Diet pada Pasien dengan Penyakit Ginjal Kronis

Oleh :
dr. Jocelyn Prima Utami

Berbagai zat gizi dan diet telah diteliti pada pasien dengan penyakit ginjal kronis (PGK). Edukasi nutrisi dan pengaturan pola makan pasien PGK perlu disesuaikan dengan kebutuhan individu, status gizi, dan penyakit penyerta. Asupan gizi yang tepat dapat menurunkan risiko terjadinya PGK dan memperlambat progresivitas penyakit.[1–3]

Penyakit Ginjal Kronis

Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan penyakit dengan gangguan pada fungsi ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan. Penyakit ginjal kronis diperkirakan menjadi penyebab kelima kematian secara global di tahun 2040, dengan prevalensi sekitar 10–14% dari populasi umum.[4,5]

Diet Penyakit Ginjal Kronis

Tata laksana PGK, seperti hemodialisa atau transplantasi ginjal, umumnya dibutuhkan untuk menggantikan fungsi ginjal yang mengalami gangguan. Selain itu, terdapat tata laksana konservatif, seperti dengan pola makan/diet yang bertujuan untuk memperlambat perburukan penyakit dan mempertahankan fungsi ginjal.[4,5]

Beberapa Zat Gizi pada Penyakit Ginjal Kronis

Beberapa zat gizi mendapat perhatian khusus pada penyakit ginjal kronis (PGK), di antaranya protein, kalium, natrium, dan fosfor. Asupan berlebihan akan nutrisi ini dapat memperberat kerja ginjal sehingga mempercepat progresivitas PGK. Restriksi zat gizi perlu dilakukan secara tepat dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien dengan PGK.

Protein

National Kidney Foundation di Amerika Serikat merekomendasikan asupan protein harian sejumlah 0,55–0,6 g/kg berat badan (BB) pada pasien PGK tanpa hemodialisa. Pada pasien PGK dengan diabetes, rekomendasi protein adalah 0,6–0,8 g/kg BB. Sedangkan untuk pasien PGK yang menjalani hemodialisa, anjuran protein harian adalah sebesar 1,0–1,2 g/kg BB.[3]

Diet restriksi protein umum diterapkan pada pasien PGK. Hal ini dilakukan untuk meringankan proses hiperfiltrasi glomerular, yang sebetulnya bertujuan untuk mempertahankan glomerular filtration rate (GFR). Namun, dalam jangka panjang, hiperfiltrasi glomerular dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada ginjal karena stres mekanik dan aktivasi mediator inflamasi.[6,7]

Asupan protein melebihi 1,5 g/kg BB meningkatkan hiperfiltrasi glomerular dan ekspresi gen proinflamasi. Kedua hal tersebut merupakan faktor risiko untuk terjadinya gangguan ginjal.[8]

Metaanalisis dan tinjauan sistematis oleh Yan B, et almenilai efek restriksi protein pada PGK. Perbedaan asupan protein antara kelompok restriksi dengan kontrol minimal 0,2 g/kg/hari. Hasil studi menunjukkan bahwa diet restriksi protein berhubungan dengan penurunan risiko terjadinya gagal ginjal. Asupan protein yang lebih rendah dapat menghambat laju penurunan GFR, serta menurunkan proteinuria dan konsentrasi fosfor.[6]

Studi lain tentang restriksi protein juga mendapatkan hasil serupa. Pada pasien dewasa dengan PGK didapatkan bahwa diet restriksi protein sedang (0,7 g/kg/hari) dibandingkan dengan diet protein standar (1 g/kg/hari) berkaitan dengan penurunan fungsi ginjal yang lebih lambat. Hubungan yang lebih lemah ditemukan pada pasien PGK dengan diabetes mellitus tipe 2.[7]

Kalium

Keadaan hiperkalemia banyak ditemui ketika fungsi ginjal semakin memburuk. Asupan kalium perlu diperhatikan pada pasien PGK untuk menjaga kadar kalium dalam darah berada pada nilai yang normal.[4,7]

Kalium banyak ditemukan dalam sayur, buah, biji-bijian, dan kacang-kacangan, serta pada produk susu dan daging. Berbagai makanan tersebut kaya akan vitamin, mineral, dan serat pangan, sehingga pembatasan kalium perlu dilakukan secara berhati-hati, dengan mempertimbangkan pola makan secara keseluruhan.[3,9]

Pengurangan kandungan kalium dalam sayur dapat dilakukan dengan cara merebus sayur terlebih dahulu. Kemudian, air rebusan yang mengandung kalium dibuang. Sumber kalium lain bisa berasal dari penggunaan garam kalium klorida yang mulai banyak dilakukan sebagai upaya mengurangi natrium.[3,10]

Kalium juga banyak digunakan sebagai pengawet makanan dalam bentuk kalium sorbat, kalium sitrat, dan kalium difosfat. Edukasi nutrisi perlu dilakukan agar pasien PGK mengurangi konsumsi makanan olahan.[10]

Natrium

Rekomendasi konsumsi natrium pada pasien PGK adalah tidak melebihi 2,3 g/hari, guna menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kontrol volume. Mengontrol asupan natrium tidak hanya melalui pengurangan konsumsi makanan olahan, tetapi juga asupan natrium klorida dan bumbu penyedap yang dipakai saat memasak.[3,10]

Fosfor

Restriksi fosfor mungkin diperlukan untuk mencegah terjadinya hiperfosfatemia. Gangguan ekskresi fosfor biasa terlihat ketika estimated glomerular filtration rate (eGFR) <45 mL/menit, dan jarang terjadi pada PGK tahap awal. Secara umum, asupan fosfor perlu disesuaikan untuk menjaga nilai serum fosfor normal.[2,3]

Fosfor didapatkan dalam bentuk organik dan anorganik. Fosfor organik banyak ditemukan pada makanan sumber protein, baik hewani maupun nabati. Fosfor dari protein hewani memiliki bioavailabilitas yang lebih tinggi dibanding sumber nabati. Fosfor anorganik berupa bahan aditif kimiawi pada makanan. Restriksi fosfor terutama ditujukan untuk fosfor anorganik.[2,10]

Pola Makan pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis

Tidak hanya berfokus pada zat gizi tunggal, hasil studi yang lebih baru juga melihat manfaat pola makan secara keseluruhan pada kesehatan pasien dan progresivitas PGK. Pola makan yang banyak diteliti untuk pasien dengan PGK adalah Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) serta diet tinggi sayur dan buah.

Dietary Approaches to Stop Hypertension

Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH) memiliki karakteristik asupan rendah daging merah dan daging olahan, serta asupan tinggi buah-buahan, sayuran, dan produk susu rendah lemak. Pola makan ini berhubungan dengan penurunan risiko sebesar 14% untuk terkena PGK.[7,9]

Hasil studi lain menguatkan dugaan efek menguntungkan diet DASH terhadap insidensi PGK. Pada kelompok dengan ketaatan tinggi (high adherence) terhadap diet DASH didapatkan relative risk (RR) untuk insidensi PGK sebesar 0,41. Pada kelompok ketaatan rendah, RR untuk insidensi PGK adalah sebesar 0,86. Sebaliknya, pada diet yang tinggi lemak dan gula, odds ratio untuk terkena PGK adalah 1,46.[1]

Diet DASH dapat diberikan untuk pasien dengan PGK stadium 3 dan 4, dengan eGFR 15–59 mL/menit/1,73 m2. Diet DASH perlu disesuaikan pada pasien PGK untuk mencapai asupan protein 0,6-0,8 g/kg/hari. Sumber protein pada diet DASH berasal dari produk olahan susu, sayuran, dan bukan daging merah. Selain itu, pada diet DASH untuk pasien PGK, asupan fosfor adalah sebesar 0,8-1,0 g/hari dan kalium 2-4 g/hari.[7]

Diet Tinggi Sayur dan Buah

Diet tinggi sayur dan buah menyebabkan penurunan berat badan, tekanan darah, dan produksi asam endogen pada PGK. Diet Western dapat menyebabkan asidosis metabolik, karena rendah sayur, rendah buah, tetapi tinggi protein hewani. Konsumsi sayur dan buah bersifat basa sehingga membantu memperbaiki asidosis metabolik.[7,9]

Selain itu, sayur dan buah juga berhubungan dengan pencegahan progresivitas PGK melalui beberapa mekanisme lain, seperti menurunkan konsumsi protein, natrium, dan fosfor, serta meningkatkan kadar kalium dibanding natrium. Konsumsi serat pangan telah dibuktikan memiliki hubungan terbalik dengan insidensi PGK. Sayuran allium, seperti bawang putih, bawang bombay, dan daun bawang, juga diteliti memiliki hubungan terbalik dengan risiko PGK.[1,9]

Asupan rendah serat pangan berhubungan dengan tingginya kadar penanda inflamasi, seperti C-reactive protein (CRP)IL-6, dan TNF alfa. The Third National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES III) menunjukkan bahwa asupan serat kurang dari 25 g/hari berhubungan dengan peningkatan risiko inflamasi dan mortalitas pada pasien dengan PGK. Peningkatan asupan serat pangan total sebanyak 10 g/hari berkaitan dengan penurunan risiko mortalitas sebesar 17%.[4,7,9]

Saat ini belum terdapat rekomendasi asupan serat pangan yang spesifik untuk pasien dengan PGK. Namun, rekomendasi untuk populasi umum dapat diterapkan untuk pasien PGK dengan melakukan pemantauan terhadap serum kalium dan fosfor.[7]

Kesimpulan    

Intervensi nutrisi atau diet merupakan salah satu tata laksana dalam mengatasi penyakit ginjal kronis (PGK). Diet yang sesuai, patient-centered, dan dengan biaya yang efektif pada pasien PGK dapat membantu mempertahankan fungsi ginjal.[1–3]

Pada PGK, nefron telah mengalami penurunan fungsi. Asupan tinggi protein hewani, disertai dengan asupan rendah buah dan sayur, dapat menurunkan lebih lanjut fungsi nefron, sehingga dibutuhkan restriksi protein. Restriksi mineral, seperti kalium, natrium, dan fosfor, terutama dilakukan dengan membatasi konsumsi makanan olahan, pengawet, dan penyedap rasa.[3,7,10]

Diet seperti DASH, serta diet tinggi sayur dan buah, direkomendasikan untuk pasien dengan PGK. Diet DASH terbukti menurunkan insidensi PGK, sedangkan diet tinggi sayur dan buah dapat menurunkan mortalitas akibat PGK. Diet tinggi lemak dan gula meningkatkan risiko terjadinya PGK. Diperlukan penelitian dan uji klinis lebih lanjut untuk mempelajari keuntungan, risiko, dan efek samping berbagai diet pada pasien dengan penyakit ginjal kronis.[7,9]

Referensi