Pemanfaatan dan Permasalahan Media Sosial pada Praktik Kedokteran

Oleh :
Dr. drg. Paulus Januar S., MS

Media sosial memberikan pengaruh yang signifikan pada praktik kedokteran. Penggunaan media sosial semakin hari semakin meningkat, termasuk dalam dunia kedokteran. Bahkan, dapat dikatakan dokter dan dokter gigi akan tertinggal bila tidak menggunakan media sosial dalam pelayanan kesehatan yang dijalankannya.[1-3]

Media sosial membuat praktik kedokteran menjadi lebih transparan dan akuntabel, serta lebih mudah diakses. Masyarakat juga dapat menggunakan media sosial sebagai sumber informasi dan sarana komunikasi kesehatan. Sumber informasi lain, seperti surat kabar, majalah, televisi, dan pertemuan tatap muka, berangsur-angsur tergeser dengan adanya media sosial.[3]

shutterstock_1839133909-min

Saat ini, ketika berlangsung pandemi Covid-19, intensitas penggunaan media sosial terutama dalam dunia kedokteran lebih meningkat lagi. Hal ini diperkirakan akan tetap bertahan, meski pandemi COVID-19 telah berlalu.[4,5]

Pemanfaatan Media Sosial pada Praktik Kedokteran

Media sosial merupakan aplikasi berbasis internet yang memungkinkan penyampaian, penciptaan, dan pertukaran informasi. Media sosial yang diselenggarakan secara daring memungkinkan komunikasi lebih terbuka, jangkauan luas, dan mengurangi hambatan komunikasi. [1,6]

Penyampaian Informasi Kedokteran

Media sosial mempermudah akses informasi kesehatan dan melibatkan masyarakat dalam perbincangan mengenai kesehatan. Informasi yang disampaikan dapat berupa berita dan penemuan terbaru di bidang kedokteran, pencegahan penyakit, pelayanan kesehatan, kebijakan di bidang kesehatan, ataupun komunikasi kedokteran lainnya.[2,7]

Media sosial tidak hanya memfasilitasi peningkatan pengetahuan mengenai kesehatan, tapi juga mampu meningkatkan proses interaksi yang berkaitan dengan kesehatan. Dengan adanya media sosial, masyarakat lebih terdorong untuk mendiskusikan informasi kesehatan yang diperolehnya. Selanjutnya, informasi kesehatan yang didapat diharapkan mampu membuat keputusan kesehatan yang didasari pengetahuan (informed decision). [6,7]

Dengan hadirnya media sosial, terjadi perubahan yang mendasar dalam diseminasi informasi kesehatan.  Semakin hari semakin banyak orang menggunakan media sosial, termasuk untuk mendapatkan informasi kesehatan mutakhir. Hal ini tentunya menuntut dokter untuk selalu memperbarui pengetahuan dalam rangka menjaga kualitas praktiknya.[2,8]

Edukasi Kesehatan Masyarakat

Sosial media efektif sebagai sarana pendidikan kesehatan masyarakat untuk meningkatkan pemahaman, mengembangkan kesadaran, dan perilaku sehat. Media sosial memungkinkan pendidikan kesehatan untuk diselenggarakan secara bervariasi, misalnya melalui foto, gambar, video, meme, animasi, dan infografis. [2,3]

Selain untuk mengembangkan perilaku hidup sehat, pendidikan kesehatan juga berperan dalam memotivasi penggunaan layanan kesehatan, misalnya terkait layanan spesialisasi dan subspesialisasi. Bagi masyarakat umum mungkin tidak terlalu mudah memahami berbagai jenis spesialsasi apalagi subspesilisasi yang ada, sehingga media sosial dapat berperan dalam peningkatan pemahaman ini dan membantu masyarakat terkait pengambilan keputusan mengenai kesehatan dirinya. [6,7]

Tips Kesehatan dan Meluruskan Informasi Kesehatan yang Kurang Tepat

Kalangan profesi kedokteran, berdasarkan kepakaran dan pengalamannya, memperoleh kepercayaan masyarakat untuk menyampaikan anjuran mengenai apa yang perlu dilakukan di bidang kesehatan. Anjuran kesehatan ini dapat mencakup petunjuk mengenai cara menjaga kebugaran tubuh, kesehatan reproduksi bagi remaja, diet pada penderita diabetes, dan pencegahan penyakit. Permasalahannya, dengan adanya media sosial setiap orang dapat menyiarkan informasi walau sebenarnya tidak memiliki kompetensi. Kalangan profesi kedokteran dapat memanfaatkan media sosial untuk meluruskan hal yang dianggap kurang tepat ini.[6,7]

Komunikasi Dokter-Pasien

Media sosial dapat lebih efektif menjangkau pasien ataupun calon pasien. Komunikasi dapat dilakukan untuk berbagai hal, seperti pengaturan waktu dan tempat berobat. Selanjutnya, komunikasi menggunakan media sosial dapat dikembangkan untuk memberikan pelayanan dalam bentuk rekomendasi kesehatan hingga konsultasi secara daring.[2,6]

Komunikasi yang baik antara dokter dengan pasien dapat menjembatani kesenjangan pemahaman dan menunjang proses pemberdayaan pasien. Selain itu, hubungan yang baik antara dokter dengan pasien akan meningkatkan ketaatan berobat dan pasien akan lebih melaksanakan anjuran perawatan.

Lebih jauh lagi, komunikasi menggunakan media sosial dapat membentuk jaringan sosial, bukan saja dengan tenaga kesehatan, tapi juga dengan pasien lainnya. Jaringan antar pasien dapat menjadi dukungan psikologis dalam menjalani perawatan.[2]

Dalam menjalin komunikasi, dokter perlu menjaga batasan hubungan dengan pasien. Interaksi nonprofesional dengan pasien seharusnya dihindari. Selain itu, dokter tidak diperkenankan menggunakan testimoni pasien dari komunikasi yang berlangsung untuk mempromosikan diri. Dalam publikasi mengenai kasus yang ditangani pada praktik, dokter juga perlu memastikan untuk senantiasa menjaga rahasia kedokteran dan privasi pasien.[8,9]

Interaksi Antar Tenaga Kesehatan

Media sosial berpotensi memperluas jaringan antar sejawat tenaga kesehatan. Sebelumnya, interaksi di kalangan profesi kedokteran secara formal berlangsung pada pertemuan ilmiah dan melalui jurnal serta publikasi ilmiah. Berkat media sosial, sejawat yang berasal dari berbagai tempat yang berbeda dapat lebih mudah terhubung. Hal ini bermanfaat dalam menjalin komunikasi hingga saling berkolaborasi.[6]

Permasalahan Media Sosial pada Praktik Kedokteran

Berkat adanya internet, media sosial memudahkan masyarakat dalam mendapatkan maupun menyebarkan informasi, serta membuka kesempatan interaksi yang lebih luas. Permasalahannya, bila tidak dilakukan dengan baik, limpahan informasi yang ada dapat menimbulkan misinformasi bahkan kekacauan informasi yang membahayakan. Belum lagi, media sosial rentan dimanfaatkan untuk menyebarkan hoax atau berita tidak benar.[1,10]

Media sosial juga memudahkan pergerakan dan penyebaran dari jejaring berbahaya, misalnya pergerakan antivaksin. Dengan terus berkembangnya akses terhadap informasi berbasis internet, rumor tentang vaksin dapat dengan mudah menyebar ke seluruh dunia, menyebabkan munculnya wabah dan berujung pada kematian akibat penyakit yang bisa dicegah. Studi telah menunjukkan bahwa konten antivaksin lebih terkenal di media sosial dibandingkan konten mengenai vaksin dari sumber yang kredibel.[11]

Khususnya di bidang kesehatan, media arus utama seperti Alodokter dan media kesehatan bereputasi lain, dapat menjadi sumber informasi yang akurat dan terpercaya.  Media kesehatan yang baik haruslah menjalankan prinsip kehati-hatian dalam menurunkan berita, serta menyajikan informasi berbasis bukti (evidence based).[1,3]

Kesimpulan

Internet dan media sosial membawa berbagai manfaat dan kemudahan bagi praktik kedokteran, termasuk dalam hal memfasilitasi interaksi dokter-pasien, edukasi kesehatan masyarakat, memudahkan update ilmu pengetahuan kedokteran, dan memfasilitasi komunikasi dan kolaborasi antar petugas kesehatan. Di lain pihak, penggunaan media sosial juga rentan dimanfaatkan untuk menyebarkan berita yang tidak benar dan tidak jelas sumbernya.

Referensi