Kaitan Jenis Kelamin Ahli Bedah dan Luaran Jangka Panjang Pasca Operasi – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr. Harris Bartimeus, Sp.B

Surgeon Sex and Long-Term Postoperative Outcomes Among Patients Undergoing Common Surgeries

Wallis CJD, Jerath A, Aminoltejari K, et al. JAMA Surgery. 2023. e233744. doi: 10.1001/jamasurg.2023.3744

studiberkelas

Abstrak

Latar Belakang: Perbedaan jenis kelamin ahli bedah dalam praktik klinis dan komunikasi dapat menjadi faktor yang mempengaruhi luaran perioperatif pasien.  Diketahui bahwa pasien yang ditangani oleh ahli bedah perempuan memiliki luaran 30 hari yang lebih baik.  Namun, apakah luaran ini tetap berlanjut selama pemantauan jangka panjang belum dievaluasi.

Tujuan: Untuk menguji apakah jenis kelamin ahli bedah berkaitan dengan luaran 90 hari dan 1 tahun di antara pasien yang menjalani operasi lazim.

Desain Studi dan Populasi: Dilakukan studi kohort retrospektif berbasis populasi pada orang dewasa di Ontario, Kanada, yang menjalani salah satu dari 25 operasi elektif atau emergensi umum antara tanggal 1 Januari 2007, dan 31 Desember 2019. Analisis dilakukan antara tanggal 15 Juli dan 20 Oktober 2022.

Paparan: Jenis kelamin ahli bedah

Luaran Utama dan Parameter: Kejadian negatif pascaoperasi, didefinisikan sebagai gabungan dari kematian, readmission, atau komplikasi, dinilai pada 90 hari dan 1 tahun setelah operasi. Secara sekunder, setiap luaran ini dinilai secara individual. Luaran dibandingkan antara pasien yang ditangani oleh ahli bedah perempuan dan laki-laki menggunakan persamaan estimasi umum dengan pengelompokan pada tingkat prosedur bedah, memperhitungkan kovariat pada tingkat pasien, prosedur, ahli bedah, ahli anestesi, dan fasilitas.

Hasil: Dari 1.165.711 pasien yang diikutkan, 151.054 ditangani oleh ahli bedah perempuan dan 1.014.657 ditangani oleh ahli bedah laki-laki. Secara keseluruhan, 14,3% dari pasien mengalami satu atau lebih luaran negatif pascaoperasi pada 90 hari dan 25,0% mengalami satu atau lebih luaran negatif pascaoperasi setahun setelah operasi. Di antara mereka, 2,0% pasien meninggal dalam 90 hari dan 4,3% meninggal dalam 1 tahun.

Tingkat luaran akhir gabungan yang disesuaikan multivariable didapatkan lebih tinggi pada pasien yang ditangani oleh ahli bedah laki-laki dibandingkan dengan ahli bedah perempuan, baik pada 90 hari (13,9% vs 12,5%; adjusted odds ratio/AOR, 1,08; 95% CI, 1,03-1,13) maupun pada 1 tahun (25,0% vs 20,7%; AOR, 1,06; 95% CI, 1,01-1,12). Pola serupa juga diamati untuk mortalitas pada 90 hari (0,8% vs 0,5%; AOR 1,25; 95% CI, 1,12-1,39) dan pada 1 tahun (2,4% vs 1,6%; AOR, 1,24; 95% CI, 1,13-1,36).

Kesimpulan: Setelah memperhitungkan karakteristik pasien, prosedur, ahli bedah, ahli anestesi, dan rumah sakit, temuan dari studi kohort ini mengindikasikan bahwa pasien yang ditangani oleh ahli bedah perempuan memiliki tingkat luaran negatif pascaoperasi, termasuk kematian, yang lebih rendah pada 90 hari dan 1 tahun setelah operasi dibandingkan dengan pasien yang ditangani oleh ahli bedah laki-laki. Temuan ini lebih lanjut mendukung adanya perbedaan dalam luaran pasien berdasarkan jenis kelamin dokter, yang memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai penyebab mendasar dan solusi potensial.

JenisKelaminAhliBedah

Ulasan Alomedika

Studi ini mencoba melihat pengaruh jenis kelamin ahli bedah terhadap perbedaan luaran pasien.  Dalam konteks pelayanan medis, banyak didapatkan bahwa luaran pasien yang dirawat oleh dokter perempuan lebih baik dibandingkan bila dirawat oleh dokter laki-laki.

Ulasan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif, yang berarti para peneliti mengumpulkan data dari periode waktu yang telah berlalu. Penelitian ini melibatkan orang dewasa yang menjalani salah satu dari 25 jenis operasi elektif atau emergensi yang umum dilakukan. Partisipan berasal dari wilayah Ontario, Kanada. Data dikumpulkan dari tanggal 1 Januari 2007, hingga 31 Desember 2019. Studi ini tidak mencantumkan secara detail apa yang termasuk dalam operasi lazim yang dilakukan di tiap bagian bedah.

Total pasien yang masuk dalam studi adalah 1.165.711 dengan kriteria eksklusi antara lain pasien usia <18 tahun, meninggal sebelum tanggal operasi, pasien yang tidak dioperasi di rumah sakit, tidak dapat mengenali dokter yang merawat, dan pasien yang menjalani lebih dari satu operasi atau menjalani operasi lebih dari satu spesialistik.

Untuk luaran klinis utama didefinisikan sebagai gabungan dari angka mortalitas, readmission, dan komplikasi dalam kurun waktu 1 tahun pasca operasi. Data jenis kelamin dokter yang merawat didapatkan dari Dinas Kesehatan Ontario.  Kelengkapan data yang diambil menjadi salah satu kelebihan dari studi, mengingat jumlah sampel yang banyak dan disertai dengan data yang lengkap.

Data kovariat yang dikumpulkan pada studi ini mencakup data pasien, ahli bedah, ahli anestesi dan data kelengkapan fasilitas kesehatan atau rumah sakit.  Data demografi pasien dan dokter dicantumkan, bahkan volume dan durasi lama praktik klinis dokter juga dicantumkan dalam studi ini.

Ulasan Hasil Penelitian

Dari total 1.165.711 data pasien yang dikumpulkan, 151.054 (23,3%) pasien dirawat oleh ahli bedah perempuan dan 1.014.657 (76,7%) pasien dirawat oleh ahli bedah laki-laki.  Dari data yang didapat, ada kecenderungan pasien yang dirawat oleh ahli bedah perempuan merupakan pasien yang lebih muda, berjenis kelamin Perempuan, dan memiliki komorbiditas yang lebih sedikit.

Dari pasien-pasien tersebut, 14,3% mengalami satu atau lebih luaran negatif pascaoperasi pada 90 hari setelah operasi, yakni 2% mortalitas, 8,1% readmission dan 6,6% mengalami komplikasi mayor. Di sisi lain, 25,0% mengalami luaran negatif dalam kurun waktu 1 tahun pascaoperasi, yakni 4,3% mortalitas, 18,9% readmission, dan 7,9% mengalami komplikasi mayor.  Selain itu, ditemukan bahwa 2,0% pasien meninggal dalam 90 hari dan 4,3% pasien meninggal dalam 1 tahun setelah operasi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat luaran akhir gabungan, yang mencakup kematian, readmission, atau komplikasi, lebih tinggi pada pasien yang ditangani oleh ahli bedah laki-laki dibandingkan dengan yang ditangani oleh ahli bedah perempuan baik pada 90 hari (13,9% vs 12,5%) maupun pada 1 tahun (25,0% vs 20,7%). Hal serupa juga terlihat dalam tingkat kematian, di mana pasien yang ditangani oleh ahli bedah laki-laki memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan ahli bedah perempuan pada 90 hari (0,8% vs 0,5%) dan 1 tahun (2,4% vs 1,6%).

Temuan ini mengindikasikan bahwa pasien yang ditangani oleh ahli bedah perempuan memiliki tingkat luaran negatif pascaoperasi yang lebih rendah pada 90 hari dan 1 tahun setelah operasi dibandingkan dengan pasien yang ditangani oleh ahli bedah laki-laki, setelah mempertimbangkan berbagai faktor lainnya. Meski begitu, bila diperhatikan lebih lanjut, ada ketimpangan yang sangat jauh antara jumlah pasien pada kelompok ahli bedah perempuan dan laki-laki.

Kelebihan Penelitian

Studi ini melibatkan lebih dari satu juta pasien. Penelitian ini memiliki ukuran sampel yang sangat besar. Hal ini memberikan kekuatan statistik yang tinggi dan dapat menghasilkan temuan yang lebih dapat diandalkan. Studi ini juga merupakan kelanjutan dari studi serupa sebelumnya yang menilai luaran klinis dalam jangka pendek, sehingga boleh dikatakan studi ini merupakan pelengkap dari kelemahan studi sebelumnya yang tidak menilai hubungan jenis kelamin ahli bedah dengan luaran klinis pasien dalam jangka waktu yang lebih panjang.

Studi ini dilakukan di Ontario, Kanada, dan melibatkan orang dewasa yang menjalani berbagai jenis operasi umum. Ini menunjukkan bahwa hasil penelitian dapat diterapkan pada populasi luas dengan kondisi medis yang bervariasi.

Data dikumpulkan selama periode waktu yang panjang, dari tahun 2007 hingga 2019. Ini memungkinkan penelitian untuk menangkap tren jangka panjang dan memahami perubahan dalam praktik medis dan hasil pasien dari waktu ke waktu.

Limitasi Penelitian

Kekurangan dari studi ini adalah adanya ketimpangan yang cukup jauh antara jumlah sampel di kelompok ahli bedah perempuan yang jauh lebih sedikit dibandingkan kelompok ahli bedah laki-laki.  Meskipun hasil uji statistik menunjukkan hasil yang signifikan, tetapi hal ini dapat menjadi bias karena jumlah sampel yang jauh berbeda antara kedua kelompok.

Selain itu terdapat perbedaan karakteristik antara pasien yang ditangani oleh ahli bedah perempuan dengan ahli bedah laki-laki.  Umumnya pasien pada kelompok ahli bedah perempuan memiliki usia lebih muda dan lebih sedikit komorbid yang menyertai.  Hal ini dapat berpengaruh pada rendahnya angka mortalitas maupun komplikasi pascaoperasi pada pasien di kelompok ahli bedah perempuan.

Istilah “operasi yang lazim” dalam studi ini juga perlu diperjelas secara detail. Mengetahui operasi mana yang disertakan dalam penelitian akan membantu peneliti lain dalam mereplikasi penelitian ini di negara lain.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Studi ini mengindikasikan bahwa ahli bedah wanita memiliki luaran klinis yang lebih baik hingga satu tahun pasca operasi dibandingkan dengan rekan prianya. Hasil ini memberikan landasan untuk penelitian lebih lanjut untuk memahami penyebab mendasar dari perbedaan luaran klinis tersebut dan mencari solusi potensial untuk meningkatkan luaran klinis pasien secara keseluruhan. Oleh sebab itu, penelitian sejenis perlu dilakukan di Indonesia untuk melihat apakah kesimpulan serupa juga dapat diterapkan di Indonesia dan ahli bedah dapat meningkatkan luaran klinis bagi pasien mereka.

Referensi