan percobaan menunjukan efek deteriorasi pada sendi. EULAR merekomendasikan penggunaan “24 hour rule”, yaitu apabila setelah aktivitas fisik didapatkan nyeri yang menetap dalam 24 jam, maka intensitas aktivitas fisik harus diturunkan.[6]

Hingga saat ini, panduan spesifik mengenai peresepan aktivitas fisik pada pasien osteoarthritis di Indonesia masih belum ada. Akan tetapi, panduan tata laksana osteoarthritis dari Indonesian Rheumatology Association (IRA) merekomendasikan program latihan aerobik dan terapi fisik lain yang dapat menguatkan otot, sebagai tahap pertama terapi non-farmakologi pasien osteoarthritis.[17]

Kesimpulan

Aktivitas fisik pada pasien osteoarthritis dapat meningkatkan range of motion sendi, serta dapat memperbaiki struktur otot dan jaringan lunak sekitar sendi. Hal ini menyebabkan perbaikan pada sirkulasi jaringan, gait, dan menurunkan nyeri. Jenis aktivitas fisik yang dapat diberikan untuk pasien osteoarthritis adalah latihan aerobik, latihan resistensi, latihan fleksibilitas, dan latihan neuromotor. Pemilihan aktivitas fisik harus didasarkan pada usia, mobilitas, dan komorbiditas masing-masing pasien.

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi