Lidocaine Tetes Sebelum Anestesi Mengurangi Tingkat Nyeri Prosedural - Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
Sunita

Comparison of Two Lidocaine Administration Techniques on Perceived Pain from Bedside Procedures: A Randomized Clinical Trial.

Patel BK, Wendlandt BN, Wolfe KS, Patel SB, et al. Chest. Oct 2018:154(4):773-780. DOI: 10.1016/j.chest.2018.04.018

Abstrak

Latar belakang: Lidocaine digunakan untuk mengurangi nyeri prosedural, tetapi secara paradoks meningkatkan nyeri pada saat injeksi. Persepsi nyeri dapat dimodulasi dengan pemicu sederhana seperti suhu atau rangsangan sentuh sesuai teori gerbang kendali nyeri (gate control theory). Penulis menduga bahwa lidocaine yang diteteskan ke kulit sebelum injeksi akan mendinginkan atau memberikan sensasi sentuhan pada permukaan kulit sehingga mengurangi persepsi nyeri dari prosedur yang dilakukan.

Metodologi: Penulis melakukan uji klinis acak pada pasien yang dirujuk ke pelayanan prosedur pada Februari 2011 sampai dengan Maret 2015. Semua pasien mendapatkan injeksi lidocaine 1% secara subkutan. Pasien yang diacak ke kelompok intervensi mendapatkan sekitar 1-2 ml lidocaine yang diteteskan ke permukaan kulit sebelum penyuntikan lidocaine subkutan. Pasien tidak mengetahui rincian intervensi dan menjalani survei oleh investigator yang mendokumentasikan luaran primer, derajat keparahan nyeri dari prosedur, menggunakan visual analog scale (VAS)

Hasil: Empat ratus delapan puluh satu pasien setuju untuk berpartisipasi dan diacak. Terdapat perbaikan signifikan pada luaran primer nyeri prosedural (Kontrol 16.6 mm ± 24.8 vs 12.2 mm ±19.4; p=0.03) pada kelompok intervensi sebagaimana dievaluasi dengan skor VAS. Skor nyeri terutama membaik untuk jenis tindakan peripherally inserted central catheters (PICCs) (kontrol 18.8 mm ± 25.6 vs 12.2 mm ± 18.2; p=0.02) pada analisis subkelompok.

Kesimpulan: Prosedur bedside sangat lazim dilakukan. Data mengenai tingkat keparahan nyeri prosedural dan strategi untuk mengurangi hal tersebut sangat penting untuk proses persetujuan tindakan dan kepuasan pasien. Secara umum, nyeri yang dilaporkan pada prosedur bedside umum sangat rendah, namun nyeri dapat semakin dikurangi dengan penetesan lidocaine ke permukaan kulit untuk memodulasi persepsi nyeri.

Depositphotos_191629602_s-2019_compressed

Ulasan Alomedika

Pemberian injeksi lidocaine subkutan merupakan salah satu cara yang umum dilakukan untuk mengurangi tingkat nyeri prosedural. Namun, injeksi lidocaine ini sendiri menyebabkan nyeri prosedural. Untuk itu, dirancang strategi yang dapat mengurangi nyeri akibat infiltrasi lidocaine ini:

  • Menghangatkan preparat obat anestesi agar mendekati suhu tubuh pasien
  • Melakukan infiltrasi obat anestesi secara lambat
  • Melakukan injeksi saat secara perlahan menarik jarum di bawah kulit
  • Melakukan injeksi pada jaringan dermal dalam
  • Sistem injeksi tanpa jarum dan krim EMLA (eutectic mixture of local anesthetics) juga dapat membantu mengurangi nyeri prosedural walaupun harganya masih cukup mahal dan belum banyak tersedia secara luas[1-5]

Walau demikian, strategi yang ada tidak cukup efektif atau membutuhkan biaya yang mahal. Untuk itu, dicari strategi sederhana dan hemat biaya dengan efektivitas tinggi untuk mengurangi nyeri prosedural, salah satunya dengan menggunakan lidocaine tetes pada permukaan kulit sebelum melakukan injeksi lidocaine subkutan.

Ulasan Metode Penelitian

Patel, et al. melakukan sebuah uji klinis acak untuk menilai efek lidocaine tetes sebelum anestesi untuk mengurangi nyeri prosedural. Sebanyak 481 pasien yang turut serta dalam penelitian tersebut diacak dan dimasukkan dalam kedua kelompok penelitian. Kelompok pertama mendapat 1-2 ml lidocaine yang diteteskan ke permukaan kulit lalu dilakukan injeksi lidocaine 1% (tanpa epinephrine) subkutan sedangkan kelompok kedua hanya mendapat injeksi lidocaine 1% tanpa mendapatkan tetesan lidocaine di kulit. Partisipan dan peneliti mendapatkan penyamaran tentang alokasi perlakuan. Luaran primer yang dinilai dari penelitian ini  adalah persepsi nyeri prosedural yang diukur menggunakan skala analog visual (visual analog scale/VAS) menggunakan skala 100 mm sedangkan luaran sekunder lain yang ingin diketahui adalah hasil analisis nyeri berdasarkan tipe prosedur yang dilakukan[6].

Desain berupa uji klinis acak terkontrol dengan penyamaran ganda (peneliti dan partisipan, namun operator injeksi lidocaine tidak disamarkan dari intervensi) memberikan kesempatan pada peneliti untuk memperkuat hubungan sebab akibat antara intervensi terhadap luaran yang dipelajari. Selain itu, faktor-faktor pada kondisi dasar yang dapat mempengaruhi luaran (misalnya rerata usia, proporsi ras, riwayat nyeri kronik) relatif sama antara kedua kelompok intervensi dan kontrol.

Ulasan Hasil Penelitian

Penelitian Patel et al. tersebut menunjukkan adanya perbedaan skor VAS antara pasien yang mendapat lidocaine tetes prainjeksi sebelum injeksi lidocaine subkutan dibandingkan kelompok kontrol (rerata skor VAS 12,2 vs 16,6 mm). Sementara itu, faktor-faktor yang berkaitan dengan peningkatan skor nyeri antara lain jenis kelamin wanita, penggunaan analgesik lain selama perawatan di RS, jumlah percobaan saat melakukan prosedur medis, dan tindakan pemasangan kateter vena sentral[6].

Walau secara statistik bermakna, perbedaan skor VAS antar kedua grup tidak mencapai batas perbedaan yang dianggap bermakna secara klinis (10 mm). Selain itu, rendahnya tingkat nyeri pada kelompok kontrol juga menunjukkan adanya pengendalian faktor-faktor lain yang berhubungan dengan nyeri prosedural serta pemberian injeksi lidocaine yang adekuat oleh tenaga medis berpengalaman sehingga efek lidocaine tetes menjadi tidak signifikan secara klinis.

Kelebihan Penelitian

Penelitian ini menunjukkan adanya potensi penggunaan lidocaine tetes untuk mengatasi nyeri prosedural. Prosedur ini merupakan prosedur sederhana, tidak membutuhkan biaya tinggi, serta tidak menambah risiko harm pada pasien. Selain itu, faktor-faktor kondisi dasar relatif sama sehingga tidak menyebabkan potensi bias.

Limitasi Penelitian

Selain hasil yang tidak bermakna secara klinis, hal utama yang harus dikritisi dari penelitian ini adalah outcome penelitian ini. Seharusnya outcome yang tepat adalah nilai VAS dari prosedural injeksi lidocaine yang dilakukan, bukan nilai VAS dari tindakan yang dilakukan setelah injeksi lidocaine diberikan.

Limitasi lain penelitian ini adalah tidak adanya penetesan cairan pada kelompok kontrol. Hal ini memunculkan potensi adanya efek plasebo, terutama pada pasien yang pernah menjalani prosedural injeksi lidocaine sebelumnya dan menyadari ada perbedaan prosedur dengan meneteskan lidocaine terlebih dahulu. Potensi bias ini dapat dihilangkan dengan meneteskan akuades steril / cairan salin pada kelompok kontrol sebelum injeksi lidocaine diberikan.

Keterbatasan lain penelitian ini adalah responden hanya pasien dewasa sementara manajemen nyeri prosedural akibat injeksi lidocaine terutama dibutuhkan untuk pasien anak-anak. Tidak dilakukannya penelitian pada populasi anak-anak akan membatasi aplikasi penelitian ini pada populasi tersebut. Selain itu, skenario penelitian yang meneliti penggunaan lidocaine tetes ini pada bagian perawatan intensif dan pulmoner juga membatasi aplikasi hasil penelitian ini untuk prosedur medis yang dilakukan di setting rawat jalan.

Aplikasi Penelitian di Indonesia

Walau terdapat limitasi dari penelitian seperti dijelaskan di atas, tetapi dokter di Indonesia dapat mencoba mengaplikasikan lidocaine tetes untuk mengurangi nyeri prosedural akibat injeksi lidocaine. Pertimbangannya adalah prosedur ini merupakan prosedur yang sederhana, minim biaya, serta tidak menambah risiko harm pada pasien.

Di sisi lain, diperlukan penelitian tambahan dengan metodologi yang lebih baik untuk memastikan efektivitas prosedur ini, serta penelitian pada setting rawat jalan dan populasi anak-anak.

Referensi