Efektivitas Kuesioner PHQ-9 Sebagai Skrining Deteksi Dini Depresi

Oleh :
dr. Damba Bestari, Sp.KJ

Patient Health Questionnaire-9 (PHQ-9) merupakan instrumen psikometri yang paling sering digunakan untuk skrining deteksi dini depresi di fasilitas kesehatan primer. Walaupun telah banyak studi yang menyatakan efektivitas dan keunggulannya, tetapi masih menjadi perdebatan para ahli dalam pengaplikasiannya secara klinis.[1]

Dalam penegakan diagnosis depresi, dokter membutuhkan wawancara yang memerlukan keterampilan dan kepekaan. Namun, kepekaan setiap orang berbeda, terlebih bila hanya terdapat waktu dan sumber daya petugas medis yang terbatas. Oleh sebab itu, kuesioner dapat menjadi suatu alat bantu skrining atau penapisan yang cukup secara objektif dan sensitif. PHQ-9 dapat dijadikan pilihan di antara kuesioner lain yang tersedia.[2]

PHQ-9 depression depresi, alomedika

Kuesioner Patient Health Questionnaire-9

PHQ-9 adalah instrumen psikometri yang awalnya merupakan bagian dari Primary Care Evaluation of Mental Disorders (PRIME-MD) yang ditujukan untuk penapisan gangguan mental secara umum. Kemudian pada tahun 2001, kuesioner yang disusun oleh Spitzer et al dari Universitas Columbia, New York, Amerika Serikat ini dikembangkan secara terpisah, sehingga secara khusus mengidentifikasi depresi.[3]

Butir-butir dan Penilaian

PHQ-9 terdiri dari sembilan pertanyaan pendek yang dibuat berdasarkan pedoman kriteria diagnosis depresi dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 4th edition (DSM-IV) sehingga sesuai dengan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ-III) yang digunakan di Indonesia.[3,7]

Tabel 1. Butir-butir Pertanyaan PHQ-9

Dalam 2 minggu terakhir, seberapa sering Anda terganggu oleh masalah-masalah berikut? (Gunakan “✔” untuk menandai jawaban Anda) Tidak Pernah Beberapa hari

Lebih

dari

separuh

waktu

yang

dimaksud

Hampir

setiap

hari

1. Kurang berminat atau bergairah dalam melakukan apapun 0 1 2 3
2. Merasa murung, sedih, atau putus asa 0 1 2 3
3. Sulit tidur/mudah terbangun, atau terlalu banyak tidur 0 1 2 3
4. Merasa lelah atau kurang bertenaga 0 1 2 3
5. Kurang nafsu makan atau terlalu banyak makan 0 1 2 3
6. Kurang percaya diri — atau merasa bahwa Anda adalah orang yang gagal atau telah mengecewakan diri sendiri atau keluarga 0 1 2 3
7. Sulit berkonsentrasi pada sesuatu, misalnya membaca koran atau menonton televisi 0 1 2 3
8. Bergerak atau berbicara sangat lambat sehingga orang lain memperhatikannya. Atau sebaliknya; merasa resah atau gelisah sehingga Anda lebih sering bergerak dari biasanya. 0 1 2 3
9. Merasa lebih baik mati atau ingin melukai diri sendiri dengan cara apapun. 0 1 2 3

Sumber: Kroenke K, Spitzer R.L, William, J.B, 2001[3]

Skor Penilaian PHQ-9 dan Rekomendasi Terapi

Penilaian dilakukan dengan menambah seluruh jumlah pertanyaan pada kuesioner. Hasil dari penjumlahan mempunyai arti klinis dan rekomendasi terapi. Skor serta arti klinis dan rekomendasi terapi sebagai berikut:

  • Skor 0–4: Tidak ada gejala depresi
  • Skor 5–9: Gejala depresi ringan, dianjurkan terapi adalah psikoedukasi bila ada perburukan gejala
  • Skor 10–14: Depresi ringan, dianjurkan terapi adalah observasi gejala yang ada dalam 1 bulan (perbaikan atau perburukan) dan pertimbangan pemberian antidepresan atau psikoterapi singkat
  • Skor 15 – 19: Depresi sedang, dianjurkan untuk memberikan antidepresan atau psikoterapi
  • Skor ≥ 20: Depresi berat, dianjurkan untuk memberikan antidepresan secara tunggal atau kombinasikan dengan psikoterapi intensif[3,9]

Efektivitas PHQ-9 sebagai Skrining Deteksi Dini Depresi

Secara statistik, instrumen ini telah beberapa kali diuji validitas dan reliabilitas di berbagai negara dan populasi. Pada studi validitas tahun 2019 di Malawi (n= 323) didapatkan nilai sensitivitas 64% dan spesifisitas 94% dalam mendeteksi depresi minor dan mayor yang berarti memenuhi kriteria validitas klinis yang baik.[5]

Sebuah studi di Springfield tahun 2012 pada populasi dengan latar belakang budaya yang heterogen (Kaukasoid, Afrika, dan Latin) juga menunjukkan bahwa PHQ-9 cukup sensitif dan spesifik dalam mengidentifikasi depresi (sensitivitas 69%, spesifisitas 86%).[6]

Studi cross sectional di Cina yang dipublikasikan pada tahun 2021 (n= 277) menyimpulkan bahwa PHQ-9 untuk skrining depresi di antara pasien gangguan neurologis menunjukkan reliabilitas dan validitas yang baik.[4]

Di Indonesia, pada tahun 2014 sebuah penelitian uji validitas dan reliabilitas pada sejumlah besar pasien di klinik (n= 10.000) untuk kuesioner PHQ-9 telah dilakukan oleh Nurul Fatimah. Hasilnya, butir-butir pertanyaan dianggap valid serta nilai Cronbach Alfa = 0,74 yang berarti instrumen ini memiliki reliabilitas baik.[7]

Keunggulan dan Kelemahan PHQ-9 sebagai Skrining Deteksi Dini Depresi

Berdasarkan data meta analisis ditemukan keunggulan PHQ-9 sebagai alat skrining deteksi dini depresi dibandingkan dengan kuesioner serupa maupun wawancara diagnostik terarah.[1,6]

Keunggulan

Berdasarkan penelitian pada tahun 2012 yang pernah membandingkan dengan kuesioner serupa (Beck Depression Inventory, Hamilton Depression Rating Scale, Brief Depression Scale, Montgomery-Asberg Depression Rating Scale) berikut beberapa keunggulan PHQ-9 sebagai alat bantu deteksi dini depresi:

  • Lebih singkat dan mudah dipahami dibandingkan kuesioner penapisan depresi lainnya
  • Dapat diberikan dengan pemeriksaan langsung atau melalui telepon
  • Memfasilitasi diagnosis depresi mayor karena memenuhi kriteria DSM-IV
  • Memberikan penilaian tingkat keparahan gejala
  • Telah tervalidasi dengan baik dan didokumentasikan dalam berbagai populasi
  • Dapat digunakan pada usia remaja mulai 12 tahun[5,9]

Mendukung penelitian di atas, sebuah studi meta analisis di Kanada yang membandingkan PHQ-9 dengan berbagai instrumen standar lain yang berbasis diagnostic interview, didapatkan hasil bahwa sensitivitas PHQ-9 lebih tinggi daripada semistructured interview (Schedules for Clinical Assessment in Neuropsychiatry, Structured Clinical Interview for DSM Disorders, Depression Interview and Structured Hamilton).

Sementara bila PHQ-9 dibandingkan dengan fully structured interview (Composite International Diagnostic Interview, Clinical Interview Schedule-Revised, Diagnostic Interview Schedule) atau Mini International Neuropsychiatric Interview, maka hasil yang didapat secara statistik tidak terlalu signifikan.[1]

Kelemahan

Sebuah studi klinis di Amsterdam yang dipublikasikan pada tahun 2010 (n= 479) menyatakan bahwa kuesioner ini sangat akurat untuk penapisan depresi (sensitivitas 93%, spesifisitas 85%). Namun sebagai alat diagnostik, kemampuannya dalam mengidentifikasi kasus positif depresi tidak terlalu baik (sensitivitas 68%) sehingga angka negatif palsunya cukup tinggi.[8]

Beberapa penelitian lain menunjukkan bahwa skor tertentu pada PHQ-9 sangat berkorelasi dengan diagnosis depresi, namun tidak semua orang dengan angka skor tinggi pada PHQ-9 pasti mengalami depresi. Sehingga meskipun kuesioner ini merupakan penunjang yang efektif untuk mendeteksi depresi dalam ranah penapisan, namun bukan merupakan modalitas utama dalam menegakkan diagnosis.[8-10]

Kesimpulan

Di antara banyak instrumen psikometri yang tersedia, PHQ-9 adalah yang paling sering digunakan secara internasional untuk mendeteksi dini depresi di berbagai fasilitas kesehatan dan tervalidasi. Kuesioner yang terdiri dari 9 butir pertanyaan ini diakui efektif dan memiliki berbagai keunggulan, terutama karena disusun berdasarkan pedoman kriteria diagnosis depresi dalam DSM-IV sehingga sesuai dengan PPDGJ-III yang digunakan di Indonesia.

Efektivitas PHQ-9 dalam ranah klinis telah dibuktikan melalui berbagai uji statistik pada berbagai populasi di seluruh dunia. Kuesioner ini dimaksudkan sebagai alat untuk membantu dokter dalam mengidentifikasi depresi tetapi bukan merupakan pengganti atau modalitas utama dalam menegakkan diagnosis. Karena bagaimanapun, pemeriksaan langsung melalui wawancara adalah standar baku dari seluruh penegakan diagnosis gangguan jiwa.

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi