Red Flag Oral Thrush

Oleh :
drg.Dewi Hestiara Safitri

Red flags atau tanda bahaya oral thrush atau kandidiasis oral harus dapat dikenali untuk menentukan mana kasus yang memerlukan investigasi lebih lanjut. Oral thrush seringkali ditemui dalam bentuk lesi berwarna putih atau munculnya benjolan berwarna kuning di dalam rongga mulut. Pada kebanyakan kasus, oral thrush tidak menimbulkan komplikasi lebih lanjut jika penatalaksanaan dilakukan dengan segera. Meski demikian, oral thrush juga bisa berkaitan dengan etiologi signifikan, seperti HIV atau hipotiroid.

Oral thrush atau juga biasa disebut kandidiasis oral merupakan infeksi jamur Candida albicans yang ada di dalam rongga mulut. Candida albicans sebenarnya merupakan flora normal dalam rongga mulut. Namun ketika terdapat faktor predisposisi pada host, maka infeksi dapat berkembang.[1,2]

Red Flag Oral Thrush-min

Sekilas Tentang Etiologi Oral Thrush

Sebagian besar kasus oral thrush disebabkan oleh spesies jamur Candida albicans. Namun demikian, terdapat pula spesies jamur lain yang ditemukan menyebabkan oral thrush, seperti  Candida tropicalis, Candida dubliniensis, Candida glabrata, Candida famata, dan Candida geotrichum. Sebanyak 80% kasus Oral Thrush merupakan infeksi gabungan anda C. albicans, C. tropicalis, dan C. glabrata.

Oral thrush juga bisa disebabkan oleh infeksi Non C. albicans Candida (NCAC). NCAC sering ditemui pada kasus imunodefisiensi, seperti HIV.

Faktor predisposisi oral thrush dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal mencakup penggunaan gigi tiruan, inhaler kortikosteroid, xerostomia, merokok, dan diet tinggi gula. Sementara itu, faktor sistemik mencakup usia tua, kelainan endokrin seperti diabetes, kondisi imunodefisiensi seperti HIV dan kanker, penggunaan antibiotik spektrum luas, defisiensi nutrisi, dan adanya lesi oral lain yang menyebabkan hiperkeratosis seperti liken planus.[3-5]

Red Flags Oral Thrush

Pasien dengan red flags atau tanda bahaya oral thrush memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengonfirmasi adanya penyakit yang mendasari dan mendapat penanganan segera. Red flags yang perlu diperhatikan adalah:

  • Rasa tidak enak di dalam mulut yang sangat mengganggu aktivitas sehari-hari
  • Demam
  • Halitosis
  • Rasa nyeri sehingga mengganggu mengunyah dan menelan
  • Muncul perdarahan minor pada lesi
  • Terdapat lesi yang berkaitan dengan oral thrush, seperti cheilitis angular

  • Pasien merasakan sensasi seperti mengunyah kapas dalam mulut
  • Lidah kehilangan kemampuan untuk merasa.
  • Gejala sistemik yang mungkin mengarah pada keganasan HIV, atau diabetes: kehilangan berat badan tanpa sebab yang jelas, kelelahan yang ekstrim, dan infeksi rekuren.[2-4]

Sekilas Tentang Manajemen Pasien dengan Red Flags Oral Thrush

Manajemen pasien dengan red flags atau tanda bahaya oral thrush dimulai dari anamnesis serta pemeriksaan yang terarah untuk menentukan faktor predisposisi pasien. Kemudian, setelah mendapatkan faktor predisposisi, dapat ditentukan penatalaksanaan yang tepat, efektif, dan efisien.

Anamnesis

Dokter perlu melakukan anamnesis dengan tepat untuk mengetahui faktor predisposisi yang dimiliki pasien sehingga oral thrush bisa muncul. Tanyakan kemungkinan faktor lokal yang dimiliki pasien, seperti apakah pasien menggunakan gigi tiruan, menderita asma dan menggunakan inhaler, memiliki keluhan mulut terasa seperti terbakar, ataupun memiliki kebiasaan merokok.

Selain itu, tanyakan pula riwayat kesehatan secara umum untuk mengetahui apakah pasien memiliki faktor predisposisi sistemik atau tidak. Tanyakan apakah pasien memiliki riwayat penyakit diabetes, sedang dalam pengobatan antibiotik atau tidak, serta bagaimana konsumsi diet sehari-hari. Gali pula faktor risiko yang mengarah pada riwayat perawatan penyakit imunodefisiensi.[6-11]

Pemeriksaan Fisik

Diagnosis oral thrush biasanya dapat segera ditegakkan dengan melihat penampakan klinis saja, walaupun pada beberapa kasus membutuhkan pemeriksaan lanjutan. Kandidiasis memiliki variasi tampilan lesi, yaitu dapat berupa lesi putih, lesi merah, atau kombinasi putih dan merah.

Jika oral thrush berwarna putih, maka harus dibedakan dengan lesi putih lain yang ada di rongga mulut, seperti liken planus dan hairy leukoplakia. Perbedaan oral thrush dengan dua jenis lesi putih lain ini adalah lapisan putih oral thrush akan hilang dengan ekskavasi (pengerokan), sementara dua jenis lesi putih lainnya tidak akan hilang.

Sementara itu, jika oral thrush berwarna merah, maka harus dibedakan dengan eritroplakia. Oral thrush merah, atau biasa disebut dengan kandidiasis eritematosa, biasanya memiliki batas yang difus, sedangkan eritroplakia memiliki batas yang tegas. Kandidiasis eritematosa ini juga dapat menyerupai kondisi geographic tongue. Pada geographic tongue, lesi akan berpindah-pindah tempat, sedangkan oral thrush akan menetap.[6-11]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis oral thrush adalah dengan melakukan oral swab, oral rinse, dan oral smears. Oral swab dilakukan jika kita akan melakukan kultur jaringan. Swab dilakukan dengan double technique, yaitu swab basah dan kering, dan diambil dari 3 lokasi mulut yang berbeda.

Sementara itu, oral rinse adalah kumur salin buffer fosfat selama 1 menit dan meludahkan hasil kumur tersebut ke dalam bejana. Bejana tersebut kemudian dikirim ke laboratorium patologi oral. Teknik oral rinse ini dapat membedakan infeksi kandida merupakan komensal atau bukan.

Oral smears dilakukan dengan cara melakukan ekskavasi pada lesi secara perlahan dan lembut dengan menggunakan spatula atau tongue blade. Debris oral thrush yang terambil langsung diaplikasikan pada kaca preparat. Jika kandida tersebut dicurigai sebagai leukoplakia, lakukan tes oral smear disertai dengan biopsi untuk memastikan.

Selain itu, kondisi medis yang mendasari oral thrush harus dicari. Pertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan kadar CD4+, hormon tiroid, ataupun kadar gula darah sesuai indikasi.[6-11]

Tata Laksana

Tata laksana oral thrush umumnya dapat dilakukan dengan aplikasi antijamur topikal. Contoh obat antijamur yang sering digunakan adalah nystatin, miconazole, dan amphotericin B. Pada kasus rekurensi oral thrush atau tidak meredanya oral thrush setelah diberikan obat, dapat dilakukan operasi eksisi lesi tersebut.

Bersamaan dengan pemberian obat antijamur, dokter juga harus melakukan penatalaksanaan faktor predisposisi yang ditemukan pada pasien. Pada faktor predisposisi penggunaan gigi tiruan, maka bersihkan gigi tiruan tersebut disertai dengan pemberian edukasi pasien untuk melakukan perawatan gigi tiruan secara adekuat.

Pada pengguna inhaler kortikosteroid, hal yang dapat dilakukan adalah membilas mulut dengan air setelah menggunakan inhaler tersebut. Selain itu, dapat digunakan spacer untuk mengurangi kontak inhaler dengan mukosa mulut.

Pada pasien dengan xerostomia, cari etiologi xerostomia tersebut sembari memberikan pengobatan antijamur. Pada kondisi akibat merokok atau diet, dapat dilakukan edukasi pada pasien untuk menghentikan kebiasaan merokok serta mulai mengonsumsi diet yang sehat dan tinggi serat.

Pada pasien dengan kondisi imunosupresi, seperti HIV dan kanker, dapat dipertimbangkan pemberian obat antijamur secara sistemik, baik melalui oral maupun intravena.[6-11]

Referensi