Angioplasti Tidak Lagi Direkomendasikan untuk Penyakit Arteri Koroner Stabil – Artikel Terkini!

Oleh :
dr.I.B. Komang Arjawa, Sp.JP, FIHA

Indikasi dan manfaat yang didapat dari tindakan angioplasti arteri koroner pada penyakit arteri koroner stabil masih menjadi kontroversi. Penyakit arteri koroner merupakan proses patologis yang ditandai dengan akumulasi plak aterosklerosis pada arteri epikardial yang dapat menyebabkan kondisi obstruktif ataupun non-obstruktif. Kondisi ini dapat memiliki periode stabil yang panjang tapi dapat juga menjadi tidak stabil pada suatu saat.

Penyakit arteri koroner bersifat kronis, progresif, dan dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan pada kondisi yang tampaknya tenang. Pada kasus akut, revaskularisasi segera dengan tindakan percutaneous coronary intervention (PCI) secara signifikan menurunkan mortalitas. Meski demikian, keuntungan prognosis yang didapat dari melakukan PCI pada penyakit arteri koroner stabil masih menuai perdebatan.[1,2]

AngioplastiArteriKoroner

Angioplasti Arteri Koroner pada Penyakit Arteri Koroner Stabil

Lebih dari 500.000 tindakan PCI dilakukan tiap tahun di seluruh dunia untuk penanganan penyakit arteri koroner stabil. Akan tetapi, berbeda dengan kondisi akut, bukti yang mendukung penurunan kejadian infark miokard dan kematian pada penyakit jantung koroner (PJK) stabil yang menjalani PCI masih sedikit, terutama pada pasien dengan tingkat iskemia yang rendah.[1]

PCI bertujuan memperbaiki aliran darah ke jantung yang terganggu akibat sumbatan pembuluh darah, mengurangi gejala iskemia, dan memperbaiki fungsi jantung. Penempatan stent koroner juga dilakukan, yakni untuk mempertahankan patensi pembuluh darah yang diperbaiki, mengurangi risiko restenosis, dan meningkatkan prognosis jangka panjang pasien.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa PCI tidak memberikan manfaat tambahan dalam mengurangi risiko infark miokard atau kematian dibandingkan dengan terapi medis optimal saja pada pasien dengan PJK stabil. Namun, ada pengecualian tertentu, seperti pada kasus pasien dengan iskemia yang signifikan, di mana PCI mungkin memberikan manfaat yang lebih besar.[1-3]

Basis Bukti Ilmiah Efikasi Angioplasti Arteri Koroner pada Penyakit Arteri Koroner Stabil

Penelitian ORBITA (2018) yang melibatkan 230 pasien, bertujuan menilai efek PCI dibandingkan plasebo terhadap durasi waktu latihan pasien dengan gejala PJK stabil. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dari peningkatan waktu latihan, waktu munculnya ST depresi, dan tingkat keparahan angina antara kedua grup. Berdasarkan penelitian ini, disimpulkan bahwa PCI tidak memberi manfaat bermakna pada pasien PJK stabil.[1,4]

Penelitian ISCHEMIA (2021) melibatkan 5179 pasien PJK stabil dengan iskemia sedang hingga berat. Penelitian ini membandingkan antara kelompok strategi invasif dini (angiografi dan revaskularisasi bila memungkinkan) dengan kelompok strategi konservatif. Dari hasil rerata pengamatan selama 3,2 tahun, tidak didapatkan perbedaan bermakna antara kedua grup dalam hal kematian akibat kejadian kardiovaskular, infark miokard, perawatan di rumah sakit akibat angina tidak stabil, gagal jantung, atau henti jantung teresusitasi.[5-7]

Dalam suatu tinjauan sistematik (2022), dilakukan evaluasi terhadap 12 penelitian, yang melibatkan total 8549 kasus. Hasil analisis menunjukkan bahwa, dibandingkan dengan penggunaan obat-obatan, PCI secara signifikan mengurangi risiko infark miokard dan kematian pasien, tetapi tidak ada perbedaan signifikan dalam insiden stroke, revaskularisasi, dan kualitas hidup pasien. Perlu dicatat adanya tingkat bias tinggi pada studi-studi yang disertakan.[8]

Kesimpulan

Hingga baru-baru ini, revaskularisasi koroner dengan percutaneous coronary intervention (PCI) dianggap sebagai pilihan standar untuk penyakit jantung koroner (PJK) stabil. Namun, seiring kemajuan dalam dunia medis dan banyaknya penelitian yang mengamati luaran klinis dari PCI dibandingkan terapi medis, pendekatan penanganan PJK yang stabil telah berubah dan PCI tidak lagi direkomendasikan.

Meskipun ada tinjauan sistematik yang melaporkan manfaat PCI dalam mengurangi risiko infark miokard dan kematian pada pasien dengan PJK stabil, studi yang dianalisis dalam tinjauan ini memiliki risiko bias tinggi. Selain itu, berbagai uji klinis tidak menemukan bukti bahwa strategi invasif awal, termasuk di dalamnya prosedur PCI, dapat menurunkan kejadian kardiovaskular, iskemia, atau kematian dibandingkan dengan strategi konservatif penggunaan medikamentosa saja.

Referensi