Terapi Inhalasi Nebulizer Vs MDI Spacer Sebagai Terapi Asma Akut pada Anak di Rumah

Oleh :
dr. Ferdinand Sukher

Terapi inhalasi dengan metode nebulizer dan metered dose inhaler (MDI) spacer untuk terapi asma akut pada anak di rumah memberikan efek bronkodilator langsung ke target organ dengan efek samping sistemik yang minimal. Akan tetapi, masih terdapat perdebatan mengenai keuntungan penggunaan nebulizer dibandingkan dengan MDI spacer untuk penggunaan di rumah baik oleh pasien maupun orang tua pasien.[1, 2]

Saat terjadi serangan asma, saluran napas menjadi sempit karena bronkokonstriksi, edema, dan peningkatan produksi sekret, sehingga anak mengalami kesulitan bernapas. Terapi inisial untuk serangan asma adalah terapi inhalasi dengan short acting beta agonist (SABA) untuk membuka jalan napas agar pasien dapat kembali bernapas dengan adekuat.[1,2]

Pocket,Metered,Dose,Inhaler,With,A,Mask,For,A,Child

Kelebihan dan Kekurangan Terapi Inhalasi

Kelebihan pemberian terapi secara inhalasi di sistem respirasi adalah pemberian obat yang langsung ke organ target, sehingga awitan kerja lebih cepat, dosis yang diperlukan lebih sedikit, dan tidak melewati metabolisme lintas pertama (first pass metabolism). Namun, terapi inhalasi membutuhkan edukasi kepada orang tua dan anak mengenai cara menggunakannya dengan benar.[2, 5]

Pemberian obat asma per inhalasi sebagai pereda serangan yang disarankan berdasarkan panduan GINA 2022 adalah β2 agonis kerja pendek (short acting beta agonist/SABA). Salbutamol yang merupakan obat pilihan pertama pada asma serangan ringan–sedang, dapat digunakan di rumah atau fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama.

Dosis salbutamol yang diberikan melalui nebulizer adalah 2,5 mg untuk anak hingga usia 5 tahun, dan 5 mg untuk anak di atas 5 tahun. Sedangkan dosis salbutamol dalam bentuk MDI spacer (100 mcg/spray), yaitu 2–6 semprot setiap serangan untuk anak sampai usia 5 tahun, dan 4–12 semprot untuk anak di atas 5 tahun.

Salbutamol MDI spacer juga dapat diberikan sebanyak 2 semprot pada 15 menit sebelum atau saat melakukan aktivitas fisik berat, misalnya olahraga, untuk mencegah exercise induced asthma/EIA.[1,2,4]

Beberapa Jenis Alat Inhalasi

Agar dapat memberikan terapi per inhalasi, dibutuhkan alat yang dapat menghantarkan sediaan obat dalam bentuk aerosol. Beberapa jenis alat inhalasi adalah nebulizer, metered dose inhaler (MDI), atau dry powder inhaler (DPI).

Alat Nebulizer

Prinsip kerja nebulizer adalah mengubah obat dalam bentuk larutan ataupun suspensi menjadi aerosol. Terdapat 3 jenis nebuliser yaitu nebuliser jet, nebuliser ultrasonik dan nebuliser mesh. Kekurangan dari penggunaan nebulizer ini adalah teknik pemakaian yang tidak mudah, biaya yang lebih besar, kebanyakan tipe nebulizer tidak portable dan memerlukan listrik, serta dosis obat yang terhirup pasien kadang tidak tepat.

Beberapa kesalahan dalam penggunaan nebuliser di rumah, yang sering dijumpai, adalah perakitan perangkat yang tidak benar, pemilihan interface yang tidak tepat, fill–volume atau flow yang tidak tepat, tumpahan obat yang disebabkan nebuliser miring, gagal meletakkan mouthpiece di mulut selama proses nebulisasi, serta kebocoran di sekitar muka.[2,3,5]

Metered Dose Inhaler (MDI) dan Dry Powder Inhaler (DPI) dengan Volumetric Spacer

Metered dose inhaler (MDI) dengan volumetric spacer merupakan alat inhalasi yang paling banyak digunakan di luar klinik saat ini, keuntungannya adalah ukuran kecil, dapat dibawa kemana–mana, harga terjangkau dan penggunaan yang nyaman. Sedangkan dry powder inhaler (DPI) juga dapat digunakan dengan volumetric spacer. Prinsip kerja DPI adalah mengubah serbuk kering menjadi aerosol.

Penggunaan MDI membutuhkan koordinasi tangan dan kemampuan inspirasi yang memadai, sehingga terapi inhalasi dengan MDI harus diberikan pada anak yang sudah mampu berkoordinasi dengan baik.[2,5]

Penggunaan MDI direkomendasikan untuk digunakan dengan volumetric spacer yang dapat mengatasi masalah koordinasi, menahan napas terlalu singkat, menarik napas terlalu cepat, kurang mengocok inhaler, berhenti mendadak saat inhalasi, jumlah semprotan dalam satu kali tarikan napas, dan menyemprot melalui mulut tapi menghirup napas melalui hidung.[5,6]

Sejak awal tahun 1990–an penggunaan MDI dengan spacer mulai digunakan sebagai terapi awal untuk asma eksaserbasi ringan dan sedang pada anak. Penggunaannya dapat menurunkan angka kunjungan anak di unit gawat darurat. MDI spacer disebut aman dan efektif sebagai terapi awal anak dengan asma, karena dapat menghilangkan kesalahan dari penggunaan MDI tanpa spacer.

Keuntungan lain MDI spacer adalah murah, tidak memerlukan listrik maupun baterai, dan dapat dibawa pada tas sekolah maupun tas olahraga anak.[2,7]

Pemilihan Alat Inhalasi untuk Anak

Salah satu faktor yang dipertimbangkan dalam pemilihan alat inhalasi adalah usia pasien, yaitu:

  • Pasien usia 0–3 tahun, inhalasi sebagai pereda (reliever) maupun pengendali (controller), digunakan MDI spacer dan nebulizer

  • Pasien usia 3-5 tahun, sebagai pereda digunakan MDI spacer dan nebulizer, sedangkan sebagai pengendali sudah bisa digunakan DPI bila anak dapat kooperatif
  • Pasien usia di atas 5 tahun disarankan penggunaan MDI spacer atau DPI sebagai terapi utama baik pereda maupun pengendali[1,4]

Perbandingan Penggunaan Nebulizer dengan MDI Spacer di Rumah

Tata laksana serangan asma bertujuan untuk mengatasi penyempitan saluran napas secepat mungkin. Penggunaan MDI spacer belakangan lebih disukai untuk serangan asma akut yang tidak berat dan tidak mengancam nyawa, dibandingkan nebulizer. Terapi dengan MDI atau dry powder inhaler (DPI) juga direkomendasikan untuk terapi rutin atau kontroler pada asma.

Penggunaan nebulizer lebih memakan waktu karena anak perlu duduk diam paling tidak 5 menit, membutuhkan tekanan gas atau sumber listrik untuk mengalirkan obat, meningkatkan resiko infeksi silang, dan membutuhkan perawatan alat yang rutin. Selain itu, nebulizer membutuhkan biaya yang lebih mahal karena membutuhkan masker sekali pakai.[2,5,6]

Sedangkan penggunaan MDI spacer bisa meningkatkan kepatuhan pasien, di mana cara penggunaannya lebih praktis. Pada penggunaan MDI, obat dilepaskan di dalam spacer setelah MDI dikocok dan ditekan, lalu anak bernapas seperti biasa. Keuntungan lain adalah MDI sendiri bisa dibawa oleh anak kemana–mana sehingga bisa menurunkan biaya dan dosis pemakaian.

Berdasarkan GINA 2022, pemberian terapi MDI dianggap lebih efektif digunakan pada anak–anak dibandingkan dengan nebulizer, dengan efek samping sistemik lebih rendah. Nebulizer juga dinilai lebih berisiko menyebarkan partikel infeksius.[1,8,9]

Studi Perbandingan Nebulizer dan MDI Spacer

Belum ada penelitian mengenai penggunaan alat inhalasi, baik nebulizer maupun MDI spacer, dengan setting di rumah. Beberapa uji klinik menyebutkan penanganan di klinik dan di unit gawat darurat dapat disamakan dengan keadaan di komunitas.

Perbandingan Nebulizer dan MDI Spacer pada Anak Usia 2–4 Tahun

Hamza et al., melakukan studi randomized controlled trial (RCT) untuk membandingkan penggunaan nebulizer dan MDI spacer pada 200 anak usia 2–4 tahun dengan eksaserbasi asma atau ditemukan wheezing yang datang ke UGD.

Kelompok yang mendapat MDI spacer memiliki nilai forced expiratory volume in the first second (FEV1) yang secara signifikan lebih tinggi setelah terapi, dibandingkan yang mendapat nebulizer. Sedangkan denyut jantung, laju napas, saturasi oksigen, dan lama rawat di rumah sakit tidak berbeda antara keduanya.[10]

Perbandingan Nebulizer dan MDI Spacer pada Anak Usia 6–9 Tahun

Roncada et al., melakukan studi meta–analisis systematic review mengenai perbandingan nebulizer dan MDI spacer pada 1.307 anak usia 6–9 tahun dengan asma sedang–berat yang datang ke unit gawat darurat (UGD). Hasil studi ini menunjukkan tidak adanya perbedaan outcome antara kedua kelompok, yang dinilai dari laju napas, saturasi oksigen, dan asthma clinical score.

Akan tetapi, penurunan wheezing lebih cepat pada kelompok yang mendapat MDI spacer, sedangkan peningkatan denyut jantung lebih banyak ditemukan pada kelompok yang mendapat nebulizer. Rerata biaya yang dikeluarkan pada kelompok yang mendapat MDI spacer relatif lebih murah (NZ$ 825) dibanding yang mendapat nebulizer (NZ$ 1.282). Berdasarkan studi ini, MDI spacer merupakan alternatif nebulizer dengan efikasi yang lebih baik dan hemat biaya.[8,10,11]

Studi Meta Analisis oleh Cochrane

Studi meta analisis oleh Cochrane dengan menelaah 39 uji klinik (1.897 pasien anak) yang membandingkan efektivitas pemberian beta-agonis per inhalasi menggunakan MDI spacer dan nebulizer. Setting tempat adalah di UGD dan di komunitas (33 uji klinik), serta di ruang rawat inap (6 uji klinik).

Berdasarkan hasil studi, pasien anak yang menggunakan nebulizer tidak lebih baik daripada MDI spacer dalam mencegah rawat inap dan luaran fungsi paru (peak flow dan forced expiratory volume). Akan tetapi, waktu tinggal di UGD secara signifikan lebih pendek 24–43 menit (mean 33 menit) pada pasien anak yang menggunakan MDI spacer, dibandingkan yang mendapat nebulizer (103 menit).[14]

Penggunaan MDI spacer untuk asma dapat dilihat melalui video ini. Sementara, video cara pembuatan spacer asma sendiri di rumah dapat dilihat melalui link sini.

Kesimpulan

Metode terapi inhalasi dengan metered dose inhaler (MDI) spacer dapat digunakan sebagai pilihan utama dalam pemberian obat inhalasi pada anak penderita asma eksaserbasi akut. Walaupun dari segi luaran fungsi paru sama, baik pemberian beta–agonis menggunakan nebulizer maupun dengan MDI spacer, tetapi MDI spacer lebih memiliki keunggulan.

Beberapa keuntungan menggunakan MDI spacer di rumah adalah penggunaan yang lebih singkat, biaya yang lebih murah, praktis dapat digunakan kapan dan dimana saja, serta efek samping dari alat maupun obat lebih minimal.

Metode MDI spacer juga memberikan efek samping berupa peningkatan laju detak jantung yang lebih minimal jika dibandingkan dengan nebulizer. Akan tetapi, nebulizer dapat tetap pertimbangkan pada anak yang tidak kooperatif dan tidak dapat mengikuti instruksi.[7,8,12,13]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Nenvy Wantouw, Sp.A

Referensi