Vaksinasi pada Anak dengan Gizi Buruk

Oleh :
dr. Utari Nur Alifah

Vaksinasi untuk anak gizi buruk dilakukan untuk mencegah dan menurunkan mortalitas akibat infeksi berat dan infeksi oportunistik karena kelompok ini merupakan kelompok rentan. Meski demikian, gizi buruk sering menyebabkan penundaan vaksinasi kareka adanya anggapan bahwa anak gizi buruk tidak dapat menghasilkan respon imun yang memadai pasca vaksinasi.

Vaksinasi merupakan proses pemberian patogen yang sudah dilemahkan, patogen mati, ataupun protein atau toksin dari patogen untuk menginduksi pembentukan imunitas. Pemberian vaksinasi bermanfaat untuk mencegah berbagai penyakit infeksi, sehingga meningkatkan angka harapan hidup serta meningkatkan kualitas hidup, termasuk pada anak gizi buruk.[1-3]

VaksinasiAnakGiziBuruk

Bolehkan Memberikan Vaksin pada Anak Gizi Buruk?

Pemberian vaksin pada anak gizi buruk tidak menyebabkan peningkatan kejadian reaksi merugikan (adverse reaction). Meski begitu, pada praktiknya dokter sering menunda vaksinasi pada anak malnutrisi karena kekhawatiran terjadinya infeksi akibat patogen yang diberikan melalui vaksin maupun adanya penurunan respon imun terhadap vaksin akibat imunodefisiensi yang dialami pasien malnutrisi.[1-8]

Cara Vaksinasi pada Anak dengan Gizi Buruk

Gizi buruk berkaitan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas dari infeksi. Oleh sebab itu, pemberian vaksinasi berperan penting dalam pencegahan infeksi berat dan fatalitas pada anak gizi buruk.[3]

Manfaat Vaksinasi pada Anak dengan Gizi Buruk

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan, stunting, wasting, dan underweight berhubungan dengan peningkatan risiko mortalitas. Oleh sebab itu, manfaat vaksinasi pada anak dengan gizi buruk bahkan lebih banyak jika dibandingkan pada anak dengan gizi baik.

Anak dengan Z-scores antara -1 dan -2 dilaporkan mengalami peningkatan risiko kematian dari pneumonia dan diare, yang keduanya bisa dicegah salah satunya dengan vaksinasi rotavirus dan pneumokokus. Anak dengan gizi buruk juga mengalami peningkatan risiko kematian akibat sepsis, meningitis, campak, dan tuberkulosis, yang juga bisa dicegah dengan vaksinasi.[3,11-13]

Kapan Anak Gizi Buruk Diberikan Vaksin

Di Indonesia, tata laksana gizi buruk dibagi menjadi 10 langkah dan dibedakan dalam 4 fase, yaitu fase stabilisasi, fase transisi, fase rehabilitasi, dan fase tindak lanjut. Pada anak dengan gizi buruk, pemberian vaksinasi harus sudah direncanakan sejak fase transisi. Pemberian vaksinasi dapat dilakukan setelah pasien stabil, yaitu pada fase rehabilitasi sebelum pasien pulang atau pada fase tindak lanjut.

Ketika anak gizi buruk datang ke fasilitas kesehatan, dokter perlu mengatasi kegawatan yang ada terlebih dulu. Ini mencakup hipoglikemia, hipotermia, dehidrasi, dan syok. Anak gizi buruk sering mengalami infeksi tetapi bisa tidak menunjukkan gejala infeksi, sehingga seluruh anak gizi buruk diberikan antibiotik spektrum luas seperti amoxicillin. Selanjutnya, berikan makanan dan perawatan untuk fase stabilisasi dan transisi.

Gali riwayat vaksinasi untuk mengetahui status imunisasi anak. Berikan imunisasi sesuai dengan usia, kebutuhan, dan imunisasi kejar sebelum anak keluar dari rumah sakit atau fase rehabilitasi. Selanjutnya, jadwal pemberian imunisasi dilanjutkan setelah anak pulang ke rumah dan menjalani kontrol teratur ke layanan kesehatan atau pada fase tindak lanjut.

Imunisasi diberikan setidaknya hingga pasien melengkapi imunisasi dasar ataupun ulangan sesuai Program Pengembangan Imunisasi (PPI) yang ada di Indonesia.[9]

Vaksinasi pada Pasien Stunting

Pada kondisi stunting murni, tidak terdapat kontraindikasi absolut untuk dilakukan vaksinasi. Anak dengan stunting lebih rentan terhadap infeksi sehingga pemberian imunisasi beserta booster diindikasikan pada semua kasus stunting dan dipastikan lengkap sesuai usia.

Kontraindikasi pemberian vaksin pada kasus stunting adalah sama dengan yang berlaku secara umum, yaitu adanya riwayat reaksi anafilaksis terhadap vaksin, reaksi anafilaksis terhadap konstituen vaksin, dan sedang sakit berat dengan atau tanpa demam.[10]

Respon Imun Pasca Vaksinasi pada Anak dengan Gizi Buruk

Secara umum, perbedaan kualitas dan durasi respon imun terhadap vaksin pada anak gizi buruk dengan anak gizi normal belum diketahui pasti. Beberapa studi menunjukkan adanya penurunan respon imun pada anak gizi buruk, tetapi studi lainnya tidak menunjukkan perbedaan bermakna.

Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa malnutrisi memiliki dampak yang besar dalam pembentukan dan pemeliharaan respons imun yang efektif. Penelitian tersebut juga mengatakan bahwa dengan intervensi nutrisi, respon imun terhadap vaksin akan kembali normal. Studi lebih lanjut pada manusia diperlukan untuk mengetahui efek vaksinasi pada anak gizi buruk dengan lebih pasti.[3]

Vaksin Berbasis Protein

Kebanyakan studi menunjukkan bahwa anak dengan malnutrisi berespon adekuat terhadap vaksin berbasis protein, seperti vaksin difteri dan tetanus. Sebuah studi terhadap 45 anak di Nigeria menunjukkan angka serokonversi dan kadar titer yang tidak berbeda bermakna antara anak dengan kwasiokor, marasmus, marasmus-kwasiokor, maupun kontrol sehat setelah pemberian dosis tunggal tetanus toksoid subkutan.[3]

Vaksin Subunit

Contoh vaksin subunit adalah vaksin Hepatitis B yang mengandung subunit berdasarkan rekombinasi antigen permukaan dari virus hepatitis B. Dalam sebuah studi kecil di Mesir, anak dengan gizi buruk dilaporkan memiliki angka serokonversi yang tidak berbeda bermakna dengan kontrol sehat setelah pemberian vaksin hepatitis B. Meski begitu, mereka dilaporkan memiliki titer antibodi lebih rendah.[3]

Vaksin Mati

Contoh dari vaksin dengan patogen yang sudah inaktif atau mati adalah vaksin rabies dan vaksin tifoid. Hasil terkait pemberian kedua vaksin tersebut pada anak gizi buruk masih berbeda-beda. Sebagian tidak menunjukkan adanya perbedaan serokonversi dan titer antibodi, tetapi ada juga yang menunjukkan titer yang lebih rendah pada anak gizi buruk.[3]

Vaksin Polisakarida

Pada studi terhadap 472 anak di Gambia, tidak didapatkan adanya perbedaan respon terhadap vaksin pneumokokus polisakarida pada anak dengan gizi buruk dibandingkan anak sehat. Di sisi lain, hasil studi mengenai vaksin meningokokus masih berbeda-beda, dengan sebagian menunjukkan penurunan respon vaksin pada anak gizi buruk.[3]

Vaksin Hidup

Vaksin BCG merupakan vaksin hidup yang paling banyak digunakan di Indonesia. Pada anak gizi buruk, vaksin BCG telah dikaitkan dengan penurunan respon delayed type hypersensitivity (DTH), meskipun studi yang menunjukkan hal ini adalah studi potong lintang kecil yang dilakukan 20-40 tahun lalu. Di sisi lain, ada juga studi yang menunjukkan bahwa anak dengan derajat malnutrisi yang lebih ringan menghasilkan respon DTH normal setelah imunisasi BCG.

Vaksin hidup lain yang juga banyak digunakan di Indonesia adalah vaksin campak. Berbagai bukti menunjukkan bahwa anak dengan gizi buruk memiliki respon yang adekuat terhadap vaksin campak.[3]

Vaksinasi sebagai Pencegahan Gizi Buruk

Gizi buruk disebabkan oleh interaksi yang kompleks dari ketersediaan, akses, dan pasokan makanan serta pelayanan kesehatan. Faktor spesifik dari aspek nutrisi dapat berupa intake makanan yang kurang, perawatan dan pengasuhan yang buruk, pengolahan makan yang buruk, serta adanya komorbid infeksius. Faktor lain seperti kurangnya kondisi ekonomi, tingkat pendidikan, akses terhadap air bersih, infrastruktur, dan lingkungan juga dapat menjadi faktor risiko terhadap gizi buruk.[6]

Di tingkat kesehatan masyarakat, vaksinasi merupakan salah satu langkah pencegahan terhadap gizi buruk. Stimulasi perkembangan dan imunisasi lengkap sesuai usia dapat mencegah balita mengalami infeksi berulang yang dapat menyebabkan gizi buruk.[9]

Selain itu, vaksinasi pada anak memiliki banyak efek positif di luar pencegahan penyakit. Manfaat yang lebih luas yaitu pada perkembangan kognitif, performa di sekolah, produktivitas ekonomi, dan angka kesuburan.[4]

Kesimpulan

Gizi buruk sering menjadi alasan menunda vaksinasi pada anak. Hal ini karena gizi buruk dianggap dapat menyebabkan penurunan respon imun pasca vaksinasi. Namun, vaksinasi pada anak dengan malnutrisi dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas di negara berkembang dan sebagian besar penelitian menunjukkan bahwa anak malnutrisi dapat menghasilkan respon imun yang memadai terhadap vaksin. Pencegahan infeksi dengan vaksin penting untuk mengobati penyebab malnutrisi dan mengurangi infeksi yang merupakan penyebab utama mortalitas pada anak malnutrisi.

Secara umum, anak gizi buruk dapat diberikan vaksinasi setelah stabilisasi, seperti penanganan hipotermia, hipoglikemia, dan dehidrasi atau syok. Di Indonesia, vaksinasi pada anak gizi buruk disarankan diberikan pada tata laksana fase rehabilitasi sebelum anak dipulangkan dari perawatan, ataupun pada fase tindak lanjut. Anak disarankan untuk mendapat imunisasi dasar sesuai program vaksinasi pemerintah Indonesia, ataupun imunisasi kejar pada anak yang jadwal imunisasinya tertinggal.

Referensi