Pilihan Terapi Hepatitis C pada Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis

Oleh :
dr. Hendra Gunawan SpPD

Pada pasien dengan penyakit ginjal kronis, tata laksana hepatitis C memerlukan perhatian khusus mengingat pasien telah memiliki gangguan fungsi renal. WHO melaporkan bahwa kurang lebih 1,5 juta orang mengalami infeksi baru hepatitis C tiap tahunnya. Kematian akibat hepatitis C dilaporkan kurang lebih 350.000 tiap tahun yang sebagian besar disebabkan oleh sirosis hepatis dan karsinoma hepatoselular.[1,2]

Infeksi hepatitis C sering terlambat didiagnosis karena tidak menyebabkan keluhan yang spesifik sehingga sering disebut “silent infection”. Salah satu populasi yang rentan tertular infeksi hepatitis C adalah pasien penyakit ginjal kronis (PGK) yang menjalani dialisis. Skrining untuk mendeteksi penyakit tersebut dan pengobatan segera akan mempengaruhi luaran pasien. Meski demikian, terapi hepatitis C pada pasien dengan gangguan ginjal bersifat kompleks, serta perlu mempertimbangkan kemungkinan perburukan fungsi ginjal dan perburukan gangguan hepar.[3-5]

Pilihan Terapi Hepatitis C pada Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis-min

Hambatan Terapi Hepatitis C Pada Penyakit Ginjal Kronis

Tata laksana hepatitis C sebelum era direct-acting antivirals (DAAs) dilakukan dengan penggunaan interferon yang memiliki efek samping tinggi. Lebih lanjut, pada pasien dengan penyakit ginjal kronis, interferon dikaitkan dengan efikasi yang rendah.[6,7]

DAAs bekerja dengan menginhibisi protease nonstruktural 3/4A pada virus hepatitis C. Golongan obat ini telah dilaporkan memiliki efikasi yang tinggi pada populasi pasien hepatitis C, baik pasien sirosis dan non-sirosis. Selain itu, pemberian yang mudah membuat angka kepatuhan pasien menjadi lebih tinggi. Meski demikian, banyak ahli meragukan efikasinya pada populasi pasien dengan gangguan ginjal.[6-8]

Pilihan Terapi Hepatitis C Pada Penyakit Ginjal Kronis

Direct-acting antivirals (DAAs) digunakan dalam berbagai bentuk kombinasi obat, seperti sofosbuvir-ribavirin (SOF-RBV), sofosbuvir-ledipasvir (SOF-LDV), sofosbuvir-velpatasvir (SOF-VEL), sofosbuvir-daclatasvir (SOF-DCV), serta sofosbuvir-simeprevir (SOF-SIM).

Pada pasien penyakit ginjal kronis dengan laju filtrasi glomerulus (eGFR) ≥30 mL/menit/1,73 m2, pemberian kombinasi obat tersebut tidak memerlukan penyesuaian dosis. Namun, saat ini obat yang ada di Indonesia adalah kombinasi SOF-DCV dengan dosis 400 mg/60 mg. Kombinasi SOF-DCV telah dilaporkan memiliki aktivitas pangenotipe pada infeksi hepatitis C kronis.[9,10]

Pada pasien dengan eGFR < 30 mL/menit/1,73m2, pemberian kombinasi grazoprevir-elbasvir dengan dosis 100/50 mg telah direkomendasikan sebagai regimen pilihan untuk kasus infeksi hepatitis C kronis. Hal ini berkaitan dengan profil ekskresinya yang <1% melalui ginjal.[9]

Bukti Ilmiah Efikasi Sofosbuvir-Daclatasvir pada Hepatitis C dengan Penyakit Ginjal Kronis

Sebuah uji klinis (2018) dilakukan pada pasien hepatitis C genotipe 1-3 dengan penyakit ginjal kronis yang memiliki eGFR <30 mL/menit/1,73 m2. Studi ini melibatkan 65 subjek, dengan dosis sofosbuvir 200 mg dan daclatasvir 60 mg, diberikan selama 12-24 minggu. Hasil studi menunjukkan bahwa 98,5% subjek mencapai End of Treatment yang didefinisikan sebagai tidak terdeteksinya HCV RNA 12 minggu pasca pengobatan, dan 100% mengalami sustained virological response (SVR12).[11]

Hasil serupa didapatkan dalam uji klinis (2019) yang melibatkan 41 pasien hepatitis C genotipe 1/3/4 dengan penyakit ginjal kronis dan eGFR <30 mL/menit/1,73 m2. Dosis obat yang digunakan dalam studi ini adalah daclatasvir 60 mg and sofosbuvir 200 mg. 97,6% subjek mengalami viral load yang tidak terdeteksi dalam 4 minggu, dimana 90,2% tetap tidak terdeteksi saat pengobatan selesai dan 12 minggu pasca pengobatan tanpa disertai relaps.[13]

Tinjauan sistematik (2019) mengevaluasi hasil dari 21 studi dengan total 717 pasien hepatitis C dengan penyakit ginjal kronik derajat 4-5. Hasilnya, didapatkan SVR12/24 sebesar 97,1%. Hal menarik yang perlu diperhatikan dari hasil tinjauan sistematik ini adalah tidak didapatkan perbedaan antara pemberian dosis sofosbuvir yang dimodifikasi maupun dosis penuh.[14]

Bukti Ilmiah Keamanan Sofosbuvir-Daclatasvir pada Hepatitis C dengan Penyakit Ginjal Kronis

Berbagai studi mengindikasikan bahwa regimen sofosbuvir-daclatasvir (SOF-DCV) dapat ditoleransi dengan baik oleh pasien hepatitis C yang mengalami penyakit ginjal kronik stadium lanjut. Dalam sebuah studi retrospektif yang melibatkan 6 pasien, regimen ini tidak ditemukan menyebabkan efek samping serius, kebutuhan rawat inap, anemia, ataupun perubahan parameter hematologi.[12]

Hasil serupa juga dilaporkan dalam uji klinis (2018) yang melibatkan 65 pasien hepatitis C dengan penyakit ginjal kronis. Uji klinis ini juga menyimpulkan bahwa regimen SOF-DCV dapat ditoleransi dengan baik tanpa menyebabkan efek samping serius. Efek samping ringan yang dilaporkan oleh 6-8% pasien adalah mual, insomnia, dan nyeri kepala.[11]

Kesimpulan

Pada pasien hepatitis C dengan penyakit ginjal kronis, terapi perlu mempertimbangkan efek dari regimen pengobatan terhadap perburukan fungsi ginjal, risiko efek samping, dan efikasi terapi. Bukti ilmiah yang tersedia saat ini mengindikasikan bahwa regimen sofosbuvir-daclatasvir (SOF-DCV) efektif dan dapat ditoleransi dengan baik. Meski demikian, jumlah sampel yang digunakan dalam uji klinis masih relatif kecil. Untuk memastikan efikasi dan keamanan regimen SOF-DCV lebih lanjut, perlu dilakukan uji klinis acak terkontrol multisenter dengan jumlah sampel lebih besar.

Referensi