Red Flags Nyeri Payudara

Oleh :
dr. Qorry Amanda, M.Biomed

Red flags atau tanda bahaya nyeri pada payudara atau mastalgia dapat mengindikasikan adanya etiologi signifikan, seperti kanker payudara. Meski demikian, pada kebanyakan kasus nyeri payudara disebabkan oleh etiologi yang jinak, seperti mastalgia terkait siklus menstruasi.[1,2]

Sekilas Tentang Etiologi Nyeri Payudara

Berdasarkan etiologinya breast pain atau mastalgia diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yakni cyclic,  non-cyclic, dan extramammary.

Breast,Cancer,And,Breast,Pain,In,Asian,Woman,And,She

Cyclic Mastalgia

Mastalgia tipe cyclic berhubungan dengan siklus menstruasi dan disebabkan karena variasi kadar hormon reproduksi yang mempengaruhi terjadinya perubahan pada struktur payudara, seperti terjadinya pembengkakkan, kepadatan, ataupun kelembutan (tenderness) pada kedua payudara.

Nyeri payudara tipe cyclic umumnya bertambah saat menjelang menstruasi, mulai berkurang saat hari pertama menstruasi tiba, dan menghilang pada hari-hari berikutnya. Hal ini disebabkan karena meningkatnya sensitivitas jaringan payudara terhadap hormon reproduksi saat menjelang menstruasi. Nyeri payudara tipe ini paling sering terjadi pada wanita menjelang menopause (premenopause).[1.3]

Non-Cyclic Mastalgia

Mastalgia tipe non-cyclic tidak dipengaruhi oleh adanya variasi kadar hormon selama siklus menstruasi, namun paling sering disebabkan oleh adanya perubahan struktural pada payudara. Ini mencakup perubahan anatomi internal payudara akibat adanya injury atau trauma, tindakan bedah, infeksi seperti mastitis atau abses payudara, serta terkadang berhubungan dengan proses patologi yang sedang terjadi pada payudara seperti kista payudara atau fibroadenoma mammae.

Nyeri tipe non-cyclic bersifat tajam atau seperti terbakar, unilateral, serta dapat berlangsung konstan atau intermiten. Mastalgia tipe non-cyclic sering terjadi pada usia 30 dan 50 tahun.[1,3]

Extramammary Mastalgia

Nyeri pada extramammary mastalgia disebabkan oleh kelainan pada organ di sekitar payudara seperti jantung, paru-paru, esofagus, dinding thoraks, lambung, dan kandung empedu. Nyeri juga bisa disebabkan karena konsumsi obat-obatan seperti pil kontrasepsi, terapi hormonal yang mengandung estrogen atau progesteron, serta antihistamin. Selain itu, terdapat literatur yang menyebutkan bahwa nyeri juga dapat dipicu oleh konsumsi kafein, makanan berlemak, merokok, kondisi stress, ansietas, dan depresi.

Nyeri disebabkan karena mekanisme referred pain atau nyeri alih karena penyakit pada organ-organ tersebut, sehingga tidak berhubungan dengan proses patologi yang terjadi payudara meskipun nyeri terasa di daerah payudara.[1,3]

Red Flags Nyeri Payudara

Pasien dengan red flags nyeri payudara atau mastalgia memerlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengonfirmasi etiologinya dan mendapatkan penanganan segera. Red flags nyeri payudara yang perlu diperhatikan adalah:

  • Nyeri payudara pada pasien yang memiliki riwayat penyakit dahulu atau riwayat keluarga dengan kanker payudara atau kanker organ reproduksi lain
  • Nyeri payudara pada pasien berusia lebih dari 50 tahun
  • Nyeri payudara disertai adanya nipple discharge

  • Nyeri payudara disertai adanya ulserasi unilateral
  • Nyeri payudara disertai adanya pembesaran payudara unilateral dalam waktu singkat
  • Nyeri payudara disertai adanya perubahan warna atau struktur kulit sekitar
  • Nyeri payudara berlangsung persisten selama lebih dari 3 bulan
  • Nyeri payudara tidak merespon terhadap terapi lini pertama seperti paracetamol dan natrium diklofenak

  • Nyeri payudara bersifat berat hingga mengganggu kualitas hidup pasien sehari-hari, misalnya mengganggu tidur.[1-5]

Sekilas tentang Manajemen Pasien dengan Nyeri Payudara

Manajemen pasien dengan red flags nyeri payudara dimulai dari anamnesis serta pemeriksaan yang terarah untuk menentukan etiologi dan tata laksana yang sesuai.

Anamnesis

Dokter perlu menanyakan tentang riwayat nyeri payudara yang terjadi, seperti onset, durasi, dan apakah bertambah berat seiring dengan berjalannya waktu atau konstan. Keluhan penyerta signifikan seperti adanya benjolan di ketiak atau discharge pada putting perlu ditanyakan.

Riwayat penyakit keganasan pada masa lalu pasien atau keluarga pasien juga perlu digali untuk memperhitungkan risiko nyeri payudara yang disebabkan kanker payudara. Dokter juga perlu menanyakan sudahkah dilakukan pemeriksaan genetik pada gen BRCA1 dan BRCA2 yang menjadi faktor risiko munculnya kanker payudara.[1-4,6]

Beberapa faktor epidemiologi lain yang terbukti meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara seperti usia menarche yang muda, usia menopause yang tertunda (di atas 50 tahun), riwayat pemakaian metode kontrasepsi hormonal, adanya kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, adanya kondisi obesitas, riwayat diabetes, serta riwayat radiasi juga perlu ditanyakan pada pasien. Selain itu, dokter juga perlu mengonfirmasi mengenai status paritas dan menyusui pada pasien yang dapat mempengaruhi tingkat risiko pasien mengalami kanker payudara.[7,8]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, dokter dapat mengevaluasi adanya mastitis atau justru kondisi kehamilan. Pemeriksaan pada area dinding toraks juga perlu dilakukan secara cermat untuk dapat meyakinkan lokasi nyeri benar-benar berada di payudara, bukan di dinding toraks. Dalam hal ini, dapat dilakukan teknik palpasi yang tepat guna mencari titik nyeri. Bila nyeri dikonfirmasi setelah melakukan palpasi pada dinding toraks, maka kemungkinan besar nyeri berasal dari organ extramammary. Selain itu, dokter perlu memeriksa kedua ketiak untuk memastikan ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening yang dapat mendukung kecurigaan ke arah keganasan.[1,4]

Pada pemeriksaan payudara, dokter juga perlu memperhatikan adanya perubahan abnormal pada struktur anatomi payudara, seperti perubahan warna kulit, struktur kulit, retraksi, ulserasi, ataupun inflamasi aktif pada putting payudara.[3,4]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang berupa radiologi atau biopsi terutama dilakukan untuk mengeksklusi keganasan payudara. Tidak semua pasien yang mengeluh nyeri payudara wajib menjalani pemeriksaan penunjang. Pasien yang mengalami nyeri payudara tipe cyclic (bilateral dan non-fokal), tidak memiliki riwayat penyakit keganasan dalam keluarganya, serta pemeriksaan fisik payudara yang relatif normal tidak memiliki indikasi kuat menjalani pemeriksaan penunjang.[1,3,9]

Pemeriksaan penunjang pertama yang disarankan adalah pemeriksaan ultrasonografi yang terutama diperuntukkan pasien mastalgia berusia di bawah 40 tahun dan tidak memiliki riwayat keganasan pada keluarganya. Bila pada pemeriksaan ultrasonografi didapatkan hasil abnormal, pasien dapat melanjutkan ke tahap pemeriksaan penunjang selanjutnya, yakni mamografi.

Mamografi juga dapat dilakukan sebagai pemeriksaan pencitraan pertama bagi pasien mastalgia berusia di atas 40 tahun dengan riwayat keganasan pada keluarga dan mengalami nyeri fokal pada payudara disertai penebalan kulit yang tidak wajar atau benjolan. Bila dalam pemeriksaan mammografi terkonfirmasi adanya benjolan atau penebalan jaringan di bawah area yang dirasa nyeri oleh pasien, pemeriksaan penunjang biopsi dilakukan untuk mengkonfirmasi secara histologi jenis jaringan yang menebal atau membesar tersebut.[1,3,10]

Penatalaksanaan

Tata laksana nyeri payudara harus disesuaikan dengan etiologinya. Bila terbukti terdapat kecurigaan adanya patologi yang signifikan, pasien dirujuk ke dokter spesialis bedah. Namun, bila tidak ada bukti atau kecurigaan kuat bahwa nyeri payudara disebabkan oleh adanya patologi yang signifikan, dokter boleh mengobservasi sambil memberikan terapi selama 2 minggu hingga 4 bulan untuk mengevaluasi gejala nyeri payudara.

Pasien diedukasi untuk melakukan perubahan pola hidup seperti mengurangi konsumsi kafein dan alkohol serta meningkatkan konsumsi serat. Pada pasien dengan nyeri payudara tipe cyclic, dokter dapat menganjurkan pasien untuk mencatat pola nyeri yang dirasakan hingga 2 minggu berikutnya. Pastikan bra yang dikenakan pasien adalah yang sesuai dengan ukuran payudara pasien.

Analgesik oral, seperti paracetamol, dapat diberikan dalam dosis 1 gram jika perlu selama 2 minggu. Paracetamol dapat dihentikan bila tidak ada perbaikan gejala atau dilanjutkan selama 2 minggu berikutnya bila terdapat perbaikan. Bila nyeri payudara dirasakan persisten, maka pasien dirujuk ke dokter spesialis bedah untuk penanganan lebih lanjut.[2,10]

Referensi