Olahraga yang Aman pada Penderita Osteoarthritis: Rekomendasi EULAR 2018

Oleh :
dr. Kaleb, SpKFR

Perhimpunan EULAR (The European League Against Rheumatism), tahun 2018, mengeluarkan rekomendasi mengenai olahraga yang aman pada penderita osteoarthritis. Penderita osteoarthritis atau gangguan sendi, baik akibat pengapuran maupun radang, cenderung mengurangi aktivitas fisik/olahraga dan menjadi semakin tidak aktif/sedentary.[1,2]

Beberapa kondisi yang menyebabkan penderita osteoartritis lebih sedentary adalah kurang informasi mengenai kondisi penyakit dan jenis aktivitas fisik yang aman. Selain itu, gejala penyakit yang belum teratasi (nyeri, kaku), rasa takut bahwa aktivitas fisik akan meningkatkan gejala, kebiasaan kurang suka olahraga, dan kurangnya support dari lingkungan sekitar pasien, menyebabkan pasien osteoarthritis membatasi aktivitas fisiknya.[1,2,14]

shutterstock_181281878-min

Sedentary adalah kondisi bila aktivitas sehari–hari seseorang menghasilkan level energi metabolisme kurang dari 3 metabolic equivalent method (MET). Umumnya pada kondisi ini, aktivitas sehari-hari dilakukan dalam posisi duduk atau berbaring, serta jarang melakukan olahraga.[1,2,14]

Rekomendasi Aktivitas Fisik EULAR 2018

Prinsip utama yang ditekankan oleh perhimpunan EULAR adalah olahraga rutin harus menjadi bagian penting dari tatalaksana penyakit sendi. Variasi olahraga harus komprehensif dan meliputi latihan aerobik, penguatan otot, fleksibilitas serta neuromotor. Realisasi kegiatan olahraga harus disesuaikan dengan minat, kemampuan fisik penderita, dan ketersediaan fasilitas olahraga.[1]

Selain prinsip utama di atas, EULAR memberikan anjuran agar seluruh tenaga medis yang terlibat dalam penanganan kasus sendi dapat berkolaborasi dengan pihak yang berkompeten dalam memberikan tata laksana olahraga, seperti terapis fisik. Terapis atau tenaga medis yang kompeten dapat memberikan dosis latihan yang tepat, mengevaluasi kondisi klinis secara rutin, dan memodifikasi latihan apabila terdapat kondisi kontraindikasi latihan.[1]

Oleh karena itu, seorang penderita pengapuran sendi mendapatkan manfaat yang optimal dari olahraga. Untuk tujuan jangka panjang, diharapkan terapis dapat mengedukasi penderita sehingga inisiatif olahraga muncul dari penderita sendiri dan dapat dimodifikasi tujuan dan porsi latihan secara mandiri.[1]

Aktivitas Fisik dan Olahraga yang Aman untuk Penderita Osteoarthritis

Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang dihasilkan otot–otot skeletal yang meningkatkan produksi energi melebihi tingkat energi basal. Aktivitas fisik dapat berhubungan dengan kehidupan sehari–hari di rumah, pekerjaan, hobi, dan mobilitas. Sedangkan olahraga adalah bentuk aktivitas fisik yang terstruktur, terencana dan dilakukan berulang dengan tujuan untuk meningkatkan kebugaran fisik.[1,3]

Dalam beraktivitas sehari–hari penderita osteoarthritis dianjurkan menghindari gerakan yang memprovokasi nyeri, dengan cara mengurangi kecepatan jalan, menghindari duduk di kursi atau sofa yang pendek, serta menghindari lutut tertekuk secara penuh seperti saat berjongkok dan bersujud. Hal ini dikarenakan saat berjalan cepat maka beban pada sendi menjadi besar dan dapat menimbulkan nyeri, sedangkan saat lutut tertekuk ≥70 δεραϕατ maka sendi menjadi lebih sempit dan menimbulkan nyeri.[4-6]

Olahraga yang disarankan bagi penderita osteoarthritis meliputi latihan aerobik, latihan penguatan otot, latihan fleksibilitas dan latihan fungsional neuromotor. Kombinasi latihan–latihan tersebut memberikan hasil yang paling baik dan efektif mengurangi nyeri sendi tungkai bawah, serta meningkatkan kemampuan fisik dan aktivitas penderita.[1,2,7-9]

Latihan Aerobik

Latihan aerobik mampu meningkatkan kebugaran fisik karena peningkatan ambilan oksigen maksimum (VO2max). Vo2max adalah ambilan oksigen maksimum oleh otot–otot tubuh saat kinerja fisik maksimal (dengan unit dalam ml/kg/menit). Vo2max menjadi parameter kebugaran dan kesehatan fisik, semakin tinggi nilainya berarti seseorang semakin bugar, memiliki stamina baik dalam beraktivitas atau berolahraga, dan mengurangi risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular.[1,2,10,11]

Sebuah penelitian metaanalisis dengan 2024 subyek menyebutkan bahwa dengan latihan lari teratur akan didapatkan peningkatan Vo2max sebesar 7,1 ml/min/kg, peningkatan kadar HDL sebesar 3,3 mg/dl, dan penurunan 3,3 kg berat badan.[10]

Frekuensi Latihan Aerobik

Rekomendasi frekuensi latihan aerobik bagi penderita osteoarthritis adalah:

  • ≥5 hari/minggu bila intensitas sedang
  • ≥3 hari/minggu bila intensitas berat
  • 3–5 hari/minggu bila intensitas kombinasi antara sedang dan berat[1,2,11,12]

Intensitas Latihan Aerobik

Kategori intensitas latihan aerobik dapat diukur melalui persentase dari denyut jantung maksimal (maximal heart rate). Denyut jantung maksimal didapatkan dengan menggunakan rumus 220 dikurangi umur.  Kemudian intensitas latihan ringan adalah bila setelah olahraga seseorang memiliki denyut jantung per menit <63% dari denyut jantung maksimal. Intensitas sedang bila 64-76%, dan intensitas berat bila 77 – 95%.[2,12]

Rekomendasi intensitas latihan aerobik bagi penderita osteoarthritis adalah:

  • Intensitas ringan bila kondisi ada keluhan nyeri ringan
  • Intensitas ringan dan ditingkatkan bertahap sampai dengan intensitas sedang bila pada kondisi sedentary

  • Intensitas sedang sampai berat bila kondisi tanpa keluhan nyeri[1,2,13]

Durasi Latihan Aerobik

Rekomendasi durasi atau lama latihan aerobik bagi penderita osteoarthritis adalah:

  • 30 – 60 menit/hari (150 menit/minggu) bila intensitas sedang
  • 20 – 60 menit/hari (75 menit/minggu) bila intensitas berat
  • ≥20 menit/hari (150 menit/minggu) bila sedentary

Pada kondisi pasien tidak mampu melakukan latihan secara kontinyu dan langsung, maka total durasi latihan dapat dibagi beberapa kali per hari (2–3 kali dalam 1 hari), sehingga latihan menjadi ≥10 menit per sesi. Apabila durasi latihan yang dilakukan kurang dari 10 menit, maka manfaat olahraga tidak signifikan.[1,2,12]

Tipe dan Pola Latihan Aerobik

Pola gerakan yang dianjurkan adalah yang menggunakan kelompok otot besar kaki, tidak berdampak besar pada sendi, dengan tipe gerakan bersifat kontinyu dan ritmik. Contoh latihan aerobik seperti berjalan, bersepeda, dan berenang.[1,2,12,13]

Volume Latihan Aerobik

Volume latihan aerobik yang dianjurkan, bila mampu, mencapai 500–1000 MET menit/minggu. Metabolic equivalent method (MET) adalah index dari energi yang dikeluarkan tubuh saat melakukan suatu aktivitas. MET 1–2,9 dikategorikan aktivitas ringan, MET 3–5,9 dikategorikan aktivitas sedang, dan MET > 6 dikategorikan aktivitas berat. Contoh perhitungan: ketika didapatkan bahwa aktivitas lari pagi adalah 7 MET, dilakukan selama 30 menit, sebanyak 3 hari per minggu, maka 7 METs x 30 menit x 3 hari = 630 MET/menit/minggu. [11,12]

Volume latihan juga dapat dinilai dari jumlah langkah, di mana bila mampu dianjurkan mencapai ≥7000 langkah jalan per hari. Bila belum mampu, lakukan 2000 langkah per hari sebagai latihan awal, kemudian ditambah ≥2000 langkah per hari hingga mencapai ≥7000 langkah per hari.[1,2,12]

Progresifitas Latihan Aerobik

Dilakukan dengan cara menambah durasi, frekuensi, atau intensitas latihan,  hingga mencapai tujuan latihan yang diinginkan. Pada fase maintenance, latihan tetap dilanjutkan untuk mengurangi risiko cedera muskuloskeletal, atau kasus kardiovaskular.[1,7,8,12]

Latihan Penguatan Otot

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pada penderita osteoarthritis terjadi atrofi massa otot dan berkurangnya kekuatan otot. Oleh karena itu latihan penguatan otot–otot postural dan ekstremitas bawah (fleksor panggul, ekstensor panggul, fleksor lutut, ekstensor lutut dan otot betis) membantu mengurangi nyeri, memperbaiki kinematika gerak dan aktivitas fungsional (bangkit dari kursi, berjalan dan naik turun tangga).[1,7,8,13]

Sebuah penelitian metaanalisis oleh Latham et al. mencakup 907 penderita osteoarthritis dengan usia lebih dari 65 tahun mendapatkan bahwa latihan penguatan otot ekstremitas bawah memberikan efek moderat terhadap peningkatan kekuatan, kemampuan fungsional dan perbaikan nyeri.[8]

Frekuensi Latihan Penguatan Otot

Penguatan kelompok otot ekstremitas bawah dan postural perlu dilatih 2–3 hari/minggu.[2,12,13]

Intensitas Latihan Penguatan Otot

Intensitas beban latihan harus ditentukan dengan cara menghitung beban maksimal terlebih dahulu yaitu beban yang dapat diangkat dalam 1 gerakan terkontrol, atau disebut juga satu repetisi maksimum (1 RM). Setelah mengetahui beban maksimum seseorang, maka latihan penguatan dilakukan dengan menghitung persentase dari 1 RM tersebut, dimana intensitas sangat ringan bila 10% dari 1 RM, intensitas ringan bila 10–50% dari 1 RM, intensitas sedang bila 60–70% dari 1 RM, serta intensitas sangat berat bila > 80% dari 1 RM.[2,12,13]

Rekomendasi intensitas latihan penguatan otot bagi penderita osteoarthritis adalah:

  • Pada tahap awal atau kondisi sedentary dapat dilakukan beban sangat ringan (10% dari 1 RM)
  • Intensitas dapat ditingkatkan menjadi 10–50% dari 1 RM bila terjadi peningkatan kekuatan dan endurance otot
  • Bila tidak ada nyeri dan seseorang sudah terlatih, maka intensitas latihan dapat ditingkatkan menjadi intensitas berat (60–70% dari 1 RM), dengan jumlah repetisi yang dikurangi. Penyesuaian intensitas, repetisi, dan periode interval penting untuk diperhatikan dan dilakukan untuk mengurangi risiko eksaserbasi nyeri akut saat latihan
  • Bila latihan ditujukan untuk meningkatkan daya ledak otot (power) maka beban perlu diturunkan menjadi 20–50% dari 1RM[1,12,13]

Durasi Latihan Penguatan Otot

Tidak ada rekomendasi spesifik durasi latihan penguatan otot. Walaupun demikian, berbagai penelitian menyatakan latihan penguatan pada penderita osteoarthritis dapat dilakukan 2–9 bulan (rata-rata 3 bulan). [1,13]

Tipe dan Pola Latihan Penguatan Otot

Latihan yang fokus pada penggunaan kelompok otot besar tungkai bawah dan postural. Dapat dilakukan dengan atau tanpa alat bantu olahraga.[1,12,13]

Volume Latihan Penguatan Otot

Pengulangan gerak biasa dihitung dalam set, di mana satu set terdiri dari 8–12 atau 10 – 15 pengulangan bila tujuan latihan adalah kekuatan dan daya ledak otot. Atau bila tujuan latihan adalah endurance otot, maka satu set terdiri dari 15–20 pengulangan.[1,13]

Set latihan yang dianjurkan adalah:

  • 1 set untuk populasi usia lanjut atau pemula
  • 2 set bila tujuan latihan adalah endurance otot
  • 2–4 set bila tujuan latihan adalah kekuatan otot[1,12]

Disarankan ada istirahat 2–3 menit interval antar set. Kemudian, sebelum latihan penguatan pada kelompok otot yang sama disarankan istirahat dan interval ≥48 jam.[1,2,12,13]

Progresifitas Latihan Penguatan Otot

Progresifitas latihan untuk kekuatan otot dapat dilakukan dengan cara menambah intensitas (sangat ringan menjadi ringan, sedang, kemudian berat), atau menambah repetisi (8 menjadi 12), atau dengan meningkatkan frekuensi latihan per minggu (2 hari menjadi 3 hari per minggu).[1,12,13]

Latihan Fleksibilitas

Proses radang dapat terjadi di dalam sendi ataupun pada jaringan lunak sekitar sendi,  hal ini dapat menyebabkan efusi, edema, dan adhesi jaringan lunak, hingga berujung pada berkurangnya lingkup gerak sendi. Lingkup gerak sendi perlu ditingkatkan melalui latihan fleksibilitas, ataupun terapi, oleh terapis atau profesi yang kompeten. Latihan fleksibilitas penting karena mampu mengurangi adhesi jaringan lunak, meningkatkan lingkup gerak sendi, mengurangi beban kerja otot saat beraktivitas, mengurangi nyeri, dan meningkatkan kemampuan fisik.[13,15]

Frekuensi Latihan Fleksibilitas

Rekomendasi frekuensi latihan fleksibilitas bagi penderita osteoarthritis adalah rutin setiap hari atau minimal 2–3 hari/minggu.[12,13,15]

Intensitas Latihan Fleksibilitas

Peregangan otot dilakukan sampai terasa sedikit tegangan/rasa tidak nyaman di akhir lingkup gerak sendi. Setiap sesi latihan diharapkan mencapai lingkup gerak sendi yang penuh.[12,13]

Durasi Latihan Fleksibilitas

Latihan fleksibilitas dengan dilakukan selama 10–30 detik peregangan pada populasi dewasa muda. Sedangkan pada populasi usia lanjut dilakukan 30–60 detik peregangan.[1,12]

Tipe dan Pola Latihan Fleksibilitas

Latihan fleksibilitas atau peregangan otot akan lebih bermanfaat apabila otot terlebih dahulu dilenturkan melalui latihan aerobik ringan atau sedang, atau bisa diberikan modalitas hangat (heat pack). Kemudian perlu diperhatikan adanya bengkak atau adanya perlengketan/adhesi jaringan lunak sekitar tendon atau sendi yang mungkin akan mempengaruhi gerak sendi.[12,13]

Volume Latihan Fleksibilitas

Peregangan otot dan sendi umumnya didapatkan bila latihan mencapai 1 menit tiap gerakan. Peregangan dapat dilakukan 2–4 kali pengulangan.[1,2,12]

Progresifitas Latihan Fleksibilitas

Tidak ada kriteria khusus untuk progresifitas latihan. Target latihan adalah mencapai lingkup gerak sendi yang penuh.[12,13]

Latihan Fungsional Neuromotor

Latihan fungsional neuromotor adalah latihan yang mengkombinasikan beberapa kemampuan motorik seperti keseimbangan, kelincahan, proprioseptif, koordinasi dan mobilitas. Contohnya adalah latihan yoga, tai chi, latihan keseimbangan atau latihan mobilisasi. Beberapa penelitian mendapatkan bahwa latihan fungsional neuromotor dapat serta mengurangi nyeri lutut, kaku sendi, risiko jatuh serta meningkatkan kemampuan gerak penderita pengapuran sendi.[13,16]

Sebuah metaanalisis terhadap 7 studi oleh Yan dkk yang mencakup 348 penderita pengapuran sendi membandingkan antara intervensi Tai Chi dan kontrol (terapi non olahraga aktif) selama 12 minggu. Hasil penelitian tersebut adalah 12 minggu Tai Chi mengurangi keluhan nyeri dan kaku sendi serta meningkatkan kemampuan fisik dalam beraktivitas. Hal ini ditunjukkan dengan berkurangnya nilai WOMAC untuk nyeri sebanyak 34,0%, kaku sendi 32,2% dan 36,4% yang menunjukkan klinis semakin baik.[17]

Oleh karena itu, Bushman et al. dan Wang et al. menyarankan agar latihan ini ditambahkan sebagai bagian dari rehabilitasi komprehensif selain latihan aerobik, penguatan otot dan flexibilitas pada penderita pengapuran.[16,17]

Frekuensi Latihan Fungsional Neuromotor

Latihan 2 – 3 hari/minggu.[1,12,13]

Intensitas Latihan Fungsional Neuromotor

Belum ada panduan mengenai intensitas yang memberikan hasil efektif.[1,13]

Durasi Latihan Fungsional Neuromotor

20–30 menit/hari.[1,7,13]

Tipe dan Pola Latihan Fungsional Neuromotor

Latihan yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan keseimbangan, kelincahan, proprioseptif, koordinasi dan mobilitas. Pola latihan sangat bergantung pada jenis latihan yang diikuti, misalnya yoga dan tai-chi. Latihan keseimbangan dapat dilakukan dengan cara berjalan pada papan keseimbangan atau di permukaan yang tidak rata. Selain itu, berputar atau berhenti dengan cepat juga termasuk latihan fungsional.[12,13,16]

Volume Latihan Fungsional Neuromotor

Belum ada panduan mengenai dosis latihan yang efektif.[1,12,16]

Progresifitas Latihan Fungsional Neuromotor

Umumnya tingkat kesulitan meningkat dengan merubah kontur tumpuan dan posisi tubuh (duduk, berdiri di permukaan lembut, berdiri 1 kaki), kombinasi gerak dengan ekstremitas atas atau sisi kontralateral, mengubah arah gerakan, atau menambah jarak yang perlu dicapai.[13,16]

Dosis Olahraga yang Aman untuk Penderita Osteoarthritis

Dosis olahraga yang diberikan harus bersifat individual karena respons setiap pasien berbeda terhadap latihan. Selain itu, penyesuaian latihan juga perlu dilakukan apabila terdapat kondisi nyeri atau inflamasi. Bila hal tersebut terjadi, yang bisa dilakukan adalah:

  • Bila nyeri lebih dari 24 jam, maka intensitas latihan harus dikurangi
  • Bila sedang inflamasi fase akut, maka hindari uji latih atau latihan yang memberikan dampak besar pada sendi
  • Melakukan latihan hanya saat nyeri ringan (berdasarkan persepsi pasien)[1,13]

Kesimpulan

Perhimpunan EULAR memberikan rekomendasi bahwa olahraga menjadi bagian penting yang tidak terpisahkan dalam tatalaksana komprehensif penderita pengapuran sendi. Olahraga yang dianjurkan idealnya meliputi latihan aerobik, penguatan otot, fleksibilitas serta fungsional neuromotor.

Dalam realisasinya, sangat dianjurkan penderita pengapuran sendi mendapatkan pengkajian awal, peresepan dan modifikasi dosis latihan serta evaluasi rutin oleh terapis fisik atau tenaga medis yang kompeten dalam bidang olahraga. Penting untuk dipertimbangkan adalah variasi latihan harus disesuaikan dengan minat, kemampuan fisik penderita dan ketersediaan fasilitas olahraga.

Tujuan dari latihan–latihan di atas adalah untuk membantu penderita mengontrol nyeri, meningkatkan kemampuan dan kebugaran fisik, sehingga penderita mampu beraktivitas kembali. Olahraga yang aman disertai dengan pemberian informasi yang cukup mengenai kondisi sakit dan cara tatalaksana medis yang baik, maka diharapkan kualitas hidup pasien akan meningkat.

Referensi