Terapi Preeklamsi & Superimposed PE - Diskusi Dokter

general_alomedika

Pada kasus2 preeklamsi ringan atau HT kronik untuk pemilihan terapi HT nya apakah lebih baik aspirin atau nifedipin ya dok? Apakah ada pertimbangan dalam...

Diskusi Dokter

  • Kembali ke komunitas
  • Terapi Preeklamsi & Superimposed PE

    Dibalas 11 September 2024, 18:19
    Anonymous
    Anonymous
    Dokter Umum

    Pada kasus2 preeklamsi ringan atau HT kronik untuk pemilihan terapi HT nya apakah lebih baik aspirin atau nifedipin ya dok? Apakah ada pertimbangan dalam pemelihannya?

    Dan pada kasus superimposed PE (HT sebelum usia 20 minggi & proteinuri +) terapi nya apakah cukup dengan anti HT saja? Atau perlu rujukan juga ya dok? Terimakasih banyak dokter

08 September 2024, 10:55

Pada kasus **hipertensi kronik** atau **preeclampsia ringan** dalam kehamilan, **nifedipin** adalah obat antihipertensi yang lebih sering digunakan daripada aspirin untuk menurunkan tekanan darah. Nifedipin merupakan antagonis kalsium yang efektif dalam mengontrol tekanan darah pada ibu hamil. Aspirin dosis rendah, di sisi lain, digunakan lebih untuk **pencegahan preeklampsia** pada wanita dengan risiko tinggi, bukan sebagai terapi antihipertensi utama. Aspirin bekerja dengan mengurangi risiko inflamasi dan penggumpalan darah yang dapat memperburuk preeklampsia.

Pemilihan antara nifedipin atau aspirin tergantung pada tujuan terapi. **Nifedipin** digunakan untuk mengontrol tekanan darah tinggi, sementara **aspirin dosis rendah** (biasanya 75-150 mg/hari) dianjurkan sebagai profilaksis untuk mencegah perkembangan preeklampsia pada kehamilan dengan risiko tinggi.

Obat antihipertensi lain yang sering digunakan dan mudah tersedia di Indonesia untuk kehamilan adalah **metildopa**, **labetalol**, dan **hidralazin**. Metildopa sering menjadi pilihan pertama karena keamanannya yang sudah teruji pada kehamilan, meskipun nifedipin lebih efektif dalam menurunkan tekanan darah.

Pada kasus **superimposed preeclampsia**, yang ditandai dengan hipertensi sebelum 20 minggu dan munculnya proteinuria, terapi dengan antihipertensi saja **tidak cukup**. Ini adalah kondisi yang serius dan perlu evaluasi serta manajemen lebih lanjut oleh dokter spesialis kandungan dengan fasilitas yang lengkap. Rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap sangat disarankan, karena kondisi ini dapat berkembang cepat menjadi preeklampsia berat atau komplikasi lain yang mengancam ibu dan janin.

Pemeriksaan laboratorium yang penting termasuk **protein urin 24 jam**, **fungsi ginjal** (ureum, kreatinin), **fungsi hati** (SGOT, SGPT), dan **hitungan trombosit**. Pemeriksaan tambahan seperti **USG Doppler** dapat membantu memantau aliran darah ke janin, sementara **profil biofisik janin** digunakan untuk mengevaluasi kesejahteraan janin.

Tata kelola superimposed preeclampsia melibatkan kontrol ketat tekanan darah, pemantauan ketat ibu dan janin, serta mempertimbangkan waktu persalinan yang optimal untuk menghindari komplikasi lebih lanjut.

11 September 2024, 18:19
Anonymous
Anonymous
Dokter Umum
terimakasih banyak ilmu nya dok😊🙏🏼
06 Agustus 2024, 09:04

Alo dokter,

Pemberian obat antihipertensi pada preeklampsia diindikasikan pada pasien dengan tekanan darah sistolik 160mmHg dan/atau diastolik 110 mmHg. Pilihan utama regimen ini adalah nifedipine. Selain itu hidralazin dan labetalol parenteral juga merupakan pilihan, namun karena tidak tersedia di Indonesia, nitrogliserin dan metildopa dapat diberikan sebagai alternatif. Sedangkan pada kasus HT kronik indikasi pemberian obat antihipertensi yaitu TD di atas 140/90 mmHg, dengan pilihan obat labetalol, hydralazine, atau nifedipine.

Selengkapnya terdapat dalam artikel berikut

https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/preeklampsia

https://www.alomedika.com/penyakit/obstetrik-dan-ginekologi/hipertensi-dalam-kehamilan

Semoga dapat membantu dok