Peran Pemantauan Glukosa Kontinu dalam Manajemen Diabetes Mellitus Tipe 1

Oleh :
dr. Mia Amelia Mutiara Salikim

Pemantauan glukosa kontinu diharapkan dapat mengurangi komplikasi pada pasien diabetes mellitus (DM) tipe 1. Secara khusus, pemantauan glukosa kontinu diharapkan dapat mencegah dan meninimalisir risiko hipoglikemia berat sembari meningkatkan kontrol glikemik pasien.

Hipoglikemia merupakan komplikasi akut yang cukup sering dijumpai pada pasien diabetes mellitus dan merupakan hambatan utama dalam pencapaian kontrol glikemik yang optimal. Risiko hipoglikemia berat meningkat pada pasien yang menggunakan insulin, termasuk pada diabetes mellitus tipe 1.[1]

Doctor,Or,Technicain,Checking,The,Blood-sugar,Level,In,The,Hospital

Kebutuhan Pemantauan Glukosa pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 1

Kontrol glikemik pada pasien diabetes merupakan kunci manajemen untuk menurunkan risiko mortalitas dan morbiditas jangka panjang. Namun, optimalisasi kadar glukosa dapat menjadi masalah, terutama pada pasien diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus tipe 2 yang mendapat terapi insulin. Hal ini antara lain disebabkan adanya fluktuasi kadar glukosa dan insulin harian terkait dengan aktivitas fisik dan terapi hipoglikemik; serta risiko hipoglikemia jika dilakukan kontrol glikemik terlalu ketat. Selain itu, pemantauan kadar glukosa yang umum digunakan, yaitu self-monitoring blood glucose (SMBG), terkadang tidak dilakukan dengan cukup sering dan dapat menyebabkan ketidaknyamanan jangka panjang.[1-3]

Terapi farmakologi yang paling sesuai untuk pasien harus ditentukan berdasarkan karakteristik dan kebutuhan pasien. Kepatuhan terhadap terapi berperan penting dan secara berkala perlu dinilai kembali agar sasaran terapi dapat tercapai. Oleh karenanya, pemantauan ketat dan kontinu terhadap kondisi pasien yang berfokus pada kontrol glikemik, seperti kadar HbA1c dan kadar glukosa darah, harus dilakukan dengan metode yang cost-effective dan terpersonalisasi. Salah satu pilihannya adalah menggunakan sistem pemantauan kontinu.[4]

Jenis-jenis Pemantauan Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 1

Glucose monitoring systems (GMS) adalah alat untuk memberikan informasi mengenai kadar glukosa yang memastikan kontrol glukosa efisien dan aman dengan mendeteksi fluktuasi pada kadar glukosa dan memberikan gambaran yang akurat dari keadaan pasien saat ini. Alat ini sangat penting terutama pada pasien berisiko tinggi mengalami hipoglikemia atau hiperglikemia.

Diabetes Monitoring Systems (DMS) adalah sebuah sistem yang mengintegrasi satu atau lebih alat GMS untuk mendukung tata laksana diabetes. Tipe DMS yang tersedia saat ini terbagi dalam beberapa kelompok, antara lain konvensional (glucose meters), pemantauan glukosa kontinu (continuous glucose monitoring/CGM), non-invasive closed-loop systems, Sensor Augmented Pump Therapy (SAPT), dan teknologi telemedicine yang terintegrasi dengan GMS atau telemonitoring. Sebagai alat dengan metode meningkatkan kontrol metabolik, alat ini dapat meningkatkan angka harapan hidup, menunda onset dan progresi dari komplikasi mikrovaskular.[4,5]

Peran Pemantauan Glukosa Kontinu pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 1

Secara tradisional, prinsip dalam pengawasan glukosa pasien diabetes mellitus tipe 1 adalah dengan self-monitoring blood glucose (SMBG) tanpa adanya konsesus yang jelas dalam frekuensi pengambilan sampel. Secara umum SMBG dilaporkan dilakukan sebanyak antara empat sampai sepuluh kali per hari pada pasien diabetes dengan terapi insulin. Meski demikian, banyak pasien yang melakukan pemeriksaan SMBG tidak cukup sering. Pemantauan yang kurang ditakutkan dapat menurunkan kontrol glikemik, yang akan meningkatkan risiko komplikasi seperti retinopati, nefropati, dan neuropati.

Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat dilakukan pemantauan glukosa kontinu (continuous glucose monitoring/CGM). CGM dapat digunakan untuk mengatur dosis, mendeteksi hipoglikemia, dan mengevaluasi terapi. CGM juga mengoptimalkan kontrol glukosa dan meningkatkan kualitas hidup dengan menurunkan komplikasi diabetes dan mengurangi kebutuhan pengecekan berulang-ulang yang tidak nyaman pada penggunaan SMBG. Walaupun CGM memerlukan investasi awal yang lebih besar, namun dalam jangka panjang dipercaya lebih ekonomis dibandingkan penggunaan harian strip glukosa.[4,6]

Terdapat 2 tipe sistem CGM yang tersedia saat ini, yaitu real-time CGM (rtCGM) dan intermittently scanned CGM (isCGM). rtCGM memiliki fitur alarm untuk memperingati penggunanya jika akan segera terjadi hipoglikemia atau hiperglikemia. Sebuah penelitian menunjukan bahwa penggunaan rtCGM dan isCGM menurunkan kejadian hipoglikemia berat dan mengurangi rentang waktu hipoglikemia.[1]

Efikasi Pemantauan Glukosa Kontinu pada Diabetes Mellitus Tipe 1

Penggunaan CGM dengan pemantauan jarak jauh pada anak-anak dengan diabetes mellitus tipe 1 dilaporkan berhasil meningkatkan kepatuhan, kontrol glikemik, dan menurunkan distres psikososial. CGM juga dapat menangkap episode hipoglikemia asimtomatik pada lansia dengan diabetes mellitus tipe 1 dan memastikan adanya penurunan episode hipoglikemia.[4]

Dalam sebuah uji klinis yang membandingkan rtCGM dengan isCGM, dilakukan randomisasi pada 60 pasien dengan diabetes mellitus tipe 1. Dalam studi ini, dilaporkan bahwa rtCGM lebih superior dalam hal menurunkan kejadian hiploglikemia dibandingkan isCGM.[1]

Penggunaan Pemantauan Glukosa Kontinu pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 1

Sistem pemantauan glukosa kontinu (CGM) dapat digunakan dengan penyamaran atau terbuka. Jika CGM dimaksudkan untuk penggunaan jangka pendek, misalnya menilai puncak glukosa postprandial dan episode hipoglikemia, maka CGM dapat digunakan dengan penyamaran yaitu data tidak ditampilkan kepada pasien sehingga analisis klinis dilakukan tanpa bias akibat intervensi pasien. Di lain pihak, sistem terbuka menampilkan kadar glukosa, tren, dan peringatan secara real-time dan dilengkapi alarm yang memungkinkan campur tangan pasien dalam manajemen diabetes mereka.

Saat ini, perkembangan teknologi baru juga memungkinkan sensor CGM mengirimkan sinyal ke ''cloud'. Hal ini memungkinkan akses real-time melalui situs internet ataupun aplikasi menggunakan ponsel atau jam tangan pintar.[7]

Kelebihan Pemantauan Glukosa Kontinu

Seperti telah disebutkan sebelumnya, penggunaan pemantauan glukosa kontinu (CGM) mengurangi frekuensi pemeriksaan glukosa darah yang sebelumnya menjadi masalah dalam penerapan SMBG. Selain itu, CGM juga mampu menunjukkan tren perubahan dari kadar glukosa sehingga pasien dapat melakukan intervensi jika melihat kecenderungan penurunan atau peningkatan kadar glukosa yang berbahaya.

Adanya alarm pada alat CGM juga akan memudahkan pasien ataupun petugas kesehatan dalam mencegah timbulnya komplikasi. Selain itu, CGM juga dapat dimanfaatkan untuk mengidentifikasi fluktuasi glukosa pada pasien dengan kondisi khusus, misalnya diabetes insulinoma terkait cystic fibrosis.[7]

Keterbatasan Pemantauan Glukosa Kontinu

Salah satu keterbatasan dalam penggunaan alat pemantauan glukosa kontinu (CGM) tanam adalah respons benda asing atau foreign body response (FBR). FBR terjadi saat makrofag, terutama makrofag M1 pro-inflamasi direkrut ke area sensor alat oleh pembuluh darah kulit yang akan mempengaruhi akurasi sensor glukosa secara signifikan. Meskipun demikian, seiring kemajuan teknologi, hal ini berusaha diatasi dengan kemajuan kimia sensor, pelapisan sensor, dan peningkatan teknik penanaman.[6]

Hal lain yang dapat menjadi kendala adalah ketersediaan dan biaya yang masih tinggi. Diharapkan seiring berjalannya waktu alat CGM akan diproduksi secara masal sehingga akses dan harganya akan lebih mudah dijangkau oleh semua kalangan pasien. Selain itu, perlu pula diingat bahwa studi ekonomi lebih lanjut diperlukan untuk lebih memahami apakah biaya awal untuk CGM ini dapat diimbangi dengan penurunan komplikasi dan biaya terkait di kemudian hari.[7]

Kesimpulan

Pemantauan glukosa kontinu (continuous glucose monitoring/CGM) dapat meningkatkan kontrol glikemik dan mencegah komplikasi diabetes, terutama diabetes mellitus tipe 1, karena menampakkan kadar glukosa darah secara terus menerus. Alat CGM dapat menunjukkan tren penurunan atau peningkatan glukosa darah, sehingga pasien dapat melakukan penyesuaian demi mencegah komplikasi jangka panjang hiperglikemia serta menghindari hipoglikemia yang dapat mempengaruhi kontrol glikemik. Penggunaan CGM juga dapat membantu dokter menyesuaikan terapi, mendeteksi episode hipoglikemia, dan mengidentifikasi adanya fluktuasi kadar glukosa. Meski demikian, karena CGM merupakan benda asing, dapat terjadi reaksi imun yang akan mempengaruhi akurasinya. Selain itu, saat ini alat CGM masih tersedia dalam jumlah terbatas dan harganya masih mahal, sehingga tidak semua pasien diabetes mellitus dapat memiliki akses.

Referensi