Pendahuluan Resusitasi Bayi dan Anak
Resusitasi jantung paru/RJP adalah prosedur penyelamatan darurat yang dilakukan saat terjadinya henti jantung henti napas. RJP bayi adalah usia di bawah 1 tahun, tidak termasuk neonatus (usia 0-28 hari). Sedangkan yang dimaksud dengan anak adalah usia 1 tahun sampai awal masa pubertas (usia sekitar 12 tahun). Sejak pubertas anak disebut sebagai remaja, guideline resusitasi yang diterapkan adalah guideline resusitasi dewasa.[1-3]
RJP yang dilakukan dengan segera dapat meningkatkan harapan hidup. Penyebab terjadinya henti jantung pada bayi dan anak berbeda dengan dewasa, jarang disebabkan oleh penyakit jantung. Sebagian besar terjadi karena perburukan progresif fungsi napas/hipoksia) dan kegagalan sirkulasi/syok. Oleh karena itu, pemberian bantuan napas atau ventilasi memiliki peran penting dalam tatalaksana kegawatdaruratan pada bayi dan anak. Kombinasi bantuan ventilasi dan kompresi dada memiliki luaran yang lebih baik dari pada kompresi dada saja.[1,2]
Terdapat perbedaan anatomi jalan napas antara anak dan dewasa, antara lain lidah bayi berukuran relatif lebih besar dibanding mulut/orofaring sehingga memiliki tendensi untuk kolaps dan obstruksi jalan napas. Kepala bayi memiliki oksiput menonjol yang mengakibatkan posisi sniffing saat berbaring telentang, sehingga jalan napas bisa lebih terbuka dengan meletakkan penyangga pada bahu. Epiglotis bayi dan anak lunak, pendek, sempit, dan membentuk sudut dengan sumbu trakea sehingga menyulitkan pengontrolan epiglottis saat melakukan intubasi. Proyeksi laring pada anak terletak pada vertebra servikalis ke-3 dan ke-4, lebih tinggi dari dewasa.[2,4]
Saat ini tindakan resusitasi dengan urutan C-A-B, yaitu compression/kompresi dada, airway/jalan napas, dan breathing/pernapasan, diperkenalkan pada tindakan resusitasi dewasa. Urutan C-A-B bertujuan untuk menyelamatkan jantung dan terbukti lebih baik dibanding urutan A-B-C. Meskipun belum ada penelitian pada bayi dan anak, tindakan resusitasi dengan urutan C-A-B juga dilakukan pada bayi dan anak karena menunda kompresi dada dan menunggu pemeriksaan nadi dapat memperburuk luaran resusitasi.[2,3,5]