Efek Samping Penggunaan Isotretinoin Oral Jangka Panjang pada Kasus Acne Vulgaris

Oleh :
dr. Tanessa Audrey Wihardji

Efek samping penggunaan isotretinoin oral jangka panjang pada pasien acne vulgaris harus dipahami oleh dokter. Walaupun pemberian isotretinoin oral jangka panjang selama 4–6 bulan efektif untuk pengobatan acne vulgaris nodular berat, terapi ini dapat menyebabkan berbagai efek samping dan efek teratogenik. Selain itu, banyak orang menggunakan isotretinoin secara tidak tepat untuk kasus acne vulgaris yang tidak begitu berat, sehingga efek samping semakin sering dilaporkan.[1-3]

Isotretinoin bekerja pada seluruh aspek etiologis yang berperan dalam pertumbuhan acne vulgaris. Isotretinoin memengaruhi siklus sel, diferensiasi seluler, dan apoptosis. Hal ini menyebabkan penyusutan kelenjar sebasea sehingga sekresi sebum berkurang, mengurangi Propionibacterium acnes, dan mengurangi proses komedogenesis. Supresi pertumbuhan P. acnes ini lebih signifikan daripada dengan pemberian antibiotik oral maupun topikal. Selain itu, isotretinoin memiliki efek antiinflamasi.[1,2]

Acne_vulgaris_on_a_very_oily_skin_Roshu Bangal_Wikimedia commons_2015_compressed

Isu Keamanan Isotretinoin

Selain efektif untuk acne vulgaris berat, isotretinoin oral kadang digunakan sebagai  alternatif untuk terapi acne vulgaris sedang dan acne vulgaris yang tidak responsif terhadap modalitas terapi lain. Obat ini telah digunakan secara luas oleh masyarakat, sehingga dokter perlu mengetahui risiko efek sampingnya dan memberikan edukasi yang tepat bagi masyarakat.[1-4]

Isotretinoin merupakan obat teratogenik, sehingga Food and Drug Administration (FDA) memasukkannya ke kategori X dan menganjurkan agar obat tidak dikonsumsi saat wanita sedang menyusui. Bahkan, pada tahun 2005, FDA mengeluarkan peringatan kepada dokter terhadap penggunaan isotretinoin, karena kemungkinan ada hubungan dengan kejadian depresi, psikosis, keinginan bunuh diri, dan percobaan bunuh diri.[3,4]

Efek Samping Penggunaan Isotretinoin

Penggunaan isotretinoin dilaporkan dapat menimbulkan berbagai efek samping, yakni efek samping teratogenik, mucocutaneous, gastrointestinal, dan psikiatri.

Efek Samping Teratogenik

Isotretinoin merupakan obat teratogenik yang mungkin menyebabkan abortus spontan (20%) dan malformasi kongenital yang bisa mengancam nyawa (20–30%). Kelainan kongenital yang mungkin terjadi akibat konsumsi isotretinoin oleh ibu pada trimester pertama adalah malformasi kraniofasial, jantung, sistem saraf pusat, dan timus pada anak. Pada anak dengan kondisi fisik normal, kelainan yang terjadi dapat berupa disabilitas intelektual dan gangguan fungsi neuropsikologis.[3,4]

Efek Samping Mucocutaneous

Efek samping mucocutaneous yang dapat terjadi merupakan efek samping yang tidak terlalu serius, tergantung lamanya pemberian. Efek samping meliputi kulit dan mukosa kering, kulit rapuh, pruritus, cheilitis, epistaksis, deskuamasi, dan fotosensitivitas. Pada kasus yang berat, pasien berisiko untuk terkena infeksi karena pertahanan kulit yang rapuh, seperti infeksi Staphylococcus spp.[3,4]

Efek Samping Gastrointestinal

Keluhan inflammatory bowel disease (IBD) pada pengguna isotretinoin telah dilaporkan walaupun hubungan sebab akibatnya masih belum terbukti. Suatu meta analisis terapi isotretinoin menunjukkan ada peningkatan risiko kolitis ulseratif, tetapi risiko absolutnya kecil (14 kasus pada populasi 4,428 pasien). Semakin tinggi dosis dan semakin lama pengobatan, semakin besar pula risiko kolitis ulseratif. Namun, tidak ditemukan asosiasi antara terapi isotretinoin dengan kejadian Crohn’s disease.[7,8]

Efek Samping Psikiatri

Gejala depresi dan bunuh diri akibat konsumsi isotretinoin dilaporkan pertama kali pada tahun 1982. Kemudian, pada tahun 1998, FDA merilis peringatan bahwa isotretinoin mungkin berasosiasi dengan kejadian depresi, psikosis, dan percobaan bunuh diri.

Penelitian kohort retrospektif maupun prospektif selanjutnya telah dilakukan dengan hasil yang beragam. Ada hasil yang justru menunjukkan perbaikan gejala depresi dan kualitas hidup karena membaiknya acne vulgaris setelah konsumsi isotretinoin.[5,6,10]

Mekanisme biologis yang mendasari hubungan depresi dengan konsumsi isotretinoin adalah efek retinoid terhadap sistem dopamin otak, tetapi hal ini masih merupakan spekulasi. Nyatanya, acne vulgaris berat menyebabkan stres psikologis pada pasien, sehingga menjadi indikasi untuk terapi yang lebih agresif, termasuk dengan isotretinoin. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa bukti ilmiah mengenai hubungan ini belum komplit.

Menurut bukti yang ada saat ini, kejadian depresi dan bunuh diri pada penggunaan isotretinoin merupakan insiden yang berhubungan dengan latar belakang psikologis tiap pasien, bukan merupakan hubungan kausal dengan efek idiosinkratik (bukan berupa hubungan semakin besar dosis maka semakin besar pula efek sampingnya).[3,5,6]

Efek Samping Lain

Selain efek-efek samping di atas, terdapat juga efek samping yang serius tetapi jarang terjadi sebagai berikut:

  • Pseudotumor serebri
  • Pankreatitis
  • Gangguan pendengaran
  • Hepatotoksisitas
  • Perubahan komponen skeletal, seperti perubahan densitas mineral tulang dan penutupan efisisial prematur
  • Gangguan visual, misalnya opasitas kornea dan penurunan visus malam[11]

Isotretinoin juga menyebabkan efek samping myalgia, terutama pada pasien yang aktif secara fisik dan pasien yang memiliki dislipidemia. Dislipidemia yang terjadi adalah hipertrigliseridemia pada 45% pasien dan peningkatan kolesterol total pada 30% pasien yang mendapatkan isotretinoin. Namun, peningkatan ini bersifat transien, sehingga jarang membutuhkan terapi.[11]

Pencegahan Efek Samping Isotretinoin

Beberapa langkah pencegahan dapat diambil untuk menghindari efek samping terapi isotretinoin oral, baik efek samping teratogenik, kulit, psikiatri, maupun metabolik.

Pencegahan Efek Teratogenik Isotretinoin

Food and Drug Administration (FDA) memaparkan iPLEDGE yang bertujuan untuk mencegah terjadinya efek teratogenik, yaitu:

  • Semua pasien wanita dengan kemungkinan hamil harus berkomitmen untuk menggunakan dua jenis metode KB, setidaknya 1 bulan sebelumnya terapi isotretinoin dimulai, sepanjang terapi, dan 1 bulan setelah terapi selesai
  • Semua pasien wanita dengan kemungkinan hamil harus melakukan tes kehamilan urine atau darah dengan hasil dua kali negatif sebelum menerima terapi isotretinoin. Tes kehamilan dilakukan lagi setiap bulan sepanjang terapi isotretinoin diberikan dan 1 bulan setelah terapi isotretinoin selesai
  • Dokter penanggung jawab harus mendokumentasi seluruh hasil pemeriksaan pasien pada follow-up setiap bulannya, termasuk efektivitas metode KB yang digunakan pasien. Dokter juga harus mengedukasi pasien tentang kemungkinan yang dapat terjadi pada janin jika pasien hamil[4,9]

Pencegahan Efek Samping Mucocutaneous Isotretinoin

Efek samping mucocutaneous dapat dicegah dengan menghindari waxing dan shaving selama pengobatan, serta menggunakan pelembab wajah secara teratur baik sebelum, selama, maupun setelah pengobatan isotretinoin. Bila efek samping cheilitis terjadi, dokter dapat memberikan emolien topikal.[4,9]

Pencegahan Efek Samping Psikiatri Isotretinoin

Pemeriksaan gejala psikiatri sebelum terapi (baseline), selama terapi, dan sesudah terapi perlu dilakukan. Apabila dokter menemukan gejala depresif saat penggunaan isotretinoin, pasien sebaiknya dirujuk ke spesialis kedokteran jiwa untuk konsultasi rencana penghentian atau penerusan terapi dan untuk mendapatkan tata laksana, sehingga keinginan bunuh diri serta percobaan bunuh diri dapat dicegah.[3,4,6]

Pencegahan Efek Samping Metabolik Isotretinoin

Pemeriksaan serum trigliserida, total kolesterol, fungsi liver, dan darah lengkap harus dilakukan sebelum memulai terapi isotretinoin. Pemeriksaan trigliserida dan kolesterol lalu dilakukan secara berkala tergantung pada keadaan pasien. Pada pasien dengan riwayat keluarga diabetes mellitus atau dislipidemia, pemeriksaan rutin perlu dilakukan setiap 1–2 minggu sekali.

Setelah terapi selesai, pemeriksaan profil lipid tetap disarankan untuk dilakukan berkala karena risiko sindrom metabolik meningkat pada pasien yang telah mengonsumsi isotretinoin. Pemeriksaan darah lengkap, profil lipid, dan fungsi liver dilakukan setiap 4 dan 8 minggu terapi. Apabila hasil pemeriksaan normal dan dosis isotretinoin tetap, pemeriksaan bisa dihentikan.[4,9]

Penghentian Terapi Isotretinoin Oral

Efek-efek samping ringan dapat diatasi dengan obat yang sesuai tanpa harus terminasi terapi isotretinoin. Misalnya, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dapat diberikan untuk mengatasi myalgia dan diet rendah lemak dapat dianjurkan untuk menjaga profil lipid. Pemeriksaan kreatinin kinase hanya dilakukan jika ada keluhan myalgia dan hasil akan meningkat kurang lebih 15–50%.[4,9]

Terminasi terapi isotretinoin dilakukan apabila ditemukan hal-hal berikut:

  • Hipertrigliseridemia (>800 mg/dL atau 9 mmol/L) karena dapat meningkatkan kemungkinan pankreatitis akut
  • Level transaminase hepar meningkat 3 kali lipat dari nilai rujukan
  • Adanya nyeri abdomen, perdarahan rektal, atau diare berat[9]

Kesimpulan

Walaupun isotretinoin oral efektif mengobati acne vulgaris nodular berat, dokter perlu mempertimbangkan pemberian jangka panjang dengan hati-hati. Efek samping obat ini dapat berupa efek teratogenik, keluhan mucocutaneous (kulit dan mukosa kering, kulit rapuh, pruritus, cheilitis, epistaksis, deskuamasi, dan fotosensitivitas), serta gangguan gastrointestinal (kolitis ulseratif). Isotretinoin juga mungkin berhubungan dengan depresi dan bunuh diri.

Terminasi isotretinoin sebaiknya dilakukan bila pasien mengalami hipertrigliseridemia >800 mg/dL, peningkatan transaminase hepar hingga 3 kali lipat dari nilai rujukan, nyeri abdomen, perdarahan rektal, dan diare berat.

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi