Transformasi Remote Diagnostic di Dunia Kesehatan

Oleh :
dr. Wendy Damar Aprilano

Transformasi remote diagnostic di dunia kesehatan saat ini terjadi dengan cepat. Remote diagnostic disebut juga telediagnosis (diagnosis dari jarak jauh), atau lebih dikenal sebagai telemedicine yang didefinisikan sebagai praktik kedokteran melalui elektronik jarak jauh.[1,2]

Kebutuhan perkembangan teknologi tidak bisa dipungkiri, terutama di era industri 4.0 di mana penggunaan internet telah mendominasi dalam setiap hal. Internet menyebabkan suatu proses dapat berlangsung secara virtual dan saling terkoneksi melalui sistem komputasi, analisis data, hingga IoT (internet of things).[2-4]

Transformasi Remote Diagnostic di Dunia Kesehatan

Kebutuhan Perkembangan Teknologi di Dunia Kesehatan

Perkembangan teknologi di dunia kesehatan termasuk penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dalam menafsirkan data yang dikumpulkan dari pasien, kemudian mengolahnya sehingga dapat memberikan masukan dalam diagnosis, pemeriksaan lanjutan, dan tata laksana.[2-4]

Selain itu, perkembangan teknologi juga mendorong transformasi penggunaan aplikasi digital sehingga dokter dapat memberikan pelayanan klinis secara jarak jauh. Kebutuhan telekonsultasi ini semakin meningkat, karena pasien mengharapkan akses yang lebih mudah dan lebih cepat ke layanan kesehatan. Kebutuhan ini dipercepat selama pandemi COVID-19.[2-4]

Konsultasi jarak jauh memungkinkan praktisi kesehatan untuk melakukan berbagai hal, di antaranya:

  • Memeriksa kondisi suatu penyakit atau masalah kesehatan lainnya, misalnya dengan alat bantu telehealth response, sensor remote patient monitoring (RPM), kamera, hingga piranti lunak yang dapat menganalisis dan menyajikan data
  • Melihat riwayat hasil pemeriksaan yang sudah dikerjakan
  • Memberikan terapi
  • Melakukan rujukan ke fasilitas kesehatan jika pasien membutuhkan[2,4,5]

Perkembangan Remote Diagnostic di Dunia Kedokteran

Dorongan untuk melakukan transformasi digital pada dunia kesehatan semakin meningkat, karena diterapkannya protokol kesehatan dan diperlukannya efisiensi pelayanan kesehatan. Efisiensi pelayanan sangat dibutuhkan  karena jumlah pasien tidak sebanding dengan jumlah tenaga kesehatan maupun fasilitas kesehatan yang tersedia.[2,6]

Pengembang teknologi kesehatan menjadi lebih didorong untuk dapat mengumpulkan, menyimpan, memroses, menganalisis, dan mendistribusikan setiap data pasien, sehingga layanan telemedicine dapat semakin lengkap.[2,6]

Perkembangan untuk Menganalisis Layanan Kritikal

Manfaat remote diagnostic di antaranya adalah sistem analisis alur layanan kritikal, sehingga rumah sakit dapat memberikan layanan sesuai prioritas kebutuhan pasien. Manfaat lain adalah melakukan perjanjian pasien yang disertai informasi real time terkait pelayanan fasilitas kesehatan, sehingga dapat mencegah overload pasien di fasilitas kesehatan.[2,6]

Perkembangan untuk Melakukan Pemeriksaan Awal

Remote diagnostic diharapkan dapat melakukan pemeriksaan awal pasien yang akan datang ke pelayanan kesehatan. Laporan gejala pasien dapat dilengkapi data biometrik, seperti nilai detak jantung, saturasi oksigen, laju respirasi, tekanan darah, dan suhu tubuh. Semua data ini dapat dikumpulkan dengan/tanpa bantuan alat, yaitu melalui pengolahan jawaban hasil triase esensial dari pertanyaan yang diajukan AI atau pembacaan melalui kamera telepon genggam atau laptop.[4,6]

Perkembangan untuk Menentukan Tata Laksana

Penyedia layanan kesehatan perlu melakukan pencatatan dalam rekam medis elektronik, di mana data dan gambar secara masif disimpan dalam suatu piranti lunak. Semua koleksi data yang ada dapat dipergunakan untuk membuat algoritma keputusan klinis, yang akan meningkatkan kemampuan triase/stratifikasi risiko hingga penegakan diagnosis.[6]

Semakin baik dan banyak data yang dimiliki, maka kualitas remote diagnostic akan semakin meningkat. Pada akhirnya,  akurasi dalam pemberian rekomendasi tata laksana akan meningkat.[6]

Penelitian Terkait Remote Diagnostic

Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menilai manfaat remote diagnostic di dunia kedokteran, terutama di era pandemi COVID-19. Pada tahun 2021, Elagan et al mempelajari kemampuan remote diagnostic dalam mendeteksi COVID-19 dengan menggunakan sistem AI dan IOT.[3]

Sistem baru didesain untuk dapat mendeteksi jarak jauh pasien COVID-19 untuk menghentikan penyebaran virus secara dini. Melalui algoritma, dokter dapat menganalisis kondisi pasien terkait suhu tubuh, detak jantung, dan komponen darah. Komponen darah pasien diukur menggunakan sensor yang terpasang pada tubuh pasien.[3]

Hasil dari sistem remote diagnostic kemudian dibandingkan dengan hasil pemeriksaan di rumah sakit. Kesimpulan penelitian ini menemukan perbedaan kecil antara kedua pengukuran, di mana perbedaan tertinggi pada pengukuran eritrosit (2,5%) dan perbedaan terendah pada pengukuran trombosit (0,045%).[3]

Saeed et al pada tahun 2022 mengeluarkan diskusikan literatur tentang perbandingan pemeriksaan invasif/kontak dengan non-invasif/non-kontak, yang telah digunakan secara efektif untuk mendeteksi, mendiagnosis, dan memantau pasien COVID-19. Selain itu, dipelajari juga algoritma machine learning dan peran pentingnya dalam sistem AI perawatan kesehatan.[4]

Kesimpulan dari studi menunjukkan bahwa penggunaan machine learning untuk memantau pasien COVID-19 dengan sensor non-kontak secara efektif dapat melakukan deteksi, diagnosis, dan monitoring aktivitas serta gejala terkait COVID-19, seperti laju respirasi yang ireguler atau sesak napas. Penggunaan berbagai sensor secara efektif dapat menekan laju penyebaran COVID-19, karena minimalisasi kontak antara pasien dengan tenaga kesehatan.[4]

Porter et al melakukan uji klinis terhadap tes batuk jarak jauh, yaitu untuk mengetahui apakah algoritma analisis batuk akurat untuk diagnosis penyakit saluran napas yang umum diderita anak?  Uji ini menyimpulkan bahwa algoritma analisis suara batuk tidak inferior dibandingkan diagnosis konvensional.[8]

Namun, penggunaan berbagai alat non-kontak ini juga memiliki berbagai keterbatasan, tergantung dari alat yang digunakan. [4] Masalah yang perlu dipertimbangkan termasuk memastikan alat dikembangkan untuk memenuhi standar klinis dan mengacu uji klinis independen. Selain itu, instrumen medis juga harus mendapat izin resmi seperti alat medis lainnya, misalnya izin dari FDA dan Kemenkes.

Manfaat Remote Diagnostic

Remote diagnostic memungkinkan dokter melakukan telemedicine maupun telekonsultasi, di mana dokter dapat melakukan pemeriksaan tanpa kontak langsung. Berikut adalah berbagai manfaat dari remote diagnostic di dunia kesehatan:

  • Meningkatkan akses layanan kesehatan
  • Menurunkan biaya akses fasilitas kesehatan dan beban kebutuhan
  • Memungkinkan deteksi dini dan menghindari bias pemeriksaan.
  • Meningkatkan akurasi diagnosis dan pemberian tata laksana
  • Menghemat waktu
  • Meningkatkan efisiensi dan menyederhanakan tata laksana yang kompleks[2-6]

Selain telekonsultasi, saat ini telah banyak dikembangkan berbagai teknologi AI di dunia kesehatan, di antaranya AI dalam kedokteran mata, kardiovaskuler, kulit, onkologi, atau AI yang membantu menilai risiko bunuh diri. Bahkan AI dalam bidang patologi dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis, mendeteksi metastasis kanker, menentukan prognosis, dan membantu spesialis patologi menuliskan hasil pemeriksaan melalui voice recognition.[7]

Kesimpulan

Perkembangan teknologi mendorong transformasi remote diagnostic di dunia kesehatan semakin cepat. Penggunaan aplikasi digital dapat menunjang kebutuhan dokter saat memberikan pelayanan klinis, termasuk konsultasi jarak jauh. Seorang dokter menjadi tidak memiliki batasan, baik terkait waktu, jarak, maupun biaya dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas untuk pasiennya.

Remote diagnostic  juga dapat membantu fasilitas kesehatan untuk meningkatkan akses layanan, mengurangi kebutuhan biaya, dan meningkatkan kualitas mutu pelayanan kepada pasien. Sedangkan manfaat bagi pasien, remote diagnostic  menjamin akses yang lebih mudah untuk mendapatkan pelayanan kesehatan, menghemat biaya dan waktu perawatan kesehatan, mengakses diagnosis yang lebih akurat, dan mempermudah akses ke rekam medis milik mereka.

Aplikasi digital dapat digunakan untuk mengambil keputusan diagnosis, tata laksana, hingga rujukan ke jenjang fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Untuk itu, pemanfaatan penggunaan aplikasi digital amatlah perlu ditingkatkan oleh para dokter dan tempat layanan Kesehatan, dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan mudah.

Referensi