Strategi untuk Meningkatkan Kepatuhan Terapi pada Pasien Epilepsi

Oleh :
dr. Anyeliria Sutanto, Sp.S

Ketidakpatuhan atau non adherence terhadap pengobatan masih menjadi masalah dalam tata laksana epilepsi. Hal ini salah satunya karena durasi terapi epilepsi yang panjang sebelum pasien akhirnya dapat dinyatakan bebas kejang dan dapat berhenti minum obat.

Epilepsi merupakan salah satu gangguan neurologis kronik paling umum yang memiliki dampak disabilitas yang tinggi. Selain insidensi yang tinggi, penanganan epilepsi sendiri juga penuh dengan tantangan, baik dalam hal memilih obat antiepilepsi yang sesuai, maupun dalam memastikan pasien patuh minum obat. Artikel ini akan membahas berbagai strategi yang dapat dilakukan sebagai upaya meningkatkan kepatuhan terapi pada pasien epilepsi.[1]

Strategi untuk Meningkatkan Kepatuhan Terapi pada Pasien Epilepsi-min (1)

Kepatuhan yang Rendah Meningkatkan Morbiditas dan Mortalitas

Permasalahan tidak patuhnya pasien epilepsi dalam minum obat merupakan hal yang dihadapi di seluruh dunia dengan proporsi yang berbeda, mulai dari 26% di Amerika Serikat hingga 67% di Nigeria.[2] Beberapa faktor tersering yang berpengaruh dalam tingkat kepatuhan yang rendah antara lain faktor ekonomi (pasien yang harus membeli obat sendiri cenderung lebih tidak patuh dibandingkan dengan yang mendapatkan obat secara gratis), dukungan sosial, stigma, dan efek samping obat yang tidak nyaman.[2,3]

Walaupun obat antiepilepsi yang tersedia memiliki efikasi yang baik, kepatuhan minum obat yang rendah masih menjadi masalah mayor dalam mempertahankan remisi dan pemulihan fungsional, menyebabkan kegagalan dalam tata laksana, dan berulangnya kejang. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat mortalitas pada pasien yang tidak patuh minum obat lebih tinggi sebanyak 3 kali lipat dibandingkan dengan pasien yang patuh.[2]

Strategi dalam Meningkatkan Kepatuhan Terapi Epilepsi

Berdasarkan tinjauan sistematik Cochrane terbaru, terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kepatuhan minum obat pada pasien dengan epilepsi. Secara umum, strategi ini dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok utama yaitu intervensi perilaku, intervensi edukasi, dan intervensi campuran.[4]

Intervensi Perilaku (Behavioural Interventions)

Contoh intervensi perilaku yang dapat meningkatkan kepatuhan terapi epilepsi antara lain:

  • Pengiriman pesan singkat pengingat atau via aplikasi
  • Tiga sesi rutin per minggu, berlangsung antara 40-60 menit, di mana pasien didorong untuk membuat rencana personal mengenai jadwal minum obat secara detail dan mengidentifikasi kemungkinan faktor yang menjadi penghalang dalam menjalani rencana tersebut, termasuk di dalamnya bagaimana cara mengatasinya.
  • Pengaplikasian intervensi intensi (intention intervention) yang melibatkan penyelesaian dari pekerjaan sederhana yang dihubungkan dengan intensi untuk meminum obat pada waktu, tempat, dan aktivitas tertentu. Misalnya, pada jam 8 pagi, di kamar mandi setelah menggosok gigi adalah waktunya saya minum obat dosis pertama
  • Wawancara motivasional tatap muka yang diikuti dengan wawancara motivasional via telepon selama 12 minggu[4]

Intervensi Edukasi

Bentuk intervensi melalui edukasi antara lain:

  • Program terpadu multidisiplin, termasuk di dalamnya konsultasi tatap muka dengan ahli epilepsi, konsultasi online dengan perawat khusus epilepsy, dan edukasi kelompok oleh tim multidisiplin 2 kali setahun
  • Sesi edukasi dan pola hidup tatap muka dengan perawat spesialis khusus di bidang neurologi selama 120 menit
  • Edukasi berbasis kelompok dengan 9 modul sepanjang 16 jam yang diberikan selama 2 hari pelatihan.
  • Video animasi yang membantu menjelaskan mengenai diagnosis, etiologi, pengobatan, pertolongan pertama, prognosis dan aktivitas yang aman dilakukan bagi penyandang epilepsi
  • Empat sesi tatap muka dan dua sesi pemecahan masalah via telepon dalam kurun waktu 8 minggu
  • Sesi pengajaran personal dengan format terstruktur yang melingkupi aspek seperti modalitas terapi yang diberikan oleh perawat khusus di bidang epilepsi dalam 4 sesi dengan pamflet untuk membantu dalam menjelaskan
  • Program edukasi selama satu hari yang memberikan informasi terkait epilepsi seperti tipe kejang, penyebab, efek epilepsi terhadap perkembangan anak, pengobatan, efek samping, dan apa yang harus dilakukan jika seseorang mengalami kejang. Program ini juga disertai brosur sebagai alat bantu
  • Edukasi mengenai pengobatan dengan metode edukasi oral dan materi tertulis yang didukung dengan komunikasi rutin setiap bulan oleh farmasi via telepon selama 6 bulan berikutnya
  • Empat sesi edukasi di mana sesi satu menjelaskan pengobatan, pentingnya kepatuhan, dan regimen pengobatan spesifik yang harus dijalani; sementara sesi dua hingga empat mengajarkan bagaimana cara memecahkan masalah yang menghalangi kepatuhan minum obat pada pasien
  • Program yang membantu melayani secara mandiri dalam memberikan informasi untuk pasien epilepsi berbasis daring
  • Program edukasi dua hari yang memberikan edukasi medis dan terapi psikologis bagi pasien dan keluarga.
  • Pemberian materi terperinci mengenai obat antiepilepsi, warna, kegunaan, bentuk, dosis dan efek samping melalui berbagai metode, baik oral, materi tertulis atau via telepon
  • Diskusi kelompok tatap muka dengan peserta ibu dan anak penyandang epilepsi[4]

Intervensi Campuran

Intervensi campuran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepatuhan terapi epilepsi antara lain:

  • Intervensi manajemen mandiri multikomponen, yang di dalamnya terdiri dari edukasi dan kemampuan praktis berorientasikan tujuan
  • Edukasi mengenai pengobatan dikombinasikan dengan intervensi perilaku: jadwal yang dimodifikasi dalam bentuk tabel yang mengilustrasikan terapi harian dengan gambar obat dan tanda untuk minum obat.
  • Program dengan 4 komponen utama, yaitu edukasi intensif; konsultasi untuk memastikan penyedia layanan dan operator tersedia jika dibutuhkan setiap saat; pengingat sederhana dalam bentuk kartu khusus; dan pengingat mengenai kepatuhan rutin per bulan
  • Konseling pasien mengenai tujuan pemberian obat dan pentingnya kepatuhan disertai dengan pengingat dalam bentuk: buku harian mengenai konsumsi obat dan kejang, kotak obat, dan layanan untuk pembuatan resep dan mengingatkan jadwal konsultasi[4]

Efikasi dari Metode Intervensi Terhadap Tingkat Kepatuhan

Studi yang ada menunjukkan bahwa tidak semua metode intervensi yang digunakan memberikan efikasi yang sama terhadap kepatuhan pasien dalam minum obat.[4]

Intervensi Perilaku

Tinjauan sistematik Cochrane (2020) terbaru menunjukkan bahwa metode dengan pendekatan personal, terutama dengan sesi yang aplikatif, seperti sesi rutin per minggu atau pengaplikasian intervensi intensi, memberikan peningkatan signifikan secara positif terhadap kepatuhan pasien dalam minum obat. Peningkatan ini terlihat baik dalam hal kepatuhan minum obat,  maupun ketepatan dalam jadwal dan dosis yang dikonsumsi. Sebaliknya, intervensi menggunakan pesan singkat ataupun panggilan telepon tidak memberikan perbedaan bermakna dalam tingkat kepatuhan minum obat, begitu pula dengan sesi wawancara motivasional.[4]

Intervensi Edukasi

Di sisi lain, metode intervensi edukasi menunjukkan pengaruh yang kecil terhadap peningkatan kepatuhan pasien dalam minum obat. Dari total 13 metode yang dianalisis dalam tinjauan sistematik Cochrane tersebut, hanya 4 metode yang secara signifikan meningkatkan kepatuhan minum obat, yaitu:

  • Penggunaan video animasi yang berisi penjelasan terkait diagnosis, etiologi, pengobatan, pertolongan pertama, prognosis, dan aktivitas yang aman dilakukan
  • Program mandiri yang memberi informasi secara daring
  • Program edukasi 2 hari berisi edukasi medis dan terapi psikologis bagi pasien dan keluarga
  • Diskusi kelompok tatap muka

Dari keempat metode yang memberikan hasil signifikan, tampak bahwa program yang bersifat interaktif (menggunakan alat bantu seperti video, animasi, atau website) dan yang melibatkan anggota keluarga atau caretaker akan cenderung lebih berhasil dibandingkan dengan sesi edukasi, pelatihan atau seminar.[4]

Intervensi Campuran

Dari 4 metode campuran yang dianalisis pada tinjauan sistematik Cochrane, 3 metode menunjukkan efikasi yang baik dalam meningkatkan kepatuhan terapi. Metode yang ditemukan efektif adalah edukasi pengobatan yang dikombinasikan dengan intervensi perilaku; program yang dibagi menjadi 4 komponen utama; dan konseling pasien.[4]

Penelitian yang dilakukan oleh Li et al menunjukkan bahwa program yang dibagi menjadi 4 komponen utama (edukasi intensif, layanan konsultasi, tracking card epilepsi, dan pengingat berulang) menghasilkan peningkatan kepatuhan terapi yang signifikan dan meningkatkan kontrol kejang pada pasien.[5]

Kesimpulan

Kepatuhan terapi epilepsi masih menjadi tantangan tersendiri dalam mempertahankan remisi dan pemulihan fungsional pasien. Durasi terapi yang umumnya panjang masih menjadi kendala utama dalam meningkatkan kepatuhan pengobatan.

Dokter perlu melakukan berbagai intervensi untuk meningkatkan kepatuhan terapi epilepsi. Intervensi ini dapat dibagi menjadi 3 kategori besar, yaitu intervensi perilaku, edukasi, dan campuran. Tinjauan sistematik Cochrane terbaru (2020) menunjukkan bahwa intervensi perilaku yang memiliki efikasi baik adalah intervensi yang melibatkan pendekatan personal, terutama dengan sesi yang aplikatif. Sementara itu, intervensi edukasi yang efektif adalah intervensi yang bersifat interaktif atau yang melibatkan caretaker pasien. Intervensi campuran yang dilaporkan memiliki efikasi baik adalah edukasi pengobatan yang dikombinasi dengan intervensi perilaku; program 4 komponen (edukasi intensif, layanan konsultasi, tracking card epilepsi, dan pengingat berulang); serta konseling pasien yang disertai pengingat misalnya dalam bentuk buku harian.

Referensi