Memilih Lensa Kontak - Hard Lens atau Softlens

Oleh :
dr.Intan Ekarulita

Lensa kontak atau contact lens berdasarkan materi dasarnya terdiri dari 2 jenis, yaitu lensa kontak lunak (soft lens) dan lensa kontak keras (hard lens). Lensa kontak adalah suatu media yang digunakan untuk mengoreksi refraksi cahaya agar jatuh tepat pada retina. Penggunaan lensa kontak secara global semakin tinggi, di mana pada tahun 2020 meningkat hingga 6,7%.[1-3]

Perbedaan dari materi soft lens dan hard lens membuat masing-masing lensa kontak tersebut memiliki perbedaan keuntungan dan kelemahan. Untuk dapat memilih jenis yang sesuai, maka pasien wajib untuk diberikan edukasi yang detail terkait lensa kontak yang akan digunakan.[3]

shutterstock_1815318479-min (1)

Lensa Kontak Lunak (Soft Lens)

Softlens dibuat dari materi dasar hydrogel, HEMA (hydroxyethyl methacrylate), dan vinyl copolymer. Materi dasar tersebut memiliki sifat hidrofilik, yaitu mampu menyerap air sehingga konsistensinya menjadi lunak dan lebih nyaman digunakan. Berdasarkan ketipisannya, softlens dibagi menjadi 2 jenis:

  1. Lensa kontak tipis (ultrathin): cenderung mudah rusak dan berkerut, sehingga sulit saat pemasangan awal
  2. Lensa kontak silicone hydrogel: tidak mudah robek dan cocok untuk penggunaan jangka panjang karena bahannya sedikit lebih keras daripada lensa kontak tipis, dianjurkan untuk digunakan oleh pengguna baru, tetapi penelitian menyebutkan bahwa lensa kontak ini meningkatkan insidensi contact lens-induced papillary conjunctivitis (CLIPC)[3,4]

Kelebihan Soft Lens

Sediaan softlens di Indonesia sangat beragam kekuatan dioptri, dari 0 D hingga -12.0 Kelebihan lensa kontak lunak dibandingkan lensa kontak keras adalah:

  • Terasa lebih nyaman pada penggunaan awal, dan hanya membutuhkan waktu adaptasi yang relatif singkat
  • Nyaman digunakan dimanapun, karena tidak terlalu sensitif pada udara berdebu atau benda asing yang masuk di mata
  • Tersedia dalam berbagai warna dan ukuran
  • Terdapat sediaan yang monofokal dan bifokal[3,4]

Lensa Kontak Keras (Hard Lens)

Hard lens dibuat dari materi dasar PMMA (poly methyl methacrylate) yang memiliki sifat optik yang baik dan tidak mudah pecah. Namun, PMMA tidak memiliki permeabilitas terhadap oksigen sehingga sering dirasakan tidak nyaman saat digunakan. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan meningkatkan frekuensi berkedip agar oksigen dibawa oleh komponen air mata dan masuk mengenai epitelium kornea.[3,5]

Oleh karena ketidaknyamanan tersebut, hard lens PMMA sudah jarang digunakan, dan beralih ke lensa kontak rigid gas-permeable (RGP). RGP memiliki berbagai ukuran dioptri dan mampu mengoreksi minus yang lebih tinggi daripada softlens. Selain itu, RGP memiliki permeabilitas oksigen 5 kali lebih tinggi daripada softlens sehingga menurunkan resiko terjadinya epiteliopati pada kornea.[3,5]

Lensa kontak RGP dibagi berdasarkan materi, yaitu cellulose acetate butyrate, silicon acrylates, fluorosilicone acrylates, dan hydrophilic rigid gas-permeable. Lensa kontak RGP dapat digunakan rutin setiap hari dan dibuat individual sesuai ukuran kurva kornea, ukuran refraksi, dan identifikasi iregularitas kornea.[3,5]

Setelah lensa kontak dibuat, kemudian dilakukan contact lens fitting untuk pemeriksaan apical alignment, lengkung kelopak mata terhadap kornea, pemusatan titik tengah, dan diameter yang ditoleransi. Jika hasil pemeriksaan baik, maka pasien diminta untuk mencoba menggunakan lensa kontak minimal 14 jam dalam 1 hari. Jika tidak ada keluhan, maka dapat digunakan setiap hari.[3,5]

Terdapat juga hard lens yang digunakan pada malam hari.

Kelebihan Hard Lens

Kelebihan hard lens RGP dibandingkan dengan softlens lunak adalah:

  • Kualitas penglihatan lebih jelas dan tajam
  • Dapat mengoreksi astigmatisme atau abnormalitas permukaan kornea
  • Lebih mudah dipegang karena materi yang lebih keras
  • Dapat digunakan pada pasien dengan dry eyes

  • Perawatan cenderung lebih mudah[3,5]

Indikasi Penggunaan Softlens atau Hard Lens

Lensa kontak umumnya diresepkan untuk penanganan gangguan refraksi, terutama yang tidak dapat diatasi dengan kacamata seperti aphakia, keratoconus, kornea ireguler, dan anisometropia tinggi. Selain itu, lensa kontak juga dapat diresepkan untuk penanganan mata kering pada sindrom Stevens-Johnson atau sindrom Sjogren, rehabilitasi pasca operasi refraksi, dan defek epitel yang persisten.[1,2]

Namun selain indikasi medis diatas,  penggunaan lensa kontak kosmetik sangat populer saat ini. Lensa kontak dapat digunakan untuk penanganan kelainan refraksi sederhana sebagai alternatif pengganti kacamata, bahkan digunakan oleh individu dengan visus normal. Setiap lensa kontak memiliki keunggulannya masing-masing, sehingga memiliki indikasi yang berbeda untuk setiap pasien.[1-3]

Hasil randomized double-masked clinical trial selama 3 tahun, yang dipublikasikan pada tahun 2019, menunjukkan bahwa softlens multifokal dapat memperlambat perkembangan gangguan refraksi pada anak penderita miopia.[7]

Tabel 1. Perbandingan Indikasi Penggunaan Softlens dan Hard Lens RGP

Lensa Kontak Lunak (Softlens) Lensa Kontak Keras RGP (Hard Lens)
Pasien baru pertama kali menggunakan lensa kontak Pasien yang gagal mencapai perbaikan visus dengan softlens

Pasien dengan permukaan kornea yang reguler Pasien dengan permukaan kornea yang ireguler
Dapat digunakan oleh bayi, anak-anak, hingga orang tua Hasil penelitian menyebutkan bahwa RGP dapat digunakan untuk anak-anak, tetapi dengan kehati-hatian
Dapat digunakan sebagai terapi kelainan kornea (bandage contact lens)

Dapat digunakan sebagai terapi pasien dengan astigmatisme tinggi dan keratokonus

Sumber: dr. Intan Ekarulita, Alomedika, 2017.[1,5]

Risiko Efek Samping Penggunaan Lensa Kontak

Penggunaan lensa kontak, baik softlens maupun hard lens, memiliki risiko efek samping, seperti contact lens-induced papillary conjunctivitis (CLIPC), rasa tidak nyaman, konjungtivitis, keratitis, sindrom mata kering, benda asing konjungtiva dan superior epithelial arcuate lesion. [1,6]

Konjungtivitis

Infeksi konjungtiva mata serius dapat terjadi jika instruksi penggunaan dan perawatan lensa kontak tidak dilakukan dengan benar. Pembersihan dan pelepasan lensa kontak, serta tempat penyimpanan yang tidak tepat dapat mengakibatkan lensa kontak terkontaminasi dan menyebabkan konjungtivitis.[1,6]

Keratitis

Sebanyak 40‒90% pengguna lensa kontak yang tidak mengikuti instruksi penggunaan lensa kontak dengan benar dapat mengalami keratitis. Infeksi kornea berkaitan erat dengan ketidaktepatan dalam penggunaan lensa kontak. Baik pengguna soft lens maupun hard lens, diperlukan pengetahuan akan cara membersihkan lensa yang benar.[1,6]

Sindrom Mata Kering

Penggunaan lensa kontak jangka panjang dan dengan frekuensi tinggi dalam sehari dapat menyebabkan sindrom mata kering. Kondisi ini akan meningkatkan risiko peradangan dan reaksi alergi pada mata, sehingga periksakan mata secara rutin sangat dianjurkan.[1,6]

Rasa Tidak Nyaman

Penelitian tahun 2017 meninjau efek bahan, desain, dan karakteristik pemasangan lensa kontak pada ketidaknyamanan. Hasil penelitian mengkonfirmasi bahwa rasa tidak nyaman lebih jarang terjadi pada lensa kontak yang lebih dekat dengan konjungtiva bulbar sehingga tidak mudah bergerak.

Tidak ada bukti yang mendukung perbedaan kenyamanan yang dirasakan antara bahan lensa kontak hidrogel silikon dan hidrogel. Pemahaman yang lebih baik tentang cara mengurangi gesekan dan meningkatkan pelumasan akan menjadi strategi membatasi ketidaknyamanan penggunaan lensa kontak.[6]

Kesimpulan

Saat ini penggunaan lensa kontak semakin meningkat, baik dengan indikasi medis maupun untuk alasan kosmetik. Pilihan lensa kontak yang tersedia saat ini cukup beragam, yaitu softlens yang terdiri dari ultrathin lens dan silicone hydrogel lens, serta hard lens yang terbuat dari bahan RGP.

Dengan mengetahui kelebihan, kekurangan, indikasi, dan efek samping penggunaan masing-masing lensa kontak, diharapkan dokter dapat memberikan edukasi yang baik untuk membantu pasien menentukan pilihan lensa kontak yang tepat sesuai kebutuhan.

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi