Akurasi Pemeriksaan Feritin pada Diagnosis Anemia Defisiensi Besi

Oleh :
dr. Ardi Putranto Ari Supomo, Sp. PK

Akurasi pemeriksaan feritin untuk mendiagnosis anemia defisiensi besi masih terus diteliti. Pada kondisi normal, status besi pada seseorang dapat dengan mudah dideteksi dengan feritin. Namun pada kondisi proinflamasi atau peradangan, diagnosis defisiensi besi menjadi kompleks karena sifat feritin yang mudah meningkat pada keadaan inflamasi.[1-3]

Kekurangan besi dapat menyebabkan anemia, yang disebut anemia defisiensi besi (ADB). Prevalensi penyakit ini sangat luas dan dapat mengenai segala usia. Kadar feritin <15 µg/L pada dewasa dapat menyokong diagnosis defisiensi besi. Namun, penelitian terakhir menyatakan bahwa cut-off kadar feritin pada anemia defisiensi besi adalah <45 µg/L.[1-3,7-9]

Akurasi Pemeriksaan Feritin pada Diagnosis Anemia Defisiensi Besi-min

Feritin

Feritin adalah tempat penyimpanan besi utama pada protein sitosolik intrasel tubuh manusia. Fungsi feritin melepaskan besi saat tubuh membutuhkan dan menyimpan sisa besi yang tidak terpakai. Molekul feritin terletak di dalam sel reticuloendothelial system (RES), terutama di organ hati dan limfa. Kadar feritin di kedua jenis kelamin meningkat sekitar usia 70 tahun.[3,4]

Feritin merupakan dinding protein berbentuk selubung berongga yang berisi 24 subunit protein. Di bagian tengah molekulnya terdapat bentuk besi yaitu ferric hydroxyphosphate. Tiap molekul feritin dapat menyimpan rata-rata 4500 atom besi. Ukuran feritin sekitar 475−481 kDa, berbentuk protein sferis.[3,4]

Feritin bagian rantai H (heavy chain) mempunyai aktivitas peroksidase dan berfungsi untuk mengubah Fe2+ menjadi Fe3+, sedangkan rantai L (light chain) berfungsi merangsang pembentukan formasi inti besi dan lapisan feritin. Rantai H banyak terdapat di ginjal dan jantung, sedangkan rantai L banyak terdapat di hati dan limpa. Pembentukan feritin di kontrol oleh IRP1 dan IRP2 (iron regulatory proteins).[1,3,4]

Pemeriksaan Kadar Feritin dalam Serum

Kadar feritin serum berhubungan erat dengan kadar besi sumsum tulang. Walaupun konsentrasi feritin serum lebih kuantitatif, tetapi pengambilan sampel tidak terlalu invasif seperti pemeriksaan bone marrow puncture (BMP). Kadar serum feritin juga mempunyai korelasi kuat dengan kadar besi pada sampel biopsi hati. Pemeriksaan baku emas untuk mengukur besi tubuh adalah kadar besi pada sampel biopsi hati.[3,4]

Penemuan panel feritin mulai berkembang dari tahun 1937 oleh Laufberger. Pertama kali dideteksi di serum pada tahun 1972 dengan menggunakan metode immunoradiometric. Jumlah sedikit feritin terdeteksi di serum, dan disebabkan oleh sekresi dari makrofag atau lisis sel.[1,3,4]

Terdapat beberapa metode pemeriksaan kadar feritin, salah satunya adalah enzyme-linked fluorescent immunoassay (ELFA) dengan alat otomatik. Sampel yang digunakan adalah serum atau plasma dengan antikoagulan EDTA/heparin, yang dapat disimpan selama 2 hari pada suhu 2−8°C atau lebih lama pada suhu -25±6°C. Hati-hati apabila sampel terlihat hemolisis, ikterus, dan lipemik. Limit deteksi metode ini adalah 1,5 ng/mL.[5]

Kadar normal feritin bervariasi sesuai usia dan jenis kelamin. Kadar tertinggi terdapat pada laki-laki dewasa hingga dewasa tua. Pada perempuan, kadarnya relatif lebih rendah hingga saat menopause. Saat ini, mulai diteliti penggunaan sampel saliva untuk pemeriksaan feritin.[1,3,4]

Pemeriksaan Anemia Defisiensi Besi (ADB)

Klasifikasi klinik defisiensi besi dibagi dalam 4 kategori umum, yaitu:

  1. Kadar besi berkurang: memberikan efek pada alur non hematologi, seperti otak dan otot (anemia mikrositik dapat tidak terdeteksi).
  2. Restriksi besi pada eritropoiesis: mengakibatkan gangguan fungsi hematologi tanpa anemia atau sel mikrositik.
  3. Anemia defisiensi besi (ADB): memiliki gejala klinik anemia, yaitu penurunan kadar hemoglobin disertai gangguan fungsi perkembangan neuron dan muskuloskeletal.
  4. Defisiensi besi fungsional: memiliki cadangan besi yang cukup tetapi tidak tersedia untuk fungsi biologis.[6]

Tabel 1. Klasifikasi Kadar Besi dan Pemeriksaan Laboratorium

tabel 1 anemia-min

Feritin Sebagai Penyokong Diagnosis Anemia Defisiensi Besi

Feritin merupakan protein fase akut yang dipengaruhi oleh proses inflamasi, sehingga dapat meningkat pada keadaan peradangan, infeksi, dan keganasan hati. Oleh karena itu, pengukuran kadar feritin menjadi tidak tepat saat tubuh mengalami inflamasi.[1,2,4,5]

Selain sensitif terhadap peradangan (proinflammation), feritin juga memiliki nilai normal yang masih bervariasi di setiap penelitian. WHO mengusulkan kadar feritin <15 µg/L sebagai kondisi defisiensi besi. Diagnosis pasti ADB harus menggunakan pemeriksaan pewarnaan sampel sumsum tulang, atau pemeriksaan kadar besi menggunakan sampel biopsi hati.[1,2,6,8]

Tabel 2. Sensitivitas dan Spesifisitas Kadar feritin dalam Mendiagnosis Anemia Defisiensi Besi

tabel 2 anemia-min

Perkumpulan spesialis gastroenterologi Inggris mengusulkan untuk tidak menggunakan feritin sebagai pemeriksaan tunggal dalam menegakkan diagnosis ADB. Untuk menghindari false positive feritin pada keadaan inflamasi, beberapa panel lain perlu digunakan, termasuk besi serum, saturasi transferin, total iron binding capacity (TIBC), soluble transferrin receptor (sTfR), dan concentration hemoglobin reticulocyte (CHr).[1,6-8]

Perubahan Batas Kadar Feritin pada Anemia Defisiensi Besi

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa cut-off serum feritin <15 µg/L mempunyai spesifisitas yang sangat tinggi, yaitu 99% karena menunjukkan kadar besi tubuh sudah kosong. Sedangkan kadar ferritin <30–45 µg/L mempunyai spesifisitas antara 89–92%, yang menunjukkan kadar besi tubuh dalam kondisi rendah.[7-9]

Pada setting klinik diketahui bahwa serum feritin adalah protein fase akut, sehingga kadarnya seringkali normal pada kondisi defisiensi besi yang disertai penyakit inflamasi. Sedangkan penelitian yang menggunakan batasan 15 µg/L dilakukan pada pasien yang dirawat di rumah sakit. Oleh karena itu, batasan 45 µg/L direkomendasikan untuk mencurigai anemia defisiensi besi, terutama pada wanita muda yang sehat dengan cadangan besi berkurang.[7-9]

Penelitian pada tahun 2021 menunjukkan cut-off paling optimal adalah <45 µg/L, dengan sensitivitas 85% dan spesifisitas 92%. Penelitian terbaru telah memasukkan penanda inflamasi, yaitu kadar C-reactive protein (CRP), sebagai faktor pengecualian subjek. Terdapat panel yang tidak terpengaruh proses peradangan, yaitu konsentrasi sTfR (soluble transferrin receptor), sehingga dapat dilakukan penelitian lanjutan atau perbandingan mengenai panel tersebut dengan panel konvensional.[7,8]

Kesimpulan

Defisiensi besi merupakan penyebab anemia tertinggi di dunia. Kadar feritin dalam serum atau plasma adalah indikator anemia defisiensi besi yang paling umum dan sering digunakan di dunia. Namun, feritin bersifat sensitif terhadap peradangan (proinflammation) dan memiliki nilai normal yang masih masih bervariasi di setiap penelitian.

Rekomendasi WHO dan American Gastroenterological Association (AGA) terhadap kondisi defisiensi besi adalah kadar feritin <45 µg/L. Untuk mencegah hasil yang dipengaruhi inflamasi, beberapa panel pemeriksaan profil besi harus dilakukan bersama pemeriksaan feritin. Minimal dilakukan pemeriksaan kadar serum besi, TIBC, dan konsentrasi sTfR yang tidak terpengaruh proses peradangan. Penggunaan panel profil besi lain selain feritin akan meningkatkan akurasi diagnostik anemia defisiensi besi, meskipun dalam keadaan peradangan.

Referensi