Terapi Hipertensi Kronis Ringan Selama Kehamilan – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr.Eduward Thendiono, SpPD,FINASIM

Treatment for mild chronic hypertension during pregnancy

Tita AT, Szychowski JM, Boggess K, et al; Chronic Hypertension and Pregnancy (CHAP) Trial Consortium. N Engl J Med. 2022 May 12;386(19):1781-1792. doi: 10.1056/NEJMoa2201295.

studilayak

Abstrak

Latar Belakang: Manfaat dan keamanan terhadap terapi hipertensi kronis ringan (tekanan darah <160/100 mmHg) selama masa hamil masih kurang meyakinkan. Data masih amat dibutuhkan guna menjawab apakah strategi yang menargetkan penurunan tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg mampu mengurangi insiden luaran merugikan kehamilan tanpa merugikan pertumbuhan janin.

Metode: Pada uji klinis label terbuka acak multisenter ini, wanita hamil dengan hipertensi kronis ringan dengan janin tunggal dan usia kehamilan dibawah dari 23 minggu dialokasikan secara acak untuk mendapat terapi antihipertensi yang direkomendasikan pada kehamilan (grup terapi aktif) atau tidak mendapat terapi kecuali sudah mengalami hipertensi berat (tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau tekanan diastolik ≥ 105mmHg).

Luaran utama ialah insiden gabungan dari preeklampsia gejala berat, indikasi medis lahir prematur kurang dari usia gestasi 35 minggu, abruptio plasenta, dan kematian janin atau neonatus. Luaran keamanan ialah berat badan lahir rendah (BBLR) di bawah dari 10 persentil usia gestasi. Luaran sekunder meliputi insiden gabungan dari komplikasi serius neonatus atau maternal, preeklampsia, dan lahir prematur.

Hasil: Sejumlah 2408 wanita hamil mengikuti uji klinis ini. Insidensi dari luaran primer tampak lebih rendah pada grup terapi aktif jika dibandingkan dengan grup kontrol (30,2% vs 37%), dengan adjusted risk ratio (RR) 0,82. Persentase BBLR di bawah dari 10 persentil usia gestasi sebanyak 11,2% di grup terapi aktif berbanding 10,4% di kontrol grup (adjusted RR 1,04; P=0,76).

Insiden komplikasi serius maternal lebih rendah di grup terapi aktif (2,1% vs 2,8%), demikian pula dengan insiden komplikasi neonatus (2% vs 2,6%). Insiden kejadian preeklampsia lebih rendah pada grup terapi aktif (24,4% vs 31,1%) serupa dengan insiden lahir prematur (27,5% vs 31,4%).

Kesimpulan: Pada wanita hamil dengan hipertensi kronis ringan, strategi menurunkan tekanan darah dibawah dari 140/90 mmHg berhubungan dengan luaran kehamilan yang lebih baik dibandingkan dengan strategi penundaan terapi jika sudah terjadi hipertensi berat. Hal ini tanpa disertai peningkatan risiko BBLR.

HamilHipertensi

Ulasan Alomedika

Terapi antihipertensi merupakan terapi standar bagi pasien hipertensi jika tekanan darah ≥ 140/90 mmHg bagi pasien tidak hamil. Namun, terapi hipertensi masih kontroversial bagi wanita hamil sehubungan dengan pengaruhnya bagi aspek luaran maternal, janin, dan neonates; serta sering dihubungkan dengan peningkatan risiko BBLR. Sehubungan dengan hal itu pula, dijumpai banyak variasi pada rekomendasi terapi bagi wanita hipertensi kronis yang hamil di antara organisasi internasional. Masih belum jelas apakah terapi antihipertensi perlu diberikan lebih awal atau ditunda hingga tekanan darah wanita hamil sudah masuk derajat berat (≥160/105mm Hg).

Ulasan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan uji klinis acak terkontrol, label-terbuka, multisenter yang berlokasi pada lebih dari 70 tempat perekrutan di Amerika Serikat.

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Hanya wanita hamil dengan hipertensi kronis dan janin tunggal hidup dengan usia gestasi di bawah dari 23 minggu yang bisa diikutsertakan pada analisis.

Kondisi hipertensi kronis didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik 140 mmHg atau lebih tinggi, tekanan diastolik 90 mmHg atau lebih, ataupun keduanya dalam dua pengukuran berbeda dengan durasi antar pengukuran minimal 4 jam terpisah sebelum usia gestasi 20 minggu. Usia gestasi ditentukan menurut kriteria American College of Obstetricians and Gynecologists, termasuk hasil dari ultrasonografi.

Kriteria eksklusi mencakup kondisi hipertensi yang telah mendapatkan atau membutuhkan terapi obat antihipertensi lebih dari satu jenis (risiko hipertensi berat), janin multipel, hipertensi sekunder, kondisi komorbid prakehamilan atau komplikasi serius, kondisi obstetrik yang berkaitan dengan peningkatan risiko janin, dan ada kontraindikasi untuk pemberian obat antihipertensi.

Intervensi dan Luaran:

Obat antihipertensi yang digunakan sesuai dengan rekomendasi antihipertensi kehamilan lini pertama, yang mencakup labetalol, nifedipine extended-releaseamlodipine, dan metildopa. Tekanan darah diukur secara otomatis dengan alat Omron HEM-907.

Luaran primer ialah insiden gabungan dari preeklampsia gejala berat, indikasi medis lahir prematur kurang dari usia gestasi 35 minggu, abruptio plasenta, dan kematian janin atau neonatus. Luaran keamanan ialah BBLR di bawah dari 10 persentil usia gestasi. Luaran sekunder meliputi insiden gabungan dari komplikasi serius neonatus atau maternal, preeklampsia, dan lahir prematur.

Ulasan Hasil Penelitian

Sebanyak 2419 pasien wanita hamil memenuhi kriteria inklusi, dengan karakteristik baseline sebanding antara grup kontrol dan grup terapi aktif. Hasil analisis menemukan bahwa insiden dari luaran primer tampak lebih rendah pada grup terapi aktif jika dibandingkan dengan grup kontrol (30,2% vs 37%), dengan adjusted RR 0,82. Jumlah pasien yang perlu diterapi untuk mencegah satu luaran primer sebanyak 14,7 orang.

Dalam hal keamanan, persentase BBLR di bawah dari 10 persentil usia gestasi lebih rendah pada grup terapi aktif (adjusted RR 1,04; P=0,76). Insiden komplikasi serius maternal lebih rendah di grup terapi aktif (2,1% vs 2,8%; RR 0,75), begitu juga dengan insiden komplikasi neonatus (2% vs 2,6%; RR 0,77).

Pada analisis sekunder, insiden kejadian preeklampsia ditemukan lebih rendah pada grup terapi aktif (24,4% vs 31,1%; RR 0,79), begitu juga dengan insiden lahir prematur (27,5% vs 31,4%; RR 0,87). Frekuensi luaran komplikasi neonatal serius maupun kebutuhan perawatan intensif neonatal (NICU) tidak berbeda signifikan di antara grup terapi aktif dan grup kontrol.

Kelebihan Penelitian

Kelebihan penelitian ini terletak pada ukuran sampel penelitian yang cukup besar, metode penelitian acak terkontrol multisenter, dan penggunaan centrally blinded adjudication dalam proses penelitiannya. Selain itu, analisis statistik yang digunakan sudah menerapkan penyesuaian multivariat, analisis sensitivitas untuk pengujian analisis luaran utama, dan menghitung angka number needed to treat juga berguna untuk pertimbangan penerapan strategi klinik di kondisi nyata.

Limitasi Penelitian

Hal yang membatasi penelitian ini terletak pada pendekatan label terbuka dan adanya pasien lost to follow up sekitar 3% pada masing-masing grup.  Selain itu, mayoritas populasi penelitian yang diuji terbatas pada ras non-hispanic blackhispanic, dan non-hispanic white, sehingga masih memberi ruang pertanyaan terhadap konsistensi hasil jika diterapkan pada ras lain, termasuk Asia.

Aplikasi Hasil Penelitian Di Indonesia

Terlepas dari limitasi yang ditemukan, hasil penelitian ini kurang lebih dapat diterapkan di negara kita. Obat antihipertensi yang digunakan pada penelitian ini sudah tersedia dan masuk dalam cakupan asuransi kesehatan pemerintah, sehingga memudahkan dalam penerapannya. Hasil studi mengindikasikan bahwa terapi dini, yaitu pada ibu hamil dengan hipertensi kronis derajat ringan, membawa manfaat dalam meningkatkan luaran klinis tanpa penambahan risiko BBLR bermakna.

Referensi