Penatalaksanaan Hipertensi Perioperatif
Penatalaksanaan hipertensi perioperatif dimulai dari pencegahan, terapi suportif, dan terapi farmakologis berupa pemberian obat antihipertensi.
Pencegahan
Pendekatan awal penatalaksanaan hipertensi perioperatif adalah pencegahan. Karena banyak pasien yang mengalami hipertensi setelah operasi disebabkan oleh penghentian terapi antihipertensi yang dikonsumsi sebelumnya dalam waktu lama, maka disarankan pasien diberikan obat antihipertensi long acting beberapa hari sebelum operasi sampai pagi menjelang operasi.
Hipertensi preoperatif biasanya merupakan hipertensi urgensi yang tidak menyebabkan kerusakan organ sehingga penurunan tekanan darah dapat dilakukan secara bertahap. Untuk operasi elektif, pasien yang menderita hipertensi sebelum operasi disarankan untuk menunda operasinya sampai tekanan darahnya terkontrol, sedangkan pasien yang memiliki riwayat hipertensi kronis masih diperbolehkan untuk melakukan operasi elektif asalkan tekanan diastol kurang dari 110 mm Hg. Bila tekanan darah diastol di atas 110 mm Hg maka disarankan untuk menunda operasi. [13] Untuk operasi darurat (emergensi), tekanan darah tinggi sebelum operasi harus diturunkan sampai batas tertentu yang tidak membahayakan organ lain.
Terapi Suportif
Hipertensi dan krisis hipertensi perioperatif dipengaruhi oleh berbagai faktor di antaranya nyeri, hipervolemia, hipoksia, hiperkarbia, dan hipotermia. Oleh karena itu, terapi suportif untuk menangani faktor-faktor tersebut sangat penting seperti penanganan terhadap nyeri dengan memberikan analgesik, pengangan hipervolemia dengan mengatur pemberian cairan, penanganan hipoksia dengan pemberian oksigen, penanganan hiperkarbia dengan pengaturan elektrolit dan penanganan hipotermia dengan pengaturan suhu yang tepat. [2]
Obat Antihipertensi
Penanganan hipertensi perioperatif yang berkaitan dengan intubasi trakea, insisi bedah, dan obat-obatan anestesi dapat diterapi dengan penghambat beta yang bekerja cepat (short-acting beta blockers), penghambat enzim angiotensin (angiotensin-converting enzyme / ACE inhibitor), penghambat saluran kalsium (calcium channel blockers / CCB) atau vasodilator. Secara umum, target penurunan darah pada hipertensi emergensi adalah 10-15% (maksimal 20%) dari tekanan darah awal dalam 1 jam pertama dan dapat diturunkan secara bertahap sampai tekanan darah 160/100 mm Hg dalam waktu 2–6 jam. Untuk hipertensi urgensi, karena tidak ada gangguan pada organ target, maka penurunan tekanan darah dapat dilakukan secara bertahap dalam waktu 24 jam. Obat antihipertensi yang dapat diberikan untuk menangani hipertensi perioperatif adalah:
Nicardipine
Merupakan golongan penghambat saluran kalsium (CCB) yang tersedia dalam sediaan intravena dan oral. Nicardipine dapat menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah koroner sehingga dapat digunakan untuk mengurangi iskemik kardiak dan serebral. Dosis nicardipine tergantung dari berat badan pasien. Dosis infus awalan adalah 5 mg/jam, ditingkatkan 2,5 mg/jam setiap 5 menit sampai maksimal 15 mg/jam sampai mencapai tekanan darah yang diinginkan. Mula kerja Nicardipine intravena adalah 5 sampai 15 menit dengan lama kerja 4 sampai 6 jam.
Labetolol
Merupakan kombinasi golongan penghambat selektif reseptor alfa-1-adrenergik dan penghambat nonselektif penghambat reseptor beta-adrenergik. Obat ini dapat diberikan kepada pasien krisis hipertensi pada kehamilan karena obat ini tidak (atau sangat sedikit) melewati plasenta. Labetolol juga dapat digunakan untuk pasien dengan diseksi aorta akut, iskemik miokardial akut, stroke iskemik akut dan perdarahan intraserebral. Mula kerja obat ini adalah 2 sampai 5 menit setelah pemberian secara intravena, mencapai puncak kerja 5-15 menit setelah pemberian intravena dan bertahan 2 sampai 4 jam setelah pemberian. Dosis awalan adalah 20 mg secara intravena diikuti dengan 20-80 mg secara bolus atau menggunakan infus dengan dosis 1-2 mg/menit dan dititrasi sampai mencapai tekanan darah yang diharapkan.
Enalapril
Merupakan golongan penghambat enzim Angiotensin (ACE inhibitor). Obat ini dapat digunakan untuk mengobati pasien hipertensi dengan gagal jantung kongestif, hipertensi esensial dan dapat digunakan untuk mencegah hipertensi pada pasien yang menjalani operasi kraniotomi. Dosis yang dapat diberikan adalah 1,25 mg i.v. dalam waktu 5 menit setiap 6 jam dan dosisnya dapat dinaikkan 1,25 mg secara bertahap dalam waktu 12 sampai 24 jam. Dosis maksimum adalah 5 mg setiap 6 jam. Kelebihan obat enalapril adalah tidak menyebabkan takikardi dan tidak memberikan efek peningkatan intrakranial. Kekurangan obat enalapril adalah mula kerjanya (onset of action) yang lama yaitu 15 menit dan akumulasi waktu paruh yang efektif adalah 11 jam, sehingga obat ini kurang sesuai diberikan untuk pasien dengan hipertensi emergency. Obat enalapril bukan merupakan lini pertama terapi hipertensi perioperatif karena dapat meningkatkan risiko gangguan ginjal.
Esmolol
Merupakan golongan penghambat reseptor Beta adrenergik kardioselektif yang memiliki mula kerja sangat cepat (60 detik) dan lama kerja yang pendek (10-20 menit). Obat Esmolol dimetabolisme di dalam sel darah merah dan tidak bergantung pada fungsi hati dan ginjal. Esmolol menurunkan tekanan arterial dengan menurunkan denyut jantung, kemampuan kontraksi miokard dan cardiac output. Esmolol dapat digunakan untuk pasien hipertensi berat pasca operasi dengan denyut jantung dan cardiac output yang meningkat. Obat ini juga dapat diberikan untuk pasien hipertensi dengan penyakit inskemik miokardial akut. Dosis awalan (loading dose) obat Esmolol yang digunakan adalah 500 -1000 µg/kgBB secara intravena diikuti dengan infusan 50 µg/kgBB/menit dan dapat dititrasi sampai 300 µg/kg/BB/menit bila diperlukan. Obat ini sebaiknya tidak diberikan kepada penderita penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) karena dapat memicu terjadinya bronkospasme. Obat ini juga merupakan kontraindikasi pada pasien yang sudah menggunakan terapi hipertensi golongan penghambat beta, pasien bradikardi dan gagal jantung.
Fenoldopam
Merupakan golongan agonis reseptor dopamine-1 (DA) perifer yang diberikan secara i.v. untuk menangani hipertensi berat. Mula kerja obat ini adalah 5 menit dan mencapai respons maksimal setelah 15 menit pemberian. Dosis awalan adalah 0,1 µg/kgBB/menit dapat ditingkatkan secara perlahan 0,05 sampai 0,1 µg/kgBB/menit dengan batas maksimal 1,6 µg/kgBB/menit. Penurunan tekanan darah oleh fenoldopam dapat diiringi dengan takikardia sehingga harus berhati-hati bila digunakan untuk pasien dengan infark miokard akut. Obat ini juga dapat meningkatkan tekanan intraokular sehingga sebaiknya tidak diberikan untuk pasien yang memiliki risiko peningkatan tekanan intraokular dan intrakranial.
Hidralazin
Merupakan vasodilator arteriolar, obat ini sering digunakan sebagai anti hipertensi lini pertama pada pasien hamil dengan hipertensi. Mula kerja obat ini adalah 5 sampai 15 menit dan dapat bertahan selama 12 jam. Dosis obat yang digunakan adalah 2 sampai 3 mg bolus intravena. Penurunan resistensi vaskular perifer dapat meningkatkan refleks takikardia dan cardiac output sehingga obat ini sebaiknya tidak digunakan pada pasien dengan infark miokard akut, diseksi aneurisma dan peningkatan tekanan intraserebral. [2]