Pemeriksaan Placental Growth Factor untuk Diagnosis Preeklampsia – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr. Audiza Luthffia

Placental Growth Factor in Assessment of Women with Suspected Pre-eclampsia to Reduce Maternal Morbidity: A Stepped Wedge Cluster Randomised Control Trial (PARROT Ireland)

Hayes-Ryan D, Khashan AS, Hemming K, et al; PARROT Ireland trial group. Placental Growth Factor in Assessment of Women with Suspected Pre-eclampsia to Reduce Maternal Morbidity: A Stepped Wedge Cluster Randomised Control Trial (PARROT Ireland). British Medical Journal. 2021;374:1857. PMID: 34389547.

Abstrak

Tujuan: untuk mengetahui apakah pemeriksaan placental growth factor (PIGF) sebagai pemeriksaan standar pada wanita suspek preeklampsia dengan usia gestasi <37 minggu bisa menurunkan morbiditas maternal tanpa meningkatkan morbiditas neonatal.

Desain: studi ini merupakan uji klinis acak terkontrol dengan metode klaster step-wedge yang berlangsung sejak 29 Juni 2017 sampai dengan 26 April 2019.

Setting: penelitian ini merupakan penelitian multisenter yang dilakukan di tujuh rumah sakit khusus maternitas di seluruh Irlandia.

Partisipan: kriteria inklusi studi ini adalah wanita dengan kehamilan tunggal dan usia gestasi 20–36 minggu, yang memiliki tanda atau gejala sugestif preeklampsia. Dari total 5.718 pasien yang mengikuti skrining awal, sebanyak 2.583 wanita memenuhi kriteria dan 2.313 wanita dipilih untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

Intervensi: partisipan studi diacak ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang hanya menjalani pemeriksaan standar dan kelompok yang menjalani pemeriksaan standar disertai pemeriksaan PIGF. Randomisasi dilakukan berdasarkan status pengacakan dari tiap rumah sakit pada waktu registrasi pasien.

Luaran utama: morbiditas maternal komposit dan morbiditas neonatal komposit adalah luaran ko-primer dalam penelitian ini. Analisis dilakukan pada tingkat individual dengan menggunakan regresi Poisson mixed-effects yang disesuaikan untuk efek waktu melalui intention-to-treat.

Hasil: dari target awal sebanyak 4.000 partisipan, sebanyak 2.313 (57%) partisipan diikutkan dalam penelitian ini. Dari 2.313 partisipan, sebanyak 2.219 (96%) ikut dalam analisis primer, di mana 1.202 (54%) masuk ke kelompok pemeriksaan standar dan 1.017 (46%) masuk ke kelompok yang mendapatkan tambahan pemeriksaan PIGF.

Hasil menunjukkan bahwa penambahan tes PIGF tidak menghasilkan perbedaan yang bermakna dalam hal morbiditas maternal kelompok kontrol (457 dari 1.202 [38%]) dan kelompok PlGF (330 dari 1.017 [32%]). Adjusted risk ratio (RR) 1,01; 95% CI 0,76–1,36; dan P=0,92.

Pemeriksaan PIGF juga tidak menghasilkan perbedaan yang bermakna dalam hal morbiditas neonatal kelompok kontrol (527 dari 1.202 [43%]) dan kelompok PlGF (484 dari 1.017 [47%]). Adjusted RR 1,03; 95% CI 0,89–1,21; dan P=0,67.

Kesimpulan: uji ini merupakan evaluasi pragmatis terhadap uji diagnostik intervensional yang dilakukan secara nasional dengan beberapa lokasi penelitian. Hasil uji ini tidak mendukung penyertaan pemeriksaan PIGF sebagai investigasi klinis standar untuk wanita suspek preeklampsia dengan usia kehamilan preterm. Namun, hasil uji ini tidak mengeksklusi potensi manfaat dari pemeriksaan PIGF.

Pemeriksaan Placental Growth Factor untuk Diagnosis Preeklampsia-min

Ulasan Alomedika

Kadar placental growth factor (PIGF) dalam plasma ditemukan lebih rendah pada wanita hamil dengan preeklampsia daripada wanita dengan kehamilan fisiologis. Studi observasional telah menunjukkan potensi tes PIGF sebagai salah satu biomarker diagnostik untuk wanita hamil dengan tanda dan gejala preeklampsia pada usia kehamilan preterm.

Namun, saat ini belum ada panduan yang merekomendasikan pemeriksaan kadar PIGF sebagai pemeriksaan standar dalam diagnosis preeklampsia karena penelitian tentang bagaimana hasil pemeriksaan PIGF dapat memengaruhi luaran maternal dan neonatal masih terbatas.

Studi ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah hasil pemeriksaan kadar PIGF dapat memengaruhi luaran maternal dan neonatal. Studi ini berhipotesis bahwa penambahan pemeriksaan kadar PIGF pada penilaian klinis wanita suspek preeklampsia dengan usia kehamilan <37 minggu dapat menurunkan morbiditas maternal yang berkaitan dengan preeklampsia, tanpa meningkatkan morbiditas neonatal.

Ulasan Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara multisenter di tujuh rumah sakit maternitas terbesar di Irlandia dengan metode randomisasi stepped wedge secara klaster. Aplikasi metode penelitian ini meminimalkan risiko heterogenitas pada karakteristik dasar subjek studi bila dibandingkan dengan metode klaster paralel. Metode studi ini juga memungkinkan intervensi yang dilakukan untuk dievaluasi secara lebih pragmatis.

Karena intervensi yang dilakukan melibatkan tindakan invasif berupa pengambilan sampel darah, maka penyamaran tidak mungkin dilakukan. Oleh karena itu, pasien dan peneliti mengetahui kelompok randomisasi yang didapatkan.

Analisis secara intention-to-treat dilakukan pada seluruh subjek yang menyelesaikan uji klinis. Analisis statistik yang digunakan untuk menilai luaran ko-primer adalah regresi Poisson untuk mengetahui risk ratio serta regresi binomial untuk mengetahui risk difference.

Selain luaran ko-primer, penelitian ini juga turut melakukan analisis post hoc untuk beberapa variabel, yaitu waktu dari rekrutmen sampai terdiagnosis preeklampsia, serta tiap variabel luaran maternal dan neonatal.

Penelitian ini juga memperhitungkan faktor-faktor perancu. Peneliti menganalisis luaran ko-primer yang disesuaikan dengan faktor perancu, seperti usia maternal, indeks massa tubuh, kebiasaan merokok, etnis, usia gestasi, jenis perawatan antenatal, serta beberapa riwayat penyakit maternal lain.

Ulasan Hasil Penelitian

Terdapat dua luaran ko-primer yang dinilai pada penelitian ini, yaitu morbiditas maternal komposit dan morbiditas neonatal komposit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara morbiditas maternal maupun neonatal pada kedua kelompok uji.

Luaran sekunder pada penelitian ini meliputi masing-masing variabel yang terdapat dalam kelompok morbiditas maternal dan neonatal, serta beberapa parameter lain yang sudah ditentukan, seperti diagnosis hipertensi dalam kehamilan, rerata usia gestasi saat diagnosis, penggunaan obat antihipertensi, hipertensi berat, induksi persalinan, dan jenis persalinan.

Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada insidensi hipertensi berat dan rerata usia gestasi pada waktu diagnosis preeklampsia kedua kelompok uji. Hasil analisis juga tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan pada masing-masing variabel morbiditas maternal, neonatal, insidensi induksi persalinan, sectio caesarea emergency, dan usia gestasi saat persalinan.

Kelebihan Penelitian

Kelebihan penelitian ini adalah penelitian dilakukan secara multisenter di tujuh rumah sakit maternitas terbesar di Irlandia, sehingga hasil penelitian dapat menggambarkan populasi umum di Irlandia.

Desain penelitian stepped wedge cluster randomized control trial juga dinilai sudah tepat untuk penelitian yang bertujuan untuk melakukan evaluasi secara pragmatis terhadap suatu intervensi terhadap sebuah kelompok besar. Dengan metode stepped wedge, peneliti mendapatkan karakteristik dasar yang homogen antara dua kelompok uji bila dibandingkan dengan desain klaster paralel.

Penelitian ini juga menganalisis beberapa faktor perancu yang mungkin mempengaruhi hasil luaran utama, seperti usia maternal, indeks massa tubuh, kebiasaan merokok, etnis, usia gestasi, dan jenis perawatan antenatal.

Limitasi Penelitian

Meskipun penelitian dilakukan secara multisenter dan bersifat nasional, jumlah subjek tidak memenuhi jumlah yang telah ditargetkan sebelumnya, yaitu 4.000 pasien.

Selain itu, terdapat potensi bias dalam uji ini karena penyamaran tidak memungkinkan untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan intervensi yang dilakukan melibatkan tindakan yang invasif berupa pengambilan sampel darah.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Hasil penelitian ini tidak mendukung penambahan pemeriksaan kadar PIGF ke standar pemeriksaan wanita hamil preterm dengan tanda dan gejala preeklampsia. Oleh karena itu, dokter yang memeriksa pasien suspek preeklampsia di Indonesia tidak harus menyertakan pemeriksaan kadar PlGF sebagai pemeriksaan diagnostik rutin.

Selain belum didukung oleh bukti yang kuat, dokter juga perlu mempertimbangkan bahwa pemeriksaan kadar PIGF tidak selalu tersedia di semua rumah sakit Indonesia. Analisis biaya dan potensi manfaat yang mungkin didapatkan juga perlu dibandingkan mengingat biaya pemeriksaan cukup mahal.

Referensi