Anestesi Spinal VS Umum Untuk Operasi Panggul pada Pasien Geriatri – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr. Andrian Yadikusumo, Sp.An

Spinal Anesthesia or General Anesthesia for Hip Surgery in Older Adults

Neuman MD, Feng R, et al.; REGAIN Investigators. New England Journal of Medicine. 2021. 385(22):2025-2035. doi: 10.1056/NEJMoa2113514.

studilayak

Abstrak

Latar Belakang: Efek anestesi spinal dibandingkan dengan anestesi umum terhadap kemampuan berjalan pada pasien geriatri pasca operasi fraktur panggul belum diteliti dengan baik.

Metode: Peneliti melakukan studi pragmatis, uji klinis superioritas terandomisasi untuk mengevaluasi anestesi spinal yang dibandingkan dengan anestesi umum dalam penanganan pasien kelompok usia 50 tahun ke atas yang akan menjalani oprasi fraktur panggul di Amerika Serikat dan Kanada.

Anestesi Spinal VS Umum Untuk Operasi Panggul pada Pasien Geriatri-min

Pasien diacak dengan rasio 1:1 untuk mendapatkan anestesi spinal ataupun anestesi umum. Luaran primer penelitian ini adalah angka kematian atau ketidakmampuan berjalan dengan jarak minimal 10 kaki (3 m) secara mandiri atau dengan menggunakan bantuan tongkat pada hari ke-60 setelah proses randomisasi. Luaran sekunder mencakup kematian dalam 60 hari, kejadian delirium, waktu pemulangan pasien, dan ambulasi pada hari ke-60.

Hasil: Dari total 1600 partisipan yang diteliti, 795 pasien mendapatkan anestesi spinal dan 805 pasien mendapatkan anestesi umum. Rerata umur adalah 78 tahun, dan 67% partisipan adalah wanita. Kemudian, dengan berjalannya penelitian, hanya sebanyak total 666 pasien (83,8%) mendapatkan anestesi spinal dan 769 pasien (95,5%) mendapatkan anestesi umum.

Di antara pasien dalam populasi modified intention-to-treat yang datanya tersedia, luaran komposit primer terjadi pada 132 dari 712 pasien (18,5%) pada kelompok anestesi spinal dan 132 dari 733 (18,0%) pada kelompok anestesi umum (risiko relatif, 1,03; P=0,83). Ketidakmampuan berjalan pada hari ke-60 dilaporkan pada 104 dari 684 (15,2%) pasien dengan anestesi spinal dan 101 dari 702 (14,4%) pasien dengan anestesi umum (RR: 1,06).

Sementara itu, kematian dalam 60 hari terjadi pada 30 dari 768 (3,9%) pasien dengan anestesi spinal dan 32 dari 784 (4,1%) pasien dengan anestesi umum (RR: 0,97). Delirium terjadi pada 130 dari 633 (20.5%) pasien dengan anestesi spinal dan 124 dari 629 (19.7%) pasien dengan anestesi umum (RR: 1,04).

Kesimpulan: Anestesi spinal untuk kasus fraktur panggul pada pasien geriatri tidak lebih baik dibandingkan dengan anestesi umum dilihat dari tingkat kesintasan dan perbaikan kondisi ambulasi selama 60 hari. Insiden delirium pascaoperatif sama pada kedua jenis teknik anestesi.

Ulasan Alomedika

Bukti ilmiah yang tersedia belum secara pasti menjawab pertanyaan apakah anestesi spinal lebih aman dibandingkan anestesi umum untuk operasi fraktur pinggul. Pertanyaan klinis ini bermakna signifikan bagi dokter, pasien, dan keluarga. Oleh karenanya, jurnal ini bertujuan untuk membandingkan angka kesintasan, pemulihan fungsional, dan kejadian delirium pascaoperatif pada pasien fraktur panggul yang menjalani operasi dengan anestesi spinal dan umum.

Ulasan Metode Penelitian

Dalam studi ini, peneliti mengikutkan 1.600 pasien dari 46 rumah sakit di Amerika Serikat dan Kanada. Pasien yang diikutkan adalah pasien dengan fraktur panggul, berusia di atas 50 tahun, dan dapat berjalan dengan baik sebelum mengalami cedera. Populasi pasien yang diikutkan dalam studi ini merupakan populasi yang relevan, karena fraktur panggul pada pasien dengan usia lanjut lebih berisiko menyebabkan hilangnya mobilitas dan kematian.

Partisipan studi dibagi dengan perbandingan 1:1 secara acak untuk mendapat anestesi spinal ataupun anestesi umum. Untuk mengetahui perbandingan efek dari anestesi umum dan spinal, peneliti mengevaluasi kesintasan, pemulihan kemampuan berjalan, maupun kejadian delirium.

Ulasan Hasil Penelitian

Rerata usia partisipan studi adalah 78 tahun, 67% di antaranya adalah wanita. Dari keseluruhan partisipan awal, sebanyak 712 partisipan pada analisis akhir menjalani anestesi spinal dan 733 pasien menjalani anestesi umum.

Pada 60 hari setelah tindakan operatif, dilaporkan 18,5% pasien yang mendapat anestesi spinal mengalami luaran primer (meninggal atau tidak dapat berjalan), dibandingkan 18% pada kelompok anestesi umum. Jika dianalisis mortalitas 60 hari saja, didapatkan bahwa 3,9% pasien  kelompok anestesi spinal meninggal, dibandingkan 4,1% pasien pada kelompok anestesi umum.

Selain itu, karena anestesi umum sering dikaitkan dengan komplikasi kognitif, peneliti juga membandingkan luaran delirium pascaoperasi. Delirium ditemukan pada 10,5% pasien yang menjalani anestesi spinal dan 19,7% pasien yang menjalani anestesi umum.

Hasil dari studi ini mengindikasikan bahwa anestesi spinal, yang sering dianggap lebih aman, tidak lebih baik dibandingkan anestesi umum.

Kelebihan Penelitian

Kelebihan dari penelitian ini adalah tipe penelitian yang digunakan yakni uji acak terkontrol yang bersifat prospektif sehingga dapat meminimalisir bias. Penelitian ini juga membandingkan langsung dua teknik yang berbeda, sehingga dapat terlihat jelas perbedaan jumlah komplikasi yang terjadi dan tingkat kegagalan dari kedua teknik tersebut. Selain itu, penelitian ini memiliki jumlah sampel yang besar, dilakukan pada berbagai etnis, dan mengambil sampel dari berbagai pusat layanan kesehatan.

Luaran primer yang dianalisis merupakan luaran yang bermakna secara klinis, yaitu kesintasan dan pemulihan fungsional pasien. Pada luaran sekunder penelitian ini, juga dibahas secara detail kemampuan ambulasi, kesintasan, lama rawat di rumah sakit, dan kejadian delirium pasca anestesi yang muncul.

Limitasi Penelitian

Dalam studi ini, ada 15% partisipan yang pindah dari anestesi yang seharusnya didapatkan. Perubahan terjadi dari anestesi spinal ke anestesi umum ataupun sebaliknya. Penyebab perubahan ini adalah kegagalan anestesi spinal (44%), preferensi klinisi (24%), dan preferensi pasien (15%).

Tingkat dari sedasi selama anestesi spinal juga tidak dijabarkan. Oleh karenanya, sulit untuk menentukan dengan pasti seberapa besar kontribusi sedasi terhadap timbulnya delirium pascaoperasi.

13% partisipan juga ditemukan telah mengalami delirium sebelum tindakan operasi. Oleh sebab itu, terdapat keterbatasan untuk menentukan adanya delirium awitan baru yang berkaitan dengan anestesi.

Keterbatasan lain dari studi ini adalah banyaknya pasien yang tidak dapat diikutkan ataupun menolak untuk berpartisipasi dalam studi. Pada awalnya, terdapat 22.000 pasien yang mengikuti penapisan, namun hanya 1600 yang berhasil diikutkan dalam penelitian. Hal ini menyebabkan generalisasi hasil studi menjadi lebih terbatas.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Hingga saat ini, teknik anestesi spinal untuk kasus fraktur panggul merupakan teknik yang paling populer digunakan di Indonesia. Hasil studi ini menunjukkan bahwa anestesi spinal tidak lebih aman dibandingkan anestesi umum. Kedua metode anestesi ini menghasilkan luaran terkait kesintasan dan pemulihan fungsional yang serupa pada pasien dengan fraktur panggul. Hal ini merupakan paradigma baru dalam dunia anestesi dan dapat diterapkan pada praktik di Indonesia.

Referensi