Pendahuluan Atrial Flutter
Atrial flutter adalah aritmia kardiak yang ditandai dengan frekuensi atrium 240-400 detak/menit disertai tanda-tanda blokade konduksi nodus atrioventrikular. Atrial flutter terbentuk karena adanya macroreentrant atrial tachycardia (MAT) yang berjalan di sekitar anulus trikuspid, lalu ke arah superior di sepanjang septum atrium, ke inferior dinding atrium, melewati isthmus kavotrikuspid. Berdasarkan arah propagasi sirkuit re-entry yang dimilikinya, atrial flutter tipikal terbagi menjadi atrial flutter tipikal murni dan atrial flutter tipikal terbalik. [1]
Atrial flutter dapat terjadi pada berbagai penyakit medis yang mendasari seperti penyakit paru obstruktif kronik, penyakit katup mitral dan trikuspid, serta akibat pembentukan jaringan parut pada dinding atrium pasca operasi penyakit jantung bawaan. [2-4]
Diagnosis atrial flutter ditegakkan dengan menelusuri berbagai gejala klasik terkait aritmia seperti episode sinkope, penurunan toleransi aktivitas, berdebar-debar, sesak napas, dan nyeri dada. Didukung berbagai pemeriksaan fisik dan penunjang termasuk EKG, ekokardiografi, dan uji elektrofisiologi. Gambaran EKG yang khas untuk atrial flutter antara lain pola gigi gergaji dengan defleksi negatif di sandapan inferior. Namun, pada beberapa kasus, tampilan EKG menjadi tidak khas sehingga atrial flutter perlu dibedakan dari sejumlah aritmia lain seperti atrioventricular nodal reentrant tachycardia (AVNRT), atrioventricular reciprocating tachycardia (AVRT), maupun junctional tachycardia (JT).
Penatalaksanaan atrial flutter terdiri atas empat komponen utama, yaitu :
- Pengendalian laju ventrikuler
- Pengembalian irama sinus
- Pencegahan tromboembolisme
- Pemeliharaan irama sinus
Komponen pengobatan tersebut menggunakan berbagai modalitas seperti obat antikoagulan, kardioversi elektrik, obat antiaritmia, dan ablasi kateter radiofrekuensi. [5]