Induksi Persalinan pada Wanita Hamil dengan Hipertensi Kronis – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr. Herbert Sihite, MKed(OG), SpOG

Timing of Delivery in Women With Chronic Hypertension

Ram M, Berger H, Geary M, et al, for the Diabetes, Obesity and Hypertension in Pregnancy Research Network (DOH-NET) and the Southern Ontario Obstetrical Network (SOON) Investigators. Obstetrics & Gynecology, 2018. 132(3): 669–677. doi:10.1097/AOG.0000000000002800

Abstrak

Tujuan: Untuk menilai apakah induksi persalinan rutin pada minggu ke-38 atau ke-39 pada wanita dengan hipertensi kronis berkaitan dengan risiko superimposed preeklampsia atau persalinan sectio caesarea.

Metode: Penelitian retrospektif berbasis populasi pada wanita dengan hipertensi kronis yang melahirkan janin tunggal di rumah sakit pada usia kehamilan 38 0/7 minggu di Ontario, Kanada, antara tahun 2012 dan 2016. Wanita yang menjalani induksi persalinan pada usia kehamilan 38 0/7 sampai 38 6/7 minggu untuk hipertensi kronis (n=281) dibandingkan dengan mereka yang menjalani manajemen ekspektatif selama minggu itu dan tetap tidak melahirkan sampai usia kehamilan 39 0/7 minggu (n=1,606). Secara terpisah, wanita yang menjalani induksi persalinan pada usia kehamilan 39 0/7 hingga 39 6/7 minggu untuk hipertensi kronis (n=259) dibandingkan dengan wanita yang tetap tidak melahirkan sampai usia kehamilan 40 0/7 minggu (n=801).

Hasil: Dari 534.529 wanita melahirkan selama periode penelitian, 6.054 (1,1%) memiliki hipertensi kronis dan 2.420 memenuhi kriteria inklusi. Wanita yang ditangani dengan manajemen ekspektatif pada usia kehamilan 38 atau 39 minggu berisiko mengalami superimposed preeklampsia awitan baru (19,2% dan 19,0%]) dan eklampsia (0,6 dan 0,7 %), dimana lebih dari setengah menjalani induksi persalinan di akhir kehamilan (56,8% dan 57,8%). Risiko persalinan sectio caesarea pada kelompok induksi lebih rendah (kehamilan 38 minggu) atau setara (kehamilan 39 minggu) dibandingkan dengan wanita yang menjalani manajemen ekspektatif.

Kesimpulan: Studi ini menunjukkan bahwa pada wanita dengan hipertensi kronis terisolasi, induksi persalinan pada usia kehamilan 38 atau 39 minggu dapat mencegah komplikasi hipertensi berat tanpa meningkatkan risiko menjalani sectio caesarea.

Female,Obstetrician,Doctor,Measuring,Blood,Pressure,Of,The,Pregnant,Woman

Ulasan Alomedika

Wanita dengan hipertensi kronis memiliki risiko lebih tinggi terkait luaran kehamilan yang merugikan, termasuk preeklampsia, pertumbuhan janin terhambat, solusio plasenta, dan persalinan preterm, yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu dan neonatus. Salah satu kontroversi utama mengenai penatalaksanaan kehamilan pada ibu dengan hipertensi kronis adalah kapan waktu persalinan yang optimal. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk mengevaluasi apakah induksi persalinan rutin pada usia kehamilan 38-39 minggu pada wanita dengan hipertensi kronis dapat mengurangi risiko preeklampsia dan komplikasi tanpa meningkatkan kebutuhan sectio caesarea.

Ulasan Metode Penelitian

Studi ini merupakan studi retrospektif berbasis populasi yang dilakukan pada wanita dengan hipertensi kronis yang melahirkan janin tunggal pada usia gestasi 38 0/7 minggu atau lebih di Ontario, Kanada. Data diambil dari Better Outcomes Registry & Network (BORN) Ontario.

Untuk mengendalikan faktor perancu, kriteria eksklusi mencakup wanita dengan usia kehamilan lebih dari 42 0/7 minggu, kandidat persalinan pervaginam, memiliki riwayat sectio caesarea sebelumnya, riwayat stillbirth, adanya anomali kongenital mayor pada janin, serta kondisi medis yang dapat mempengaruhi keputusan menginduksi persalinan seperti diabetes gestasional, penyakit ginjal kronis, penyakit autoimun, ataupun gangguan kardiopulmonal. Selain itu, studi ini juga mengeksklusi wanita yang menjalani induksi persalinan akibat indikasi selain hipertensi kronis dan wanita yang menjalani persalinan spontan atau sectio caesarea primer.

Wanita yang menjalani induksi persalinan pada usia kehamilan 38 0/7 sampai 38 6/7 minggu untuk hipertensi kronis dibandingkan dengan mereka yang menjalani manajemen ekspektatif dengan usia kehamilan sama dan tetap tidak melahirkan sampai usia kehamilan 39 0/7 minggu. Perbandingan terpisah dilakukan terhadap wanita yang menjalani induksi persalinan pada usia kehamilan 39 0/7 hingga 39 6/7 minggu dengan wanita hamil yang menjalani terapi ekspektatif di usia kehamilan sama dan tetap tidak melahirkan hingga usia kehamilan 40 0/7 minggu.

Luaran primer yang dinilai adalah kejadian superimposed preeklampsia pada kelompok pasien yang menjalani manajemen ekspektatif. Luaran sekunder maternal adalah sectio caesarea serta persalinan dengan alat bantu dan induksi pada kelompok manajemen ekspektatif. Luaran sekunder perinatal adalah stillbirth serta mortalitas dan morbiditas neonatus yang mencakup kebutuhan alat bantu napas, diagnosis transient tachypnea of the newborn, respiratory distress syndrome, skor APGAR kurang dari 7, kebutuhan perawatan NICU, hipoglikemia, dan ikterus neonatorum yang membutuhkan fototerapi.

Ulasan Hasil Penelitian

Secara keseluruhan, karakteristik wanita dalam kelompok induksi hamil dan manajemen ekspektansi adalah serupa dalam hal usia ibu, paritas, dan indeks massa tubuh (IMT).

Hasil analisis menunjukkan bahwa pasien dalam kelompok induksi persalinan di usia kehamilan 38 minggu (38-IOL) memiliki risiko lebih rendah menjalani persalinan sesar dibandingkan dengan pasien dengan usia kehamilan sama yang menjalani manajemen ekspektatif (38-expectant). Sementara itu, risiko menjalani persalinan sectio caesarea pada wanita dalam kelompok 39 minggu induksi (39-IOL) tidak berbeda bermakna dari wanita dalam usia kehamilan sama yang menjalani manajemen ekspektatif (39-expectant)

Neonatus ibu di kelompok 38-IOL dan 39-IOL lahir pada usia kehamilan lebih awal dan memiliki berat lahir rata-rata yang lebih rendah dibandingkan dengan neonatus dari ibu yang dikelola dengan manajemen ekspektatif. Neonatus pada kelompok 39-IOL memiliki tingkat morbiditas pernapasan yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang berada dalam kelompok 39-expectant (6,2% vs 11,9%). Selain itu, tidak ada perbedaan antara kelompok sehubungan dengan luaran sekunder lain.

Kelebihan Penelitian

Penelitian ini dilakukan berbasis populasi sehingga jumlah sampel yang didapat cukup besar. Karakteristik  sampel juga serupa, baik dari cara induksi, usia ibu, paritas, dan IMT.

Studi ini mengambil data dari basis data dengan kualitas yang baik. Better Outcomes Registry & Network (BORN) menyimpan data dari 1 provinsi (dalam hal ini Ontario) yang mencakup anamnesis, catatan klinis, data demografi maternal, perilaku kesehatan, dan riwayat reproduktif. BORN juga memiliki data klinis terkait kehamilan, persalinan, serta luaran fetal dan neonatus. Pelatihan terkait verifikasi data, kontrol kualitas, dan pengumpulan data dilakukan secara berkala untuk memastikan kualitas yang tinggi.

Limitasi Penelitian

Karena penelitian dilakukan secara retrospektif, peneliti tidak dapat mengetahui adanya perancu potensial, misalnya tingkat keparahan hipertensi dan perbedaan dalam praktik induksi persalinan antar layanan kesehatan.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat untuk diterapkan di Indonesia. Hipertensi pada kehamilan meningkatkan risiko mortalitas dan morbiditas pada ibu dan janin. Selain itu, pasien dengan hipertensi pada kehamilan juga sering kali harus menjalani sectio caesaria, yang tentunya memperpanjang durasi penyembuhan, lama rawat inap, meningkatkan risiko komplikasi, serta beban biaya medis. Studi ini menunjukkan bahwa induksi persalinan pada usia 38-39 minggu dapat bermanfaat meningkatkan luaran klinis ibu dan janin pada kehamilan dengan penyulit hipertensi.

Referensi