Pemberian Probiotik untuk Pasien Prediabetes – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr.Eduward Thendiono, SpPD,FINASIM

Probiotics for Glycemic and Lipid Profile Control of the Pre‑diabetic Patients: A Randomized, Double‑blinded, Placebo‑controlled Clinical Trial Study

AkbariRad M, Shariatmaghani SS, Razavi BM, Majd HM, Shakhsemampour Z, Sarabi M, Jafari M, Azarkar S, Ghalibaf AM, Khorasani ZM. Probiotics for Glycemic and Lipid Profile Control of the Prediabetic Patients: A Randomized, Doubleblinded, Placebocontrolled Clinical Trial Study. Diabetol Metab Syndr. 2023 Apr 10;15(1):71. PMID: 37038214.

studilayak

Abstrak

Latar Belakang: prediabetes adalah kondisi di mana kadar glukosa darah sudah naik tetapi belum setinggi kadar glukosa darah pada pasien diabetes. Prediabetes dapat berakhir menjadi diabetes, sehingga merupakan isu kesehatan global yang serius.

Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa mikrobiom usus memengaruhi sensitivitas insulin dan memperbaiki pengaturan glukosa, sehingga bisa mengurangi atau menunda progresivitas kondisi prediabetes ke diabetes mellitus tipe 2. Studi ini didesain untuk menginvestigasi dampak probiotik pada pengendalian profil glikemik dan lipid pasien prediabetes.

Metode: uji klinis acak double-blinded ini dilaksanakan pada 70 pasien prediabetes di rumah sakit Ghaem, Mashdad University of Medical Sciences, Mashhad, Iran. Pasien dibagi menjadi dua grup dan keduanya mendapatkan pelatihan modifikasi gaya hidup yang sama. Salah satu grup mendapatkan kapsul probiotik 500 mg/hari selama 3 bulan, sedangkan grup lainnya mendapatkan plasebo.

Pengukuran tekanan darah sistolik-diastolik, kadar insulin serum, HbA1c, glukosa darah puasa, low-density lipoprotein (LDL), high-density lipoprotein (HDL), dan trigliserida dilakukan sebelum dan sesudah durasi studi 3 bulan. Hasil dibandingkan menggunakan tes statistik untuk memeriksa dampak probiotik.

Hasil: sebanyak 70 pasien berpartisipasi dalam studi ini, di mana 50 pasien adalah wanita (71,4%) dan 20 pasien adalah pria (28,6%). Umur rata-rata adalah 43,53±8,54 tahun. Di akhir masa studi, rata-rata berat badan (p<0,001), glukosa darah puasa (P<0,001), HbA1c (P=0,035), kadar trigliserida (P=0,004), dan LDL (P=0,016) menurun signifikan pada grup probiotik. Namun, rata-rata berat badan, glukosa darah puasa, trigliserida, dan LDL juga menurun signifikan pada grup plasebo.

Kadar insulin (P=0,041) dan HDL (P=0,001) meningkat signifikan pada grup probiotik. Namun, pada grup plasebo, rata-rata HDL juga meningkat signifikan. Rata-rata tekanan darah sistolik (P=0,459) dan diastolik (P=0,961) serta resistansi insulin (P=0,235) tidak berubah signifikan pada grup probiotik sejak permulaan studi.

Kesimpulan: studi ini menunjukkan bahwa probiotik memperbaiki profil glikemik dan lipid pasien prediabetes. Namun, efeknya tidak berbeda signifikan dengan plasebo.

Supplement,Pills.,Probiotic,Concept,And,Better,Digestion.

Ulasan Alomedika

Prediabetes merupakan kondisi kesehatan kompleks akibat menurunnya sensitivitas insulin dan naiknya kadar glukosa darah serta sitokin proinflamasi. Kondisinya belum seburuk pasien diabetes tetapi berisiko berlanjut ke diabetes. Data menunjukkan bahwa intervensi dini pada prediabetes dapat mencegah terjadinya diabetes mellitus tipe 2.

Mikrobiom usus berperan penting dalam homeostasis epitel, sintesis dan oksidasi asam lemak, fungsi imun, dan sensitivitas insulin. Hasil studi sebelumnya memperlihatkan bahwa probiotik berdampak positif pada sensitivitas insulin dan profil lipid. Studi ini ingin mengetahui efek probiotik pada profil glikemik dan profil lipid pasien prediabetes.

Ulasan Metode Penelitian

Studi ini merupakan uji klinis acak terkontrol yang double-blinded. Partisipan dipilih secara acak untuk mendapat probiotik atau plasebo selama 3 bulan. Kedua kelompok mendapat pelatihan modifikasi gaya hidup yang sama, yaitu olahraga 150 menit setiap minggu dan perubahan diet. Diet yang dianjurkan adalah diet tinggi serat (25–30 gram per hari), rendah karbohidrat refined, rendah lemak trans, dan rendah lemak jenuh.

Kriteria inklusi mencakup pasien prediabetes yang telah dikonfirmasi melalui kriteria laboratorium oleh dokter internis atau konsultan endokrin, dengan rentang usia pasien 30–65 tahun. Kriteria prediabetes yang dipakai adalah kadar glukosa darah puasa 100–125 mg/dL, hasil tes toleransi glukosa 2 jam 140–199 mg/dL, atau HbA1c antara 5,7–6,4%.

Pasien yang tidak diikutsertakan adalah pasien yang memiliki riwayat diabetes, laju filtrasi glomerulus <60%, riwayat malabsorpsi atau diare kronis, dan riwayat konsumsi probiotik, antibiotik, aspirin, atau vitamin B dalam waktu 3 bulan terakhir. Pasien yang baru saja menggunakan pioglitazone, gagal menjalani follow-up, atau ingin berhenti dari studi juga tidak diikutsertakan dalam analisis.

Hubungan antara variabel kualitatif diukur dengan tes statistik Chi-square dan Fishers’s exact. Normality atau non-normality dari distribusi data kuantitatif diukur dengan tes Kolmogorov-Smirnov. Jika distribusi normal dan variance setara, t-test independent diterapkan untuk membandingkan variabel kuantitatif antara kedua grup. Sementara itu, jika distribusi tidak normal atau variance tidak setara, tes yang diterapkan adalah tes Mann-Whitney.

Variabel kuantitatif kedua grup dibandingkan dengan paired t-test jika distribusinya normal dan tes Wilcoxon jika sebaliknya.

Ulasan Hasil Penelitian

Luaran primer studi ini adalah perubahan tekanan darah sistolik-diastolik, kadar insulin serum, HbA1c, glukosa darah puasa, LDL, HDL, dan trigliserida di akhir masa studi (3 bulan), yang dibandingkan dengan nilai baseline.

Sebanyak 70 partisipan (35 di grup probiotik dan 35 di grup plasebo) diikutsertakan dalam studi ini. Sekitar 71,4% adalah wanita dan 28,6% adalah pria, dengan usia rata-rata 43,53±8,54 tahun. Tidak ada perbedaan signifikan antara grup probiotik dan grup plasebo dalam hal umur, berat badan, dan indeks massa tubuh di awal studi.

Di akhir studi, tampak ada penurunan bermakna pada rata-rata berat badan, glukosa darah puasa, HbA1c, trigliserida, dan LDL pada grup probiotik. Namun, penurunan yang bermakna pada rata-rata berat badan, glukosa darah puasa, trigliserida, dan LDL juga terjadi pada grup plasebo. Seperti pada grup probiotik, HDL juga meningkat pada grup plasebo. Peneliti berkesimpulan bahwa grup probiotik dan grup plasebo tidak memiliki perbedaan luaran yang bermakna.

Selain itu, rata-rata tekanan darah sistolik dan tekanan diastolik serta resistansi insulin juga tidak berubah signifikan pada grup probiotik sejak permulaan studi.

Kelebihan Penelitian

Studi ini sudah memiliki metode yang baik, yaitu berupa uji klinis acak terkontrol dengan double-blinding, pengujian distribusi, dan kesetaraan variance.

Blinding (penyamaran) dilakukan secara dua arah, di mana pasien dan dokter yang merawatnya sama-sama tidak mengetahui terapi apa yang diberikan. Keputusan terapi berupa probiotik atau plasebo dituliskan dan dibagikan secara acak kepada pasien melalui amplop tertutup. Amplop kemudian dibuka oleh orang di luar tim peneliti, yang memberikan probiotik atau plasebo sesuai apa yang tertulis di dalam amplop.

Limitasi Penelitian

Jumlah sampel dalam studi ini kurang banyak dan durasi studi terhitung cukup singkat, yaitu hanya 12 minggu. Jika ingin mengevaluasi efektivitas probiotik untuk mencegah progresivitas prediabetes menjadi diabetes, durasi studi yang lebih panjang diperlukan.

Grup plasebo dalam studi ini juga mengalami peningkatan HDL dan penurunan berat badan, glukosa darah puasa, trigliserida, serta LDL yang bermakna. Menurut peneliti, kejanggalan ini mungkin terjadi karena grup plasebo juga mendapatkan pelatihan untuk modifikasi gaya hidup, seperti pada grup probiotik. Modifikasi gaya hidup yang terdiri dari olahraga 150 menit per minggu dan perubahan diet diyakini merupakan penyebab perbaikan profil glikemik dan profil lipid yang signifikan pada grup plasebo.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Hasil studi ini menunjukkan bahwa penggunaan probiotik tidak memberikan manfaat yang signifikan pada pasien prediabetes jika dibandingkan dengan plasebo. Oleh sebab itu, pemberian probiotik untuk pasien prediabetes di Indonesia tidak diperlukan.

Untuk memperbaiki profil glikemik dan profil lipid pada pasien prediabetes, dokter dapat merekomendasikan modifikasi gaya hidup, yang mencakup peningkatan aktivitas fisik dan perubahan diet. Aktivitas fisik dilakukan minimal 150 menit per minggu, sementara diet yang dikonsumsi adalah diet tinggi serat (25–30 gram per hari). Kurangi konsumsi karbohidrat refined, lemak trans, dan lemak jenuh.

Referensi