Terapi Nonfarmakologis pada Insufisiensi Vena Kronis

Oleh :
dr.I.B. Komang Arjawa, Sp.JP, FIHA

Insufisiensi vena kronis atau chronic venous insufficiency bisa didefinisikan sebagai abnormalitas fungsional dari sistem vena yang menyebabkan perubahan pada kulit dan jaringan subkutan. Kondisi ini cukup sering terjadi pada pasien yang mengalami varises ataupun deep vein thrombosis.[1]

Prevalensi insufisiensi vena kronis (CVI) diestimasikan sekitar 9% pada laki-laki dan 7% pada perempuan. Hal ini menjadi beban ekonomi kesehatan publik, terutama bila telah menyebabkan ulkus vena. Faktor risiko yang diasosiasikan dengan CVI adalah riwayat keluarga, gender perempuan, riwayat kehamilan, usia tua, dan gaya hidup serta aktivitas kerja tertentu.[1]

NonfarmakologisVenaKronis

Sekilas tentang Diagnosis Insufisiensi Vena Kronis

CVI adalah kondisi yang memengaruhi sistem vena di ekstremitas bawah di mana hipertensi vena berkelanjutan menyebabkan berbagai tampilan patologis, termasuk nyeri, edema, perubahan kulit, dan ulserasi. CVI merepresentasikan spektrum kondisi dari telangiektasis sederhana atau vena retikular hingga kondisi yang lebih lanjut seperti fibrosis kulit dan ulserasi vena.[2,3]

Kondisi klinis yang sama mungkin disebabkan oleh mekanisme patogenesis yang berbeda, termasuk katup inkompeten, obstruksi vena, disfungsi otot, atau kombinasi. Tampilan utama CVI adalah dilatasi vena, edema, nyeri tungkai, dan perubahan jaringan kutan pada tungkai.[2,3]

Manifestasi klinis CVI dideskripsikan dengan skema klasifikasi klinis CEAP (Clinical, Etiology, Anatomic, Pathophysiology) agar ada keseragaman pelaporan, diagnosis, dan terapi CVI. Anamnesis lengkap dan pemeriksaan fisik merupakan hal penting untuk menegakkan diagnosis CVI.[4,5]

Pemeriksaan fisik harus mengevaluasi pasien pada posisi berdiri untuk melihat distensi maksimal dari vena. Tes diagnosis noninvasif dan invasif dilakukan untuk membantu diagnosis. Tes yang bisa dilakukan adalah Brodie-Trendelenburg test, plethysmography, computed tomography, magnetic resonance venography, dan venous duplex ultrasonography (DUS).[4,5]

DUS masih menjadi alat diagnostik yang paling berguna dan sering digunakan untuk mendiagnosis CVI. DUS menggunakan kombinasi pencitraan B mode dan spektral doppler untuk mendeteksi obstruksi vena dan refluks vena pada vena dalam dan superfisial.[4,5]

Berbagai Opsi Terapi Insufisiensi Vena Kronis

Modifikasi risiko seperti penurunan berat badan pada pasien gemuk, olahraga jalan atau lari secara regular, dan penghentian merokok harus dilakukan pada semua pasien dengan tanda dan gejala CVI. Terdapat beberapa pilihan terapi, baik berupa terapi konservatif maupun invasif. Tujuan dari terapi adalah untuk perbaikan gejala, pencegahan sequelae, pencegahan komplikasi, dan pemulihan ulkus vena.[4,6]

Terapi konservatif dari CVI utamanya meliputi terapi kompresi dan suportif seperti terapi fisik, drainase limfatik manual, dan penggunaan obat-obatan plebotonik. Sementara itu, terapi invasif meliputi skleroterapi, pembedahan, serta prosedur thermal dan kimia endovena.[4,6]

Terapi farmakologis telah digunakan sejak lama untuk CVI. Panduan klinis terkini menyarankan obat venoaktif seperti flavonoid, micronized purified flavonoid fraction (MPFF), dan ekstrak biji horse chestnut untuk meringankan nyeri dan bengkak akibat CVI. Panduan klinis juga menyarankan pentoxifylline (400 mg, 3 kali sehari oral) atau MPFF dengan kombinasi kompresi untuk mempercepat penyembuhan ulkus vena.[4,7]

Terapi Nonfarmakologis pada Insufisiensi Vena Kronis

Terapi nonfarmakologis dan noninvasif yang umum dilakukan pada insufisiensi vena kronis terlampir pada tabel di bawah.[8]

Tabel 1. Terapi Nonfarmakologis untuk Insufisiensi Vena Kronis

Terapi Deskripsi Mekanisme kerja Rekomendasi
Latihan fisik kaki Aktivitas aerobik, latihan otot kaki Fasilitasi penggunaan otot kaki Untuk pasien C1-C6
Elevasi kaki Menaikkan kaki saat istirahat Membantu menarik darah ke sistem vena Untuk pasien C1-C6
Terapi kompresi Meningkatkan aliran vena dari ekstremitas bawah ke sirkulasi Tekanan pada vena terdistensi membantu meningkatkan aliran darah Untuk pasien C1-C6

Sumber: Ida Bagus Komang Arjawa, 2023.

Latihan Fisik Kaki dan Elevasi Kaki

Aktivitas fisik yang menargetkan kekuatan otot tungkai bawah dan juga mobilitas pergelangan kaki serta fisioterapi dapat meningkatkan mobilitas, menurunkan berat badan, dan menguatkan pompa otot betis yang memfasilitasi aliran balik vena. Hal ini juga akan menurunkan tingkat edema kaki dan mencegah perubahan warna kulit akibat CVI.[5,9]

Protokol latihan fisik kaki secara umum mengkombinasikan fleksibilitas, kekuatan, dan latihan resistansi dengan tujuan untuk meningkatkan pompa otot perifer dan memperbaiki aliran balik pada vena. Beberapa protokol latihan fisik kaki yang telah dipelajari dalam uji klinis terlampir pada tabel di bawah.[5,9]

Tabel 2. Protokol Latihan Fisik Kaki

Penelitian Protokol latihan fisik kaki
Padberg, et al. Peregangan dan latihan kekuatan untuk tungkai bawah (otot trisep surae), aktif melawan gravitasi dan beban, lari pada treadmill. Latihan fisik selama 1 jam, berulang secara progresif
Szewczyk, et al. Pergerakan pergelangan kaki sirkular, jinjit pada posisi berdiri, dorsal fleksi, plantar fleksi. Lakukan 3 kali sehari dengan 15 kali pengulangan. Bersepeda (2 kali/minggu) pada intensitas sedang 20 menit dan jalan 3 km/hari
Ramos Gonzalez, et al. Fleksi dan ekstensi metakarpofalang dan interfalang, pergelangan kaki, kontraksi isometrik pada otot kuadrisep dengan lutut diluruskan. Lakukan dua kali sehari, tiap hari
O’ Brien, et al. Menaikkan tumit pada posisi duduk dan berdiri pada kedua kaki lalu bergantian, peregangan (20 detik) pada otot trisep surae dan hamstring sebelum dan sesudah latihan fisik. Lakukan 3 kali/hari, berulang secara progresif

Sumber: Ida Bagus Komang Arjawa, 2023.

Elevasi tungkai telah lama digunakan dan tetap direkomendasikan pada pasien untuk mengurangi stasis vena, memperbaiki gejala, menurunkan edema kaki, dan membantu penyembuhan ulkus. Elevasi kaki pada CVI C3-C6 menurunkan volume kaki dan tekanan vena serta meningkatkan kecepatan aliran mikrosirkulasi pada kulit lipodermatosklerotik.[7]

Terapi Kompresi

Terapi kompresi masih menjadi salah satu terapi utama pada CVI. Secara prinsip, kompresi dilakukan bertahap, dengan aplikasi yang lebih tinggi pada betis dibandingkan bagian kaki yang lebih atas. Kompresi menurunkan cairan di interstitial dan menurunkan inflamasi. Tingkat sitokin inflamasi pada ulkus vena menurun dengan terapi kompresi.[10]

Bahan kompresi untuk kaki dapat berbentuk stocking, bebat, velcro wrap devices, pompa, atau kombinasi. Tingkat kompresi pada betis dapat dibagi menjadi tingkat ringan (<20 mmHg), kelas I (21-30 mmHg), kelas II (31-40 mmHg), dan kelas III (>40 mmHg).[10]

Bentuk-bentuk terapi kompresi meliputi stocking elastis, bebat nonelastis dan elastis (panjang dan pendek), dan intermittent pneumatic compression (IPC). Terapi kompresi juga dibagi berdasarkan medical compression stockings (MCS) dan ulcer compression stockings (UCS). UCS terbagi dari stocking luar dan dalam, di mana stocking luar dapat dilepas saat malam.[7,11]

Pada CVI C0-C4 tanpa ulkus, terapi kompresi sangat direkomendasikan. Terapi kompresi bekerja dengan cara mengkompresi vena, menurunkan refluks vena, dan memperbaiki pompa otot betis.[7,11]

Pada CVI V5-C6, bebat kompresi memperbaiki kecepatan penyembuhan ulkus jika dibandingkan dengan perawatan standar tanpa kompresi. Pada penelitian, kompresi dengan tekanan 40 mmHg dengan kompresi 4 lapis bebat dalam seminggu lebih efektif daripada kompresi dengan tekanan lebih rendah.[7,11]

Kesimpulan

Insufisiensi vena kronis atau CVI merupakan kondisi yang memengaruhi sistem vena di ekstremitas bawah, di mana hipertensi vena berkelanjutan menyebabkan berbagai tampilan patologis termasuk nyeri, edema, perubahan kulit, dan ulserasi.

Tata laksana pada CVI meliputi terapi konvensional dan pembedahan. Terapi konvensional nonfarmakologis yang dianjurkan meliputi aktivitas fisik kaki, elevasi kaki, dan terapi kompresi. Terapi kompresi masih menjadi salah satu terapi utama pada CVI dengan berbagai pilihan modalitas kompresi yang semakin beragam.

Secara prinsip, kompresi dilakukan bertahap, dengan aplikasi yang lebih tinggi pada betis dibandingkan bagian kaki yang lebih atas. Terapi kompresi bermanfaat pada CVI tanpa ulkus maupun CVI dengan ulkus.

Referensi