Protokol Profilaksis Tetanus

Oleh :
dr. Amelia Febrina

Protokol profilaksis tetanus mencakup manajemen luka segera, pemberian vaksin tetanus, dan/atau tetanus imunoglobulin. Tetanus imunoglobulin hanya diberikan pada luka yang berisiko tinggi terkena tetanus. Profilaksis tetanus jika dilakukan sesuai dengan protokol di bawah ini efektif untuk mencegah pasien terkena tetanus.

Tetanus yang ditandai dengan gejala khas berupa spasme dan rigiditas otot yang menyebabkan terjadinya trismus, disebabkan oleh endotoksin yang dihasilkan oleh bakteri Clostridium tetani, bakteri Gram positif yang umum ditemui pada tanah dan feses hewan.

nail puncture

Kategori Luka yang Rentan Terkena Tetanus

Sebelum memberikan profilaksis tetanus, perlu diketahui kategori luka yang rentan terkena tetanus. Secara umum, luka selain luka minor yang bersih, dianggap sebagai luka yang rentan terkena tetanus. Definisi luka bersih adalah luka yang bersifat non-penetrating, dengan kerusakan jaringan minimal.

Contoh luka yang rentan terkena tetanus adalah sebagai berikut:

  • Luka tusuk yang memiliki kecenderungan sudah terkontaminasi oleh lingkungan yang mengandung spora tetanus, misalnya luka yang didapat pada saat berkebun
  • Luka yang mengandung benda asing
  • Compound fracture
  • Luka terbuka maupun luka bakar yang disertai dengan sepsis
  • Luka gigitan binatang maupun luka gores. Luka gigitan binatang yang termasuk adalah binatang yang berkeliaran di luar rumah atau hewan liar
  • Luka terkontaminasi materi yang mengandung spora tetanus seperti contohnya tanah, dan pupuk
  • Luka terbuka atau luka bakar dengan jaringan mati yang ekstensif
  • Luka terbuka atau luka bakar yang membutuhkan intervensi pembedahan yang ditunda lebih dari 6 jam meskipun tidak dengan kontaminasi berat. [1]

Manajemen Luka

Profilaksis tetanus dilakukan pertama-tama dengan melakukan eksplorasi dan debridemen secara menyeluruh pada luka. Pada luka dengan jaringan mati yang ekstensif, debridemen operatif sebaiknya dilakukan. Luka bersih yang terjadi tidak lebih dari 6 jam tidak perlu dilakukan debridemen.

Luka yang terinfeksi (luka dengan pus), luka yang terkontaminasi (mengandung benda asing atau benda terinfeksi), serta luka bersih yang terjadi lebih dari 6 jam, tidak boleh ditutup. Lakukan wound toilet dan debridemen operatif, serta irigasi menggunakan cairan salin normal hingga luka bersih. Luka baru boleh ditutup 48 jam setelah penanganan. Debridemen dan wound toilet harus dilakukan sesegera mungkin (sebaiknya <8 jam).[1,2]

Wound Toilet dan Debridemen Operatif

Wound toilet dilakukan dengan irigasi menggunakan air bersih mengalir dalam jumlah banyak, membersihkan debu dan benda asing dari laku, serta debridemen jaringan nekrotik. Anestetik lokal dapat diberikan sebagai analgesik saat melakukan penanganan luka. Pemberian antibiotik dan anestetik topikal, serta pencucian luka dengan cairan antibiotik tidak didukung oleh bukti yang cukup sehingga tidak direkomendasikan.[3]

Antibiotik Profilaksis

Antibiotik profilaksis hanya diindikasikan pada luka yang berisiko tinggi terkena infeksi, misalnya luka yang terkontaminasi, luka tembus, trauma abdomen, compound fracture, laserasi >5 cm, luka dengan jaringan mati, serta luka pada area yang berisiko secara anatomis seperti tangan atau kaki. Luka yang memerlukan pembedahan tetap harus diberikan antibiotik profilaksis dalam 2 jam sebelum pembedahan dilakukan.[3,4]

Pemberian Vaksin Tetanus dan Tetanus Imunoglobulin (TIG)

Jenis profilaksis tetanus yang akan diberikan tergantung dari jenis luka dan status vaksinasi pasien. Pasien yang sudah pernah mendapat vaksinasi vaksin secara lengkap namun immunocompromised dianggap sebagai orang yang belum pernah divaksinasi. Status vaksinasi dianggap lengkap jika pasien sudah mendapat 5 dosis vaksin tetanus.

TIG hanya diperlukan jika luka rentan terkena tetanus. Pada pasien dengan status vaksinasi lengkap, tidak membutuhkan vaksin tetanus dan cukup diberikan TIG saja.

Pasien yang hanya mendapat vaksinasi primer tetanus (tiga dosis) perlu diberikan dosis booster jika vaksinasi terakhir dilakukan lebih dari 5 tahun untuk luka rentan tetanus dan lebih dari 10 tahun untuk luka bersih. Pada pasien dengan vaksinasi primer tidak lengkap atau belum mendapat vaksinasi primer, berikan vaksinasi tetanus sesuai dengan dosis pemberian vaksin.[5,6]

Tata laksana dari pencegahan tetanus dapat dilihat di tabel 1.

Tabel 1. Tata Laksana Pencegahan Tetanus.

Status Vaksinasi Luka Minor yang Bersih Luka Rentan Tetanus
3 dosis atau lebih Vaksin booster diberikan jika jadwal  vaksinasi terakhir >10 tahun. TIG tidak diperlukan Vaksin booster diberikan jika jadwal vaksinasi terakhir >5 tahun. TIG tidak diperlukan
Tidak tervaksinasi, status tidak diketahui, atau kurang dari 3 dosis Berikan vaksinasi sesuai dengan jadwal pemberian vaksin. TIG tidak perlu diberikan

Berikan booster jika dosis vaksinasi terakhir lebih dari 5 tahun

Berikan TIG di tempat yang berbeda dengan vaksin

Sumber: dr. Amelia, 2019.[5,6]

TIG diberikan sebesar 500 IU dosis tunggal melalui intramuskular. Apabila tidak terdapat TIG, Human Normal Immunoglobulin (HNIG) dapat digunakan sebagai alternatif secara subkutan atau intramuskuler. Dosis yang digunakan bervariasi tergantung potensi HNIG yang tersedia. HNIG belum terdapat di Indonesia. Dosis pada pasien anak-anak sama dengan dewasa.[1,2]

Sediaan vaksin tetanus di Indonesia adalah

  1. Jenis DPT (Difteri-Pertusis whole cell – Tetanus)

  2. Jenis dTap (Difteri – acellular Pertusis – Tetanus)

  3. Jenis Td (Difteri – Tetanus)
  4. Jenis TT (Tetanus – Toxoid)

Vaksinasi yang disarankan diberikan pada anak <6 tahun adalah DPT, pada anak 7-17 tahun dTap, dan untuk dewasa serta anak usia 18 tahun ke atas Td atau dTap.

Pada orang yang belum pernah divaksinasi atau vaksinasi belum lengkap, berikan vaksinasi 0,5 mL secara intramuskuler sesuai dengan jadwal vaksinasi tetanus yang belum diberikan.[7]

Tabel 2. Jadwal Vaksinasi Tetanus

Vaksin 1 Vaksin 2 Vaksin 3 Booster
Hari 0 +4 minggu vaksin 1 +6 bulan vaksin 2 +10 tahun vaksin 3

Sumber: dr. Amelia, 2019.[5,6]

Kesimpulan

Profilaksis tetanus didahului dengan klasifikasi jenis luka yang diderita pasien, apakah luka bersih atau luka yang rentan terkena tetanus. Lakukan profilaksis dengan melakukan manajemen luka dengan wound toilet dan debridemen operatif, serta memberikan vaksin tetanus dan tetanus imunoglobulin (TIG). Vaksin tetanus diberikan pada pasien yang belum mendapat vaksinasi secara lengkap atau booster terakhir diberikan lebih dari 5 tahun untuk luka rentan tetanus dan lebih dari 10 tahun untuk luka bersih. TIG hanya diberikan pada luka rentan terkena tetanus saja.

Referensi