Pendahuluan Pungsi Arteri
Tindakan pungsi arteri merupakan tindakan yang umum dilakukan pada fasilitas kesehatan untuk mengevaluasi status asam basa (pH dan PaCO2), ventilasi (PaCO2), oksigenasi (PaO2 dan SaO2) dan kapasitas darah dalam membawa oksigen (PaO2, HbO2, Hb total, dan dishemoglobin). Selain itu, tindakan pungsi arteri juga penting dalam menentukan diagnosis gagal napas pada pasien.
Tindakan pungsi arteri tidak diperbolehkan pada beberapa keadaan, seperti defisiensi sirkulasi kolateral pada ekstremitas distal, infeksi sekitar kulit lokasi tindakan, perubahan anatomi pada lokasi tindakan, dan sindrom Raynaud aktif. Pada pasien dengan gangguan perdarahan, klinisi harus mempertimbangkan risiko dan keuntungan sebelum melakukan tindakan. Pungsi arteri dapat dikonversi menggunakan teknik Seldinger menjadi akses arterial untuk monitoring tekanan darah dan pengambilan arteri berkala.[1-3]
Lokasi tindakan pungsi arteri umumnya dilakukan pada arteri radialis dikarenakan lebih mudah diakses dan lebih nyaman bagi pasien. Akan tetapi, apabila terdapat kontraindikasi pada lokasi tersebut, maka beberapa lokasi alternatif dapat digunakan, seperti arteri brakialis, arteri femoralis, arteri aksilaris, dan arteri dorsalis pedis. Sebelum dilakukannya tindakan pungsi arteri, operator harus mengevaluasi sirkulasi kolateral dengan tes Allen untuk mencegah terjadinya risiko komplikasi iskemik. Hasil tes Allen negatif menandakan kurangnya aliran arteri kolateral pada daerah pungsi dan merupakan kontraindikasi absolut dari tindakan pungsi arteri.[1,3]
Pungsi arteri radialis dilakukan dengan cara melakukan pungsi pada bagian arteri radialis sudut 45 derajat dengan jarum dan syringe yang sudah diheparinisasi. Darah akan mengisi syringe dengan sendirinya sehingga tidak diperlukan melakukan aspirasi. Setelah tindakan pungsi, lokasi pungsi harus ditekan untuk menghentikan perdarahan. Komplikasi perdarahan aktif dapat terjadi apabila tidak dilakukan penekanan dengan benar. Selain itu, beberapa komplikasi lainnya, seperti arteriospasme, hematoma, sindrom kompartemen, iskemia tungkai, pingsan, dan infeksi, juga dapat terjadi pada tindakan pungsi arteri.[3,4]