Manfaat Suplementasi Vitamin D Selama Masa Kehamilan

Oleh :
dr. Jocelyn Prima Utami

Pemberian suplementasi vitamin D selama masa kehamilan diduga bermanfaat karena defisiensi vitamin D pada ibu hamil diketahui berhubungan dengan risiko preeklampsia, berat badan lahir bayi rendah, dan diabetes gestasional.

Defisiensi vitamin D pada ibu hamil merupakan permasalahan kesehatan yang umum, terutama di negara berkembang. Menurut berbagai studi, rendahnya kadar vitamin D selama masa kehamilan berkaitan dengan peningkatan risiko preeklampsia, hambatan pertumbuhan janin, diabetes gestasional, infeksi maternal, persalinan preterm, dan berat badan lahir rendah.[1-4]

Depositphotos_97125922_m-2015

Asupan vitamin D yang cukup diperlukan selama masa kehamilan untuk perkembangan dan pertumbuhan janin. Hal ini menyebabkan studi-studi mulai banyak mempelajari efek pemberian suplementasi vitamin D selama masa kehamilan, terutama untuk ibu hamil yang berisiko mengalami gangguan nutrisi.[1-4]

Metabolisme Vitamin D dalam Kehamilan

Vitamin D merupakan prohormon yang larut lemak, yang berperan dalam metabolisme, absorpsi, dan kesehatan tulang. Peran penting vitamin D dalam tubuh berhubungan dengan homeostasis kalsium dan fosfat. Defisiensi vitamin D berat bisa menimbulkan komplikasi seperti rickets, osteomalacia, dan hipokalsemia pada neonatus.[3,4]

Vitamin D tersedia dalam 2 bentuk, yaitu vitamin D3 (cholecalciferol) dan vitamin D2 (ergocalciferol). Vitamin D3 berasal dari produksi prekursor 7-dehydrocholesterol di kulit dengan bantuan ultraviolet-B atau berasal dari makanan. Sementara itu, vitamin D2 umumnya hanya berasal dari makanan.[4-6]

Vitamin D diubah menjadi 25-hydroxyvitamin D (25(OH)D) oleh enzim 25-hydroxylase di hati. Setelah itu, proses hidroksilasi berikutnya akan terjadi di ginjal dan memproduksi 1,25-dihydroxyvitamin (1,25(OH)2D) yang disebut sebagai hormon vitamin D (calcitriol). Vitamin D ini berperan untuk menjaga kesehatan kulit, saluran cerna, tulang, kelenjar paratiroid, sistem imun, dan pankreas.[4-6]

Pada ibu hamil, kebutuhan vitamin D terutama meningkat karena adanya pertumbuhan dan perkembangan janin. Janin tergantung sepenuhnya pada ibu untuk mendapatkan vitamin D. Hal ini terlihat dari tingginya kandungan 25(OH)D pada korda umbilikalis. Oleh sebab itu, kebutuhan vitamin D pada ibu hamil harus diperhatikan.[4-6]

Efektivitas Pemberian Suplementasi Vitamin D pada Kehamilan

Suplementasi vitamin D tersedia dalam bentuk vitamin D2 dan vitamin D3. Pemberian vitamin D3 dilaporkan 3 kali lebih efektif daripada vitamin D2 untuk meningkatkan kadar vitamin D dalam darah.[4,6]

Meta analisis oleh Bi WG, et al. menunjukkan bahwa pemberian suplementasi vitamin D dalam dosis rendah (<2.000 IU/hari) mengurangi risiko mortalitas janin dan neonatus. Vitamin D memengaruhi pembentukan tulang, otot, dan jaringan adiposa janin. Namun, studi belum berhasil menemukan hubungan antara pemberian suplementasi vitamin D selama kehamilan dan imunitas maupun kesehatan saluran napas anak.[4,6]

Efek Suplementasi Vitamin D terhadap Risiko Preeklampsia

Defisiensi vitamin D pada ibu hamil berkaitan dengan peningkatan risiko preeklampsia. Ibu hamil dengan preeklampsia memiliki konsentrasi 25-hydroxyvitamin D yang lebih rendah daripada ibu hamil yang memiliki tekanan darah normal. Kadar vitamin D yang rendah dan preeklampsia saling berkaitan melalui mekanisme yang mencakup disfungsi imunitas, implantasi plasenta, inflamasi, dan hipertensi.[7-9]

Tinjauan sistematik oleh van der Pligt, et al. menunjukkan bahwa defisiensi vitamin D pada ibu hamil berhubungan dengan risiko preeklampsia. Meta analisis oleh Fogacci, et al. terhadap 27 uji klinis acak dengan total 4.777 ibu hamil (2.487 ibu masuk dalam grup yang mendapatkan vitamin D dan 2.290 ibu masuk dalam grup kontrol) menunjukkan bahwa suplementasi vitamin D bermanfaat untuk mengurangi risiko preeklampsia (OR 0,37; 95% CI 0,26–0,52).[7-9]

Efek Suplementasi Vitamin D terhadap Risiko Diabetes Gestasional

Meta analisis Hu, et al. terhadap 29 studi observasional dengan total 28.982 partisipan menunjukkan bahwa defisiensi vitamin D meningkatkan risiko diabetes gestasional hingga 39%. Meta analisis ini juga menemukan bahwa kadar vitamin D pada ibu hamil dengan diabetes gestasional sekitar 4,78 nmol/L lebih rendah daripada kadar vitamin D pada ibu hamil tanpa diabetes gestasional.[8,10,11]

Meta analisis oleh Zhang, et al. terhadap 87 studi observasional dengan total 55.859 ibu hamil dan 25 uji klinis acak terkontrol dengan total 2.445 ibu hamil juga melaporkan hasil sejalan. Meta analisis ini berkesimpulan bahwa pemberian suplementasi vitamin D pada ibu hamil mungkin bermanfaat. Akan tetapi, studi-studi dalam meta analisis ini masih bersifat sangat heterogen.[12]

Efek Suplementasi Vitamin D terhadap Pertumbuhan Neonatus

Tinjauan sistematik oleh van der Pligt, et al. menunjukkan bahwa defisiensi vitamin D secara signifikan berhubungan dengan berat badan lahir rendah dan stunting. Studi lain juga menunjukkan bahwa pemberian suplementasi vitamin D selama hamil berkaitan dengan kadar vitamin D yang lebih tinggi pada neonatus, sehingga neonatus memiliki skor Apgar yang lebih baik serta berat badan dan tinggi badan yang lebih baik.[4,6,8]

Risiko Pemberian Suplementasi Vitamin D pada Kehamilan

Pemberian vitamin D yang berlebihan dapat menyebabkan toksisitas vitamin D yang mengakibatkan hiperkalsemia dan hiperkalsiuria. Gejalanya bisa berupa letargi, stupor, koma, anoreksia, muntah, konstipasi, poliuria dan gejala kardiovaskular. Pada studi Roth, et al., tidak ditemukan kejadian hiperkalsemia selama kehamilan. Hiperkalsemia dilaporkan terjadi pada ibu yang telah melahirkan tetapi tidak menimbulkan gejala klinis dan komplikasi.[13,14]

Rekomendasi tentang Suplementasi Vitamin D Selama Masa Kehamilan

Menurut pedoman WHO, ibu hamil dengan kecurigaan defisiensi vitamin D bisa diberi suplementasi vitamin D sebanyak 200 IU/hari. Ibu hamil perlu diedukasi untuk konsumsi diet dengan nutrisi yang sehat dan seimbang. Selain itu, kebiasaan berjemur perlu dijalani karena cahaya matahari merupakan sumber vitamin D yang penting.[13,15,16]

Institute of Medicine menganjurkan konsumsi vitamin D selama hamil dan menyusui agar mencapai estimated average requirement (EAR) 400 IU/hari dan recommended dietary allowance (RDA) mencapai 600 IU/hari. American College of Obstetricians and Gynecologists juga mengatakan bahwa suplementasi vitamin D hingga 1.000–2.000 IU/hari masih aman diberi pada kondisi defisiensi vitamin D di masa hamil.[13,15,16]

Kesimpulan

Defisiensi vitamin D pada ibu hamil berkaitan dengan peningkatan risiko preeklampsia, diabetes gestasional, berat badan lahir bayi rendah, dan stunting. Suplementasi vitamin D diperkirakan bermanfaat untuk ibu dan janin, terutama untuk ibu hamil yang berisiko mengalami defisiensi vitamin D atau telah mengalami defisiensi vitamin D. Pemberian suplementasi vitamin D sesuai dosis rekomendasi juga dilaporkan aman.

Namun, studi-studi yang ada saat ini memang masih sangat heterogen. Uji-uji klinis acak terkontrol lebih lanjut dengan metode yang lebih terstandar diperlukan untuk mengonfirmasi manfaat, risiko, dosis optimal, dan durasi pemberian suplementasi vitamin D pada ibu hamil. Guidelines dari organisasi medis mengenai suplementasi vitamin D juga perlu diperbaharui sesuai penelitian-penelitian terbaru.[8,10,14]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Gisheila Ruth Anggitha

Referensi