Platelet-Rich Plasma untuk Cedera Hamstring

Oleh :
dr. Gilang Pradipta Permana

Injeksi platelet-rich plasma atau PRP diduga dapat mempercepat pemulihan pasien cedera hamstring. Platelet-rich plasma adalah produk darah yang kaya akan platelet, sitokin, dan growth factors. Injeksi platelet-rich plasma berpotensi untuk mempercepat penyembuhan karena dapat merangsang migrasi sel, proliferasi sel, angiogenesis, dan regenerasi jaringan.[1,2]

Platelet-rich plasma atau PRP didapatkan dengan mengambil darah pasien yang akan diterapi. Darah tersebut kemudian diproses dengan centrifuge dan beberapa langkah lanjutan untuk memisahkan komponen-komponennya. Komponen yang berupa platelet, sitokin, dan growth factor dianggap bisa memengaruhi penyembuhan jaringan ligamen, tendon, sendi, otot, dan jaringan lunak lain.[1,3]

Platelet-rich,Plasma,Preparation.,Plasma,In,Syringe.,Centrifuge.,Background

Berdasarkan studi in vitro, terapi menggunakan PRP dapat meningkatkan proliferasi miosit dan angiogenesis pada model otot. Berbagai uji klinis kemudian dilakukan untuk mengetahui apakah PRP juga bisa menghasilkan perbaikan klinis pada pasien cedera hamstring (terutama atlet), yang bisa terlihat dari cepatnya waktu kembali berlatih atau waktu return to play (RTP).[1,4]

Bukti tentang Efek Platelet-Rich Plasma terhadap Cedera Hamstring

Bukti tentang efek PRP pada pasien cedera hamstring saat ini masih tidak konsisten, di mana beberapa studi menunjukkan hasil positif tetapi beberapa studi menunjukkan efek yang tidak bermakna.

Meta Analisis Seow, et al.

Seow, et al. melakukan meta analisis terhadap 10 studi dengan total 207 pasien cedera hamstring yang mendapatkan kombinasi injeksi PRP dan terapi fisik. Grup pasien ini dibandingkan dengan grup kontrol (149 pasien) yang mendapatkan terapi fisik saja. Luaran yang dinilai adalah waktu RTP dan kejadian cedera berulang (reinjury rate).[2]

Hasil meta analisis tersebut menunjukkan bahwa kombinasi injeksi PRP dan terapi fisik bisa mempercepat waktu RTP, tetapi perbedaannya dengan grup kontrol tidak signifikan secara statistik (perbedaan rerata -5,67 hari; 95%CI -12,62 sampai 1,28; I2 = 36%; nilai p=0,11). Hal yang sama terjadi pada luaran cedera berulang. Tidak ada perbedaan signifikan antara kejadian cedera berulang pada kelompok PRP dan terapi fisik dengan kelompok kontrol (perbedaan rerata 0,88; 95%CI 0,45–1,71; I2 = 0%; p= 0,70).[2]

Tinjauan Sistematik Rudisill, et al.

Tinjauan sistematik oleh Rudisill, et al. mempelajari terapi-terapi pilihan untuk cedera hamstring, yang mencakup operasi, fisioterapi, dan injeksi PRP. Operasi dilaporkan bermanfaat untuk ruptur hamstring proksimal, sementara fisioterapi dilaporkan berguna untuk mengembalikan fungsi setelah cedera otot dan mempercepat RTP. Namun, hasil analisis tentang injeksi PRP masih tidak konsisten.[5]

Studi-studi yang termasuk dalam tinjauan sistematik tersebut menunjukkan hasil yang berbeda-beda tentang PRP. Ada 3 studi yang menyatakan PRP mempercepat RTP, tetapi ada 5 studi yang menyatakan PRP tidak mempercepat RTP. Salah satu studi menyatakan bahwa PRP mengurangi kejadian cedera hamstring berulang dalam jangka pendek, tetapi tidak berbeda signifikan dengan grup kontrol dalam jangka panjang.[5]

Suatu studi meneliti tentang kekuatan otot hamstring setelah injeksi PRP. Hasil studi itu menunjukkan bahwa kekuatan otot grup PRP lebih baik daripada grup kontrol setelah 4 minggu injeksi. Namun, tidak ada perbedaan bermakna setelah 8 minggu.[5]

Suatu studi yang meneliti tentang range of motion atau ROM sendi panggul (straight-leg raise) dan ekstensi sendi lutut setelah injeksi PRP menyatakan bahwa PRP tidak dapat memengaruhi ROM secara bermakna.[5]

Studi Trunz, et al.

Studi lain terhadap 55 atlet yang mengalami hamstring strain justru menunjukkan hasil berbeda dengan studi-studi di atas. Dalam studi ini, 28 atlet dirawat secara konservatif, sedangkan 27 atlet diberikan kombinasi PRP dan aspirasi hematoma.[6]

Rata-rata waktu RTP pada grup yang dirawat secara konservatif adalah 32,4 hari, sedangkan pada grup PRP dan aspirasi adalah 23,5 hari. Kejadian strain berulang pada grup konservatif adalah 28,6%, sedangkan pada grup PRP dan aspirasi hanya <4%. Pelaku studi ini menyimpulkan bahwa terapi PRP memiliki potensi.[6]

Perbedaan berbagai hasil studi ini mungkin disebabkan oleh sangat variatifnya metode studi dan intervensi yang dilakukan. Waktu injeksi PRP, dosis PRP, kombinasi PRP dan terapi lain, serta derajat cedera yang berbeda mungkin menghasilkan luaran yang juga berbeda.

Kesimpulan

Platelet-rich plasma (PRP) dianggap dapat bermanfaat sebagai terapi cedera hamstring karena meningkatkan proliferasi miosit dan angiogenesis dalam penelitian in vitro. Akan tetapi, studi klinis pada pasien cedera hamstring ternyata tidak menunjukkan manfaat yang konsisten. Menurut mayoritas studi klinis, injeksi PRP bisa mempercepat waktu return to play dan mengurangi kejadian cedera ulang, tetapi tidak berbeda signifikan jika dibandingkan dengan terapi konservatif saja.

Selain itu, mayoritas studi klinis yang ada masih mempunyai jumlah sampel kecil dan metode yang sangat heterogen. Studi-studi tersebut menggunakan PRP dengan dosis, waktu, dan kombinasi terapi yang berbeda-beda. Studi berskala lebih besar dengan intervensi yang lebih terstandar masih diperlukan.

Referensi